Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Perajin Batik Tulis Giriloyo, Lalui Masa Sulit COVID-19 dengan Bersholawat

Kisah Perajin Batik Tulis Giriloyo, Lalui Masa Sulit COVID-19 dengan Bersholawat

Kisah Perajin Batik Tulis Giriloyo, Lalui Masa Sulit COVID-19 dengan Bersholawat

Keberadaan sentra batik di Kampung Giriloyo ini turut membuat Kalurahan Wukirsari menyabet gelar Anugerah Desa Wisata Tahun 2023.

Pagi itu, Kamis (4/4) dua orang wanita paruh baya tampak sedang membatik pada sebuah bangunan gazebo kecil di Sentra Kampung Batik Giriloyo yang berada di Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Bantul.

Dengan hati-hati, mereka menggerakkan canting yang ujungnya telah dioleskan malam yang selanjutnya dibubuhkan ke atas selembar kain.

Di Giriloyo, perajin batik tulis merupakan sebuah profesi yang diwariskan secara turun-temurun. Konon ilmu membatik di Giriloyo pertama kali diajarkan oleh Raja Mataram, Sultan Agung Hanyokrokusumo pada abad ke-17.

Pada waktu itu, sebagian besar penduduk Giriloyo merupakan para abdi dalem yang ditugaskan merawat Makam Raja-Raja Mataram.

Kisah Perajin Batik Tulis Giriloyo, Lalui Masa Sulit COVID-19 dengan Bersholawat

Pada masa jayanya, perajin batik di Desa Giriloyo jumlahnya mencapai ribuan. Namun jumlah itu terus berkurang karena banyak warganya yang memilih menekuni profesi lain.

Sampai saat ini Kampung Giriloyo tak pernah kehabisan pembatik. Salah satu perajin batik di Giriloyo adalah Siti Baroroh (52 tahun).

Wanita yang akrab disapa Ninik itu sudah mulai membatik sejak SD. Ia sempat berhenti membatik karena fokus untuk menyelesaikan pendidikannya hingga ke jenjang S1.

Ninik kembali menekuni pembuatan batik pada tahun 2006. Setelah Gempa Bantul, ada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Institute for Research and Empowerement (IRE) mengadakan pelatihan membatik bagi masyarakat Giriloyo. Ninik diajak temannya untuk ikut pelatihan itu.

“Selama dua tahun saya ikut pelatihan itu. Di sana saya belajar membatik, mewarnai, dan sebagainya,” kata Ninik saat ditemui Merdeka.com pada Kamis (4/4).

Tak berhenti pada program pelatihan bagi warga, IRE menjalin kerja sama dengan LSM Jogja Heritage Society (JHS) dan Dompet Dhuafa untuk menjadikan Kampung Giriloyo sebagai kampung wisata. Waktu itu Ninik ditunjuk untuk menjadi pengurus di kampung wisata itu.

“Kita ikut terlibat dalam membangun kampung wisata ini. Waktu itu belum ada upah sama sekali. Di saat ada tamu pun upah kita hanya Rp10 ribu,” ujar Ninik.

Kisah Perajin Batik Tulis Giriloyo, Lalui Masa Sulit COVID-19 dengan Bersholawat

Pada tahun 2009, Giriloyo resmi dijadikan Kampung Wisata. Sejak saat itu, kampung itu makin dikenal luas. Tamu-tamu dari dalam negeri maupun mancanegara terus berdatangan tiada henti.

Saat itu adalah masa-masa indah bagi para pembatik di Giriloyo. Ninik mengatakan, pada awalnya para perajin batik sempat khawatir apakah batik hasil karya mereka laku. Tapi setelah membuat satu potong, ternyata batik mereka langsung laku. Para pembatik pun makin semangat dalam berkarya.

“Bikin lagi, laku lagi. Bikin lagi, laku lagi. Walaupun banyak uang yang kita keluarkan, tapi kita puas. Karena ini hasil karya kita. Kita juga bisa menjelaskan pada tamu proses pembuatan batik ini, dan mereka percaya. Banyak tamu yang kemudian membeli batik di sini,” kata Ninik.

Pada tahun 2020, Kampung Giriloyo mengalami masa-masa suram akibat pandemi COVID-19. Karena tidak ada tamu yang datang, para pembatik hanya bisa berdiam diri di rumah.

“Pekerjaan kami hanya baca sholawat setiap hari. Saya berdoa sambil nangis,‘Ini kehendak-Mu ya Allah. Kalau memang Engkau menakdirkan seperti ini saya ikhlas’,” ujar Ninik mengenang kembali masa-masa sulit itu.

Ninik tak mau pasrah dengan keadaan. Ia mencoba memasarkan produknya dengan cara online. Ternyata cara tersebut berhasil. Produk-produk batik yang selama pandemi harus disimpan di rumah satu per satu laku berkat penjualan online.

Kisah Perajin Batik Tulis Giriloyo, Lalui Masa Sulit COVID-19 dengan Bersholawat
Kisah Perajin Batik Tulis Giriloyo, Lalui Masa Sulit COVID-19 dengan Bersholawat

Pada tahun 2021, Ninik dan para pembatik lain di Giriloyo sudah bisa berjualan kembali di sentra batik. Kunjungan tamu kembali meningkat. Bahkan pada tahun 2023 omzet mereka mencapai miliaran rupiah.

Keberadaan sentra batik di Kampung Giriloyo ini turut membuat Kalurahan Wukirsari menyabet gelar Anugerah Desa Wisata Tahun 2023. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno datang langsung ke Kampung Giriloyo untuk memberikan penobatan itu.

“Dampaknya, tamu-tamu terus berdatangan. Kita sudah dikunjungi (Menteri Keuangan) Ibu Sri Mulyani, Ibu Iriana Jokowi, bahkan (Capres) Muhaimin Iskandar sempat membatik di sini,” kata Ninik.

Kisah Perajin Batik Tulis Giriloyo, Lalui Masa Sulit COVID-19 dengan Bersholawat

Ninik mengatakan, rata-rata harga kain batik tulis miliknya dihargai Rp1,5-2,5 juta. Satu kain baik pengerjaannya mencapai 1-2 bulan.

Ninik sendiri menyerahkan tugas pembuatan batik kepada para perajin batiknya yang berjumlah 10-12 orang. Ninik tinggal mengambil batik yang sudah jadi dan memberi upah pada para perajinnya.

“Mereka keahliannya beda-beda. Ada yang membuat pola, ada yang mewarnai, ada yang proses granit, dan lainnya. Jadi satu kain batik ini yang mengerjakan 3-4 orang,” imbuhnya.

Disiplin Mengangsur KUR

Para pembatik di Giriloyo menjadi salah satu klaster usaha Bank Rakyat Indonesia (BRI). Beberapa perajin batik meminjam uang di BRI melalui layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk modal dalam memproduksi batik. Ninik mengaku, ia dan para perajin lain selalu tepat waktu dalam mengangsur pinjaman

Kita disiplin kalau masalah itu. Kalau tidak nama baik kita bakal tercemar,” kata Ninik

Sampai saat ini, Ninik sendiri masih ada pinjaman di BRI atas nama anaknya. Biasanya ia mengangsur pinjaman modal pada mantri BRI yang sudah akrab dengannya.

“Saya malas kalau harus ke customer service. Saya langsung ke lantai atas ketemu orangnya langsung,’Jo, tolong ke sini sebentar. Ini angsuran saya,” kata Ninik sembari diiringi tawa.

Mengenal Batik Tulis Bayat, Hasil Karya Ibu-ibu Usai Gempa Yogyakarta 2006
Mengenal Batik Tulis Bayat, Hasil Karya Ibu-ibu Usai Gempa Yogyakarta 2006

Batik tulis khas Bayat itu unik karena memakai pewarna alami. Pelaku usahanya juga memiliki misi pelestarian lingkungan.

Baca Selengkapnya
Wisata Pekalongan Populer, Sajikan Pemandangan Alam Asri hingga Budaya
Wisata Pekalongan Populer, Sajikan Pemandangan Alam Asri hingga Budaya

Pekalongan tidak hanya batik, tetapi juga memiliki tempat wisata indah dan unik.

Baca Selengkapnya
Kenalan dengan Batik Kuno Ciwaringin khas Cirebon, Gambarkan Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan hingga Perjuangan Santri Lawan Belanda
Kenalan dengan Batik Kuno Ciwaringin khas Cirebon, Gambarkan Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan hingga Perjuangan Santri Lawan Belanda

Dalam selembar batik khas Ciwaringin terdapat perjuangan rakyat melawan penjajahan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa
Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa

Produk kerajinan batik kayu di Krebet telah menjangkau pasar nasional maupun internasional

Baca Selengkapnya
Pariwisata Bali Pulih, Pegadaian Siap Dukung Kebangkitan UMKM di 2024
Pariwisata Bali Pulih, Pegadaian Siap Dukung Kebangkitan UMKM di 2024

Setelah sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19, pariwisata Bali telah bangkit kembali pada tahun 2023.

Baca Selengkapnya
Wakili Indonesia di Ajang Pariwisata Internasional, Intip Daya Tarik Batulayang Cisarua
Wakili Indonesia di Ajang Pariwisata Internasional, Intip Daya Tarik Batulayang Cisarua

Desa wisata ini sayang untuk dilewatkan saat mampir ke Kabupaten Bogor.

Baca Selengkapnya
Geliat Pariwisata Sumut Kembali Meningkat, Wisman Terbanyak Berasal dari Wilayah ASEAN
Geliat Pariwisata Sumut Kembali Meningkat, Wisman Terbanyak Berasal dari Wilayah ASEAN

Geliat pariwisata di Sumut kembali meningkat pasca Pandemi COVID-19. Kebanyakan wisman berasal dari kawasan ASEAN

Baca Selengkapnya
Mengenal Batik Ciprat Khas Desa Kemudo Klaten, Dibuat Oleh Warga Difabel
Mengenal Batik Ciprat Khas Desa Kemudo Klaten, Dibuat Oleh Warga Difabel

Gradasi warna dengan motif yang indah membuat batik ciprat ini jadi UMKM unggulan di Desa Kemduo

Baca Selengkapnya
Ternyata, Ini Alasan di Balik Aturan Turis Asing Wajib Bayar Rp150.000 untuk Masuk Bali Berlaku Mulai Besok
Ternyata, Ini Alasan di Balik Aturan Turis Asing Wajib Bayar Rp150.000 untuk Masuk Bali Berlaku Mulai Besok

Dengan pungutan wisman itu, Pemprov Bali memiliki ruang fiskal termasuk untuk membenahi daya tarik wisata, infrastruktur, jalan hingga promosi pariwisata.

Baca Selengkapnya