Cerita Pedagang Suvenir di Pantai Kuta: Sudah Lama Tidak Ngomong Sama Turis
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia hanya mengandalkan hasil penjualan canang yang dibuatnya dan juga dibantu oleh keluarganya.
Kunjungan turis maupun wisatawan lokal belum terlihat ramai di Pasar Seni Kuta yang merupakan pusat oleh-oleh khas Bali, di wilayah Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (15/10).
Di Pasar Seni Kuta, Bali, juga terlihat kios-kios tutup kendati ada kios yang buka. Pedagang mengeluhkan sepinya wisatawan.
-
Bagaimana Desa Wisata Nusa mengembangkan pariwisata? Desa Wisata Nusa berada di Kabupaten Aceh Besar, Aceh bergerak dan mengembangkan desa wisata berbasis masyarakat. Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan penduduk sekitar, bahkan bisa menginap di rumah milik warga.
-
Apa yang menarik wisatawan untuk mengunjungi Bali? Keindahan alamnya yang memesona, budayanya yang kaya, serta keramahan penduduknya menjadikan Bali sebagai tujuan wisata yang tak pernah kehilangan daya tarik.
-
Kapan Desa Wisata Nusa meraih juara? Desa Wisata Nusa telah menyabet juara di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori homestay.
-
Apa yang diharapkan dari pungutan wisatawan asing di Bali? Rektor Unud: Pungutan Wisman Harus Tingkatkan Kualitas Pariwisata Bali Babak baru pariwisata Bali akan dimulai pada 14 Februari 2024 nanti dengan penerapan pungutan bagi wisatawan asing yang masuk Bali. Terkait hal itu, Rektor Universitas Udayana Ngakan Putu Gede Suardana berharap, pungutan akan dibarengi dengan peningkatan kualitas pariwisata Bali.
-
Bagaimana Etihad Airways mempromosikan wisata di Bali? Dengan pemesanan yang melalui etihad.com, tamu yang terbang ke Bali melalui Abu Dhabi bisa menambah masa inap hotel gratis dengan program Persinggahan Abu Dhabi dari Etihad.
-
Apa yang diresmikan oleh Etihad Airways di Bali? Pendaratan ini menandai peluncuran layanan reguler antara Abu Dhabi dengan Bali.
"Sama sekali tidak ada. Saya berapa kali buka tidak ada tamu, sepi sekali. Wisatawan lokal paling ada satu dua (yang belanja). Tapi jarang sekali, dan mereka (kebanyakan) hanya jalan-jalan," kata Ibu Wayan Suri (62) saat ditemui di kios dagangnya.
Perempuan asal Kuta, Bali ini, telah berjualan pakaian dan suvenir di Pasar Seni sejak tahun 1980. Ia mengaku, untuk kondisi saat ini paling sulit karena imbas pandemi Covid-19. Suri menceritakan sejak kasus corona di Bali dirinya sudah jarang membuka kiosnya karena sepinya wisatawan.
Selain itu, dirinya harus membayar lapak kios-nya sebesar Rp 15 juta per tahunnya. Sehingga, dirinya meminjam uang ke bank. "Iya bayar Rp 15 juta per tahun. Tidak ada pemasukan, iya minjem uang ke bank. Saya jarang-jarang buka, iya kadang dua hari sekali. Waktu itu pernah tutup sekitar 4 dan 5 bulan tidak buka selama Covid-19," ungkapnya.
Suri mengaku, sebelum Pandemi Covid-19 penjualan pakaian dan suvenir di kiosnya per hari bisa mencapai Rp500 ribu hingga Rp600 ribu kalau sedang ramai wisatawan. Namun, bila sepi hanya mendapat Rp 300 hingga Rp 200 ribu dan kadang mendapatkan Rp 25 ribu.
Namun, semenjak Pandemi Covid-19 dirinya jarang sekali mendapat uang dari hasil penjualan di kiosnya. Sementara, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia hanya mengandalkan hasil penjualan canang yang dibuatnya dan juga dibantu oleh keluarganya.
"Sekarang, berapa kali sudah buka tidak pernah dapat uang, tidak ada tamu. Paling saya bikin canang dijual ke pasar. Suami tidak kerja sama-sama (jualan) di sini dan anak saya ada empat," ungkapnya.
Suasana Pantai Kuta. ©2021 Merdeka.com/M Kadafi
Dia juga berharap, dibukanya penerbangan internasional ada wisatawan mancanegara yang datang ke Bali. Ia juga rindu bicara sama para turis karena selama corona jarang bule yang mampir ke kios-nya.
"Iya sudah lama tidak ngomong sama turis," ujar Suri.
Sementara, nasib yang sama juga dirasakan oleh seorang nenek bernama Nyoman (70) yang sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang pijat di Pantai Kuta, Bali.
Ia menceritakan, bahwa untuk saat ini di Pantai Kuta Bali sepi wisatawan asing dan hanya beberapa wisatawan lokal. Tetapi, hari ini dirinya baru mendapatkan satu wisatawan lokal untuk dipijat dan mendapatkan uang sebesar Rp 25 ribu.
"Uangnya sudah habis buat beli minuman dan makanan," ujarnya sambil tertawa.
Pasar Seni Pantai Kuta. ©2021 Merdeka.com/M Kadafi
Nenek Nyoman mengaku sebelum Pandemi Covid-19, dirinya bisa memijat wisatawan asing dan tamu lokal dua atau tiga orang. Namun, untuk saat ini sangat jarang terlebih banyak tukang pijat di Pantai Kuta.
Selain itu, untuk kebutuhan sehari-hari Nenek Nyoman dibantu oleh tiga orang anaknya sehingga bisa bertahan hidup di tengah Pandemi Covid-19.
"Masih sepi tidak ada tamu. Ada sedikit saja wisatawan lokal banyak tukang pijat sekarang. Minta sama anak ada tiga anak saya," ucapnya.
Baca juga:
Curhat Pemandu Wisata Usai Bali Dibuka: Kunjungan Wisman Masih Sepi
Mobilitas Wisatawan Asing Akan Diawasi Daerah Penyelenggara Wisata
Langgar Prokes di Bali, Wisman Terancam Deportasi dan Denda Rp1 Juta
Pemerintah Provinsi Bali Izinkan Wisatawan Reguler Menginap di Hotel Karantina
INFOGRAFIS: Karantina 5 Hari untuk Semua Jenis Perjalanan
Gubernur Bali Sebut Karantina 5 Hari Tak Terlalu Beratkan Wisman