Kini Jadi Tempat Nongkrong Turis Asing di Yogya, Ini Sejarah Kampung Prawirotaman
Dulu, kampung Prawirotaman pernah menjadi sentra batik
Dulu, kampung Prawirotaman pernah menjadi sentra batik
Kini Jadi Tempat Nongkrong Turis Asing di Yogya, Ini Sejarah Kampung Prawirotaman
Prawirotaman kini terkenal sebagai kampung bule. Banyak turis asing yang nongkrong di cafe-cafe yang berdiri di sepanjang kampung Prawirotaman. Selain itu, di sana pula terdapat banyak penginapan murah bagi kalangan backpacker turis asing.
-
Kenapa Yogya menarik wisatawan? Yogyakarta menawarkan pesona budaya dan wisata yang kaya, mulai dari candi-candi Hindu kuno hingga kerajinan tradisional dan seni pertunjukan.
-
Apa yang terkenal di Yogya? Yogyakarta terkenal dengan keindahan alamnya, budaya Jawa yang kaya, dan kuliner yang lezat.
-
Kapan Jembatan Akar di Yogya mulai ramai dikunjungi? Pak Masdul, salah seorang warga sekitar mengatakan, jembatan itu mulai ramai dikunjungi sejak Bulan Juli-Agustus. Namun sesungguhnya jembatan itu sudah ada sejak ratusan tahun silam.
-
Apa Kampung UFO Yogyakarta? Kampung UFO merupakan sebuah kolaborasi masyarakat dengan para seniman street art di Yogyakarta.
-
Kenapa Kampung Melayu Semarang jadi tempat wisata? Dikutip dari Semarangkota.go.id, Kampung Melayu Semarang merupakan area wisata perkampungan yang menawarkan nilai sejarah dan religi bagi para pengunjung yang berwisata di area tersebut.
-
Siapa yang pergi ke Yogyakarta? Ria Ricis Hanya Bersama Moana Perjalanan udara keponakan online yang disayangi netizen berlangsung tanpa kehadiran sang ayah, kabarnya ia ditemani oleh suster pengasuhnya.
Kampung Prawirotaman sendiri punya sejarah yang panjang. Bahkan pada abad ke-19, daerah itu telah tumbuh menjadi kawasan elite. Lantas seperti apa sejarah Kampung Prawirotaman? Berikut selengkapnya:
Dilansir dari Liputan6.com, nama Prawirotaman berasal dari kata prawirotomo yang merupakan gabungan dari kata “prawiro” dan “tama”. Prawiro sendiri artinya prajurit, berani, dan perwira, sedangkan “tama” berarti ahli atau pandai.
Pada awal abad ke-19, kawasan ini diberikan oleh pihak Kraton Yogyakarta kepada seorang bangsawan bernama Prawirotomo.
Ia kemudian membangun sebuah rumah di atas tanah tersebut dan mulai mengembangkan kawasan tersebut menjadi sebuah permukiman.
Sejak saat itu, kawasan itu menjadi sebuah permukiman. Bahkan penduduknya punya kesatuan sendiri di barisan prajurit Kraton Yogyakarta yang dikenal dengan nama Bregada Prawirotomo.
Pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, kawasan Prawirotaman menjadi salah satu markas perjuangan. Kawasan ini menjadi tempat berkumpulnya para pejuang dari seluruh Indonesia untuk menyusun strategi dan merencanakan pertempuran.
Pada saat itu, kawasan Prawirotaman merupakan markas Pasukan Hantu Maut, laskar yang dipimpin Pak Tulus.
Pasukan ini beranggotakan para gerilyawan yang terdiri dari para pemuda kampung Pujokusuman, Brontokusuman, Prawirotaman, dan Karangkajen.
Pada salah satu sudut jalan, ada sebuah batu tulis yang dibuat untuk memperingati perjuangan pasukan tersebut.
Selain jadi basis perjuangan, Kampung Prawirotaman juga pernah berkembang menjadi sentra batik yang dikelola keluarga Prawirotama.
Apalagi, istri para prajurit Prawirotama mayoritas menekuni usaha batik. Lama-lama peminat kain batik di kampung Prawirotaman semakin meluas. Pada akhirnya batik menjadi komoditas dagang utama di daerah tersebut.
Seiring waktu, usaha batik di kampung Prawirotaman semakin meredup pada tahun 1970-an. Oleh karena itu, para keluarga Prawirotama banting setir ke jasa penginapan.
Dilansir dari Liputan6.com, usaha penginapan di kawasan Prawirotaman bermula saat ada tamu dari Belanda yang ingin belajar membatik. Saat itu, salah seorang pemilik rumah menyewakan salah satu kamar di rumahnya kepada tamu tersebut.
Sepulang dari kunjungan itu, tamu tersebut bercerita kepada temannya tentang aktivitas belajar membatik dan penginapan di Prawirotaman. Kabar itu menyebar dengan cepat sehingga pengunjung semakin ramai berdatangan.
Seiring perkembangan zaman, penginapan di Kampung Prawirotaman semakin banyak. Tempat itupun berkembang menjadi sentra berkumpulnya para turis asing. Apalagi sekarang banyak muncul kafe, restoran, hingga bar yang memfasilitasi kehidupan malam para turis.