Catat! 5 Langkah Tepat untuk Mitigasi Serangan Ransomware
Berikut lima langkah tepat dalam menangani serangan ransomware
-
Bagaimana serangan ransomware itu terjadi? Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menyebut serangan ransomware itu merupakan jenis baru dari pengembangan lockbit 3.0.
-
Apa itu Ransomware? Dikutip dari situs Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu, Ransomware pertama kali muncul pada awal tahun 1990-an dan dikenal sebagai "AIDS Trojan" atau "PC Cyborg".
-
Apa itu ransomware? Ransomware adalah varian malware yang secara khusus menargetkan file dan sistem dengan mengenkripsinya menggunakan protokol yang tidak dapat dibobol tanpa kunci dekripsi yang benar.
-
Apa dampak yang ditimbulkan dari serangan ransomware? Serangan ransomware dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, gangguan operasional, dan hilangnya data penting.
-
Bagaimana ransomware bisa menyerang pengguna? Ransomware bisa menyerang dengan berbagai metode untuk menginfeksi perangkat atau jaringan target. Biasanya yang paling banyak digunakan adalah email phishing dan rekayasa sosial lainnya.
-
Kenapa perangkat bisa terserang ransomware? Ransomware adalah jenis malware yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerugian signifikan pada perangkat komputer dan jaringan. Berikut beberapa penyebab umum perangkat terserang ransomware: Phishing, Kelemahan Keamanan Software, Akses Jarak Jauh yang Tidak Aman, Lemahnya Penggunaan Password, Kurangnya Kesadaran Keamanan Pekerja yang Melakukan Pekerja dari Rumah (WFH), Pengunduhan Drive-by, Lemahnya Penggunaan Backup.
Catat! 5 Langkah Tepat untuk Mitigasi Serangan Ransomware
Serangan ransomware saat ini marak terjadi. Terbaru Pusat Data Nasional diretas. Perusahaan keamanan siber ITSEC Asia memberikan lima langkah tepat untuk memitigasi serangan ransomware.
“Seluruh sistem teknologi yang kita kenal dan manfaatkan saat ini, seperti IT, OT, dan IoT selalu mengalami perkembangan. Begitu juga dengan jenis dan variasi ancaman siber, yang terus berevolusi untuk menerobos sistem keamanan siber yang semakin mutakhir,” kata Presiden Direktur PT ITSEC Asia Tbk Joseph Lumban Gaol, dikutip dari keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat (28/6).
Melansir dari Antara, penting bagi industri, bisnis, dan instansi untuk terus melakukan pembaruan terhadap sistem keamanan informasi yang mereka miliki, terutama bagi industri atau instansi yang bergerak dalam sektor Infrastruktur Informasi Vital (IIV).
Untuk memitigasi serangan Ransomware yang mungkin terjadi di masa depan, berikut lima langkah tepat dalam menanganinya.
1. Mengendalikan penyebaran malware
Langkah pertama yang harus dilakukan saat terjadi kebocoran data adalah mengendalikan penyebarannya. Perlu dilakukan isolasi terhadap sistem yang terpengaruh dari jaringan untuk mencegah penyebaran malware atau Unauthorized Acces yang lebih buruk.
Jika memungkinkan, lakukan Access Segmentation untuk membatasi kebocoran dalam area tertentu, sehingga kebocoran yang terjadi tidak meluas ke sistem lain. Selama proses ini, penting untuk memastikan bahwa layanan kritis tetap beroperasi agar gangguan terhadap layanan publik dapat diminimalisir.
2. Mengidentifikasi kerusakan yang terjadi
Setelah peretasan berhasil dikendalikan, langkah berikutnya adalah melakukan penilaian mendalam untuk melihat seberapa parah peretasan yang terjadi.
Sistem dan data yang terkena serangan perlu diidentifikasi dengan menggunakan alat dan teknik forensik untuk memahami sifat peretasan.
Selain itu, penting untuk melihat jenis data yang telah berhasil diambil alih oleh peretas, seperti data pribadi, informasi keuangan atau dokumen rahasia, serta potensi dampaknya terhadap individu dan organisasi.
Analisis bagaimana pelanggaran terjadi, apakah melalui phishing, malware, atau ancaman dari dalam. Hal ini penting untuk mencegah insiden serupa di masa depan.
3. Melakukan komunikasi terhadap pengguna layanan
Salah satu bentuk tanggung jawab yang perlu dilakukan oleh penyedia layanan ketika terjadi krisis, seperti peretasan dan kebocoran data adalah melakukan notifikasi dan edukasi ke para pengguna agar mereka dapat mengantisipasi risiko yang lebih besar.
Notifikasi yang transparan penting agar pengguna tahu bahwa data mereka telah terdampak, sehingga ada kewaspadaan dari mereka sendiri. Misalnya, dalam menerima kontak yang tidak dikenal dalam melancarkan modus kejahatan, dan tidak sembarang percaya melakukan verifikasi pada data yang telah diretas.
Perusahaan atau instansi memegang peran penting dalam mengedukasi langkah-langkah yang perlu diambil terhadap pengguna yang datanya terdampak.
4. Mengembangkan redundant atau duplication system
Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan atau instansi dalam mengelola data-datanya adalah sistem cadangan atau ‘Redudancy’, yakni aspek terpenting dari infrastruktur data center.
Komponen cadangan ini penting untuk memastikan data dan layanan dapat tetap diakses dalam kondisi apapun. Dengan redundancy, sistem di dalam data center dapat terus bekerja dan data akan tetap tersedia sekalipun mengalami gangguan.
Menerapkan Load Balancing dan Data Replication di beberapa data center yang berbeda juga dapat meningkatkan lapisan redudancy yang dapat membantu instansi atau perusahaan untuk tetap dapat memberikan layanan mereka dalam masa krisis.
Selain itu, backup system dalam SOP pelayanan, seperti verifikasi memakai data lain yang tidak terdampak juga dapat menjadi opsi agar layanan dapat segera pulih.
5. Meningkatkan sistem keamanan siber secara berkelanjutan
Terakhir, tingkatkan infrastruktur keamanan siber perusahaan dan instansi secara bertahap dan menyeluruh. Implementasikan langkah-langkah keamanan yang telah di-update, seperti Multi-Factor Authentication (MFA), Network Segmentation, dan Threat Detection yang baik.
Berikan juga pelatihan kepada anggota dan karyawan secara bertahap tentang kesadaran pentingnya keamanan siber. Selain itu, lakukan Security Audit dan penilaian kerentanan (vulnerability assessments) secara teratur untuk mengidentifikasi dan mengatasi ancaman dan ancaman baru.