Cerita Jenderal Hoegeng difitnah dapat sogokan Mercy
"Jangan macam-macam. Saya tak punya Mercedez, bahkan tak punya mobil pribadi. Tak mampu beli!" tegas Hoegeng.
Kisah kejujuran polisi yang satu ini seakan tak pernah ada habisnya. Sikapnya yang tegas, jujur dan tak pandang bulu dalam menegakkan hukum membuat namanya tercatat sebagai sosok polisi jujur yang pernah dimiliki Indonesia.
Sebagai pejabat negara, Jenderal Hoegeng paham betul banyak godaan yang menantinya. Bahkan, godaan itu bisa dalam bentuk fitnah yang menyakitkan.
Suatu ketika, saat dia tengah berada di rumahnya di Jl Prof Mohammad Yamin No 8, pria dengan nama lengkap Hoegeng Imam Santoso itu mendapat telepon dari seorang wanita yang ingin bertemu dengannya. Wanita China itu kemudian datang ke kantor Hoegeng pagi-pagi buta pada keesokan harinya.
"Saya cuma ingin bertanya Mas Hoegeng, bagaimana mobil barunya?" tanya wanita itu kepada Hoegeng seperti ditulis dalam buku 'Hoegeng Polisi Idaman dan Kenyamanan. Karya Abrar Yusra, Ramadhan KH. Terbitan Sinar Harapan.
Hoegeng yang saat itu kaget langsung balik bertanya. "Mobil yang mana?"
Wanita itu kemudian kembali bertanya. "Katanya Mas Hoegeng punya Mercedez baru?"
"Jangan macam-macam. Saya tak punya Mercedez, bahkan tak punya mobil pribadi. Tak mampu beli!" tegas Hoegeng.
Mendengar jawaban Hoegeng, wanita itu mengaku lega. Dia mengaku sudah menduga Hoegeng yang terkenal bersih tak akan menerima sogokan. Dia kemudian bercerita soal perkara yang tengah dialaminya.
Saat itu, wanita itu tengah mengalami perkara piutang dengan seorang pria China bernama Jawa. Karena setelah berkali-kali ditagih tak mau membayar, dia kemudian mengancam akan melaporkan pria itu ke Hoegeng.
Namun, pria itu justru memfitnah Hoegeng. "Mana bisa, beberapa minggu yang lalu dia (Hoegeng) baru saya beri Mercedez."
Hoegeng yang merasa tak asing dengan nama pria itu kemudian mencarinya di Buku Hitam milik Kepolisian. Setelah ketemu, dia kemudian menanyakan kepada wanita China itu.
"Ini orangnya?" tanya Hoegeng.
"Iya, Mas Hoegeng, betul," jawab wanita itu.
Pelaku ternyata seorang penipu kelas kakap yang sedang diburu polisi. Korbannya tak hanya di Jakarta, tapi juga di Padang, Medan, dan Kutaraja.
Setelah mendapat informasi pelaku hendak ke Singapura sore itu, Hoegeng langsung menelepon pihak Imigrasi agar menahannya di bandara. Kemudian, setelah Hoegeng sampai di rumah, pihak Imigrasi mengabarkan soal pria yang tengah dicari Hoegeng itu.
"Saya lalu menelepon Mas Katik Soeroso dan sama berjanji akan ke kantor kembali. Polisi yang meringkus China itu lalu mengantarkan tahanannya ke kantor," kata Hoegeng.
Pelaku diproses sampai pengadilan. Hoegeng pun hanya bisa geleng-geleng kepala namanya disalahgunakan oleh penjahat.