Kisah Hidup Haji Bilal, Raja Batik Legendaris dari Jogja
Salah satu keunggulan perusahaan batik miliknya adalah strategi komunikasinya
Salah satu keunggulan perusahaan batik miliknya adalah strategi komunikasinya
Kisah Hidup Haji Bilal, Raja Batik Legendaris dari Jogja
Sudah sejak dulu Yogyakarta dikenal sebagai Kota Batik. Bahkan pada awal abad ke-20, di kota itu pernah hidup seorang pengusaha batik legendaris. Dia bernama Haji Bilal.
Haji Bilal Atmajoewana nama lengkapnya. Banyak orang menjulukinya “Raja Batik”.
-
Siapa juragan batik di Kampung Laweyan? Pada suatu masa di Kampung Batik Laweyan, Solo, hiduplah seorang juragan batik bernama Mbok Mase.
-
Siapa yang memulai pembuatan Batik Pecel? Pembuatan Batik Pecel diprakarsai oleh Sri Murniati, pemilik Galeri Batik Murni Madiun.
-
Bagaimana batik Jetis berkembang? Seiring berjalannya waktu, motif batik yang diproduksi warga Jetis semakin beragam. Perajin batik juga menyesuaikan keinginan konsumen.
-
Apa keunikan batik tulis Bayat? Batik yang dikelola oleh Dalmini dan 75 perempuan di sana diketahui memiliki ciri yang unik. Produknya berbeda, karena memakai pewarna alami dan bukan berbahan kimia. Selain itu, motifnya juga mengambil tema alam di sekitar Desa Kebon, Kecamatan Bayat yang masih asri dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
-
Apa ciri khas Batik Betawi? Batik Betawi memiliki ciri khas dalam teknik pembuatannya. Meskipun sudah banyak pembatik yang menggunakan cap, para perajin Batik Betawi lebih memilih mempertahankan teknik tulis tradisional.
-
Model batik apa yang elegan? Dengan desain yang menggabungkan motif tradisional dan elemen modern, dress batik panjang menciptakan penampilan anggun yang sulit untuk disaingi.
Dikutip dari Liputan6.com, Haji Bilal lahir dan tumbuh besar di Kampung Kauman. Pada tahun 1900, sebagian besar abdi dalem Keraton Yogyakarta yang tinggal di Kampung Kauman punya usaha sebagai perajin batik, termasuk Haji Bilal.
Meskipun tumbuh besar di tengah keterbatasan masa penjajahan Belanda, namun Haji Bilal tetap bersemangat meneruskan usaha batik keluarganya. Sebelum mendirikan perusahaan batik, ia sudah mulai berdagang batik dan melakukan proses produksi.
Saat usianya masih 19 tahun, tepatnya pada tahun 1912, Haji Bilal mendirikan perusahaan batiknya.
Saat itu ia bersahabat dengan para abdi dalem yang sebagian besar merupakan para pedagang batik. Dari merekalah Haji Bilal belajar banyak tentang dunia wisausaha.
Di antara mereka, sosok yang paling berjasa mendorong Haji Bilal adalah Haji Ibrahim.
Saat terjadi depresi besar dunia atau yang lebih dikenal dengan krisis malasie tahun 1930, banyak sektor ekonomi di Hindia Belanda yang bangkrut. Namun saat itulah Firma Haji Bilal terus berkembang.
Saat itu, Haji Bilal mulai menjual batik cap dan mengurangi produksi batik tulis yang mahal harga dan produksinya. Selain itu Haji Bilal juga menjual turunan pakaian massa, yaitu selendang dan sarung.
Trik bisnis itu rupanya mampu mendorong Firma Haji Bilal keluar dari krisis ekonomi dunia dan membuat namanya semakin berkibar. Gaya batik khas yang ia produksi adalah motif sudagaran.
Dilansir dari Liputan6.com, Batik Sudagaran adalah istilah yang digunakan pengusaha batik tempo dulu untuk membedakan motif batik ala Kraton yang tak boleh sembarang digunakan khalayak umum. Walau begitu, batik milik Haji Bilal punya ciri khas yang membedakan dengan batik-batik lainnya.
Batik Haji Bilal tampil dengan warna cokelat kelam dengan kombinasi warna biru legam dan putih. Motif batik andalannya adalah motif rini boketan. Motif ini tampil berupa gambar bunga dengan latar warna gelap.
Tak hanya pada kualitas batiknya, keunggulan batik Haji Bilal terletak juga pada strategi komunikasinya.
Dalam beberapa literatur, ditemukan beberapa literasi materi iklan, desain logo, katalog, serta sertifikat ikut serta pameran batik di Padang.
Dalam mempromosikan batiknya, Haji Bilal punya tagline “untung sedikit, jual banyak”.