Cerita Warni menghidupi empat anaknya gangguan jiwa seorang diri
Cerita Warni hidupi empat anaknya yang gangguan jiwa seorang diri. Warni yang harus menghidupi empat anaknya yang ada di rumah pun saat ini tidak bisa berbuat banyak. Ia yang dulu berjualan kain jarik batik, sekarang ini sudah tidak memiliki waktu untuk bekerja.
Kisah kehidupan seorang ibu bernama Warni (65), warga Dukuh Tegalan RT 01 RW 08, Desa Waru, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, cukup menyentuh hati. Bagaimana tidak menyentuh hati, dari tujuh anak hasil pernikahannya, lima anak Warni di antaranya mengalami gangguan jiwa.
Bahkan, satu anak bungsunya bernama Wawan yang masih duduk di bangku SMP secara tragis mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sumur di halaman rumahnya.
Saat merdeka.com dan sejumlah pewarta bertandang ke rumahnya, Warni yang sebenarnya juga mengalami gangguan jiwa dengan terbata-bata menceritakan riwayat hidup keluarganya. Dari ketujuh anaknya hanya dua orang yang normal dan sehat.
Warni yang harus menghidupi empat anaknya yang ada di rumah pun saat ini tidak bisa berbuat banyak. Ia yang dulu berjualan kain jarik batik, sekarang ini sudah tidak memiliki waktu untuk bekerja. Harapan satu-satunya hanya kepada Agus, salah satu anaknya yang kondisi kejiwaannya normal dan bisa bekerja serabutan.
"Anak saya tujuh, yang lima gangguan jiwa. Yang anak kedua ikut suami, Agus bekerja, ada yang di rumah sakit jiwa, ini si Dewi malah cuma lari ke sana kemari, yang satunya cuma tiduran sejak bercerai," ujar Warni, Kamis (16/3).
Terkait kematian Wawan, Warni tak tahu alasan anak tersebut terjun ke sumur. Sebab, saat kejadian ia sedang bekerja di Kota Solo yang berjarak tujuh kilometer dari rumahnya.
"Pas pulang dari Solo anak saya kok nggak ada. Pas saya lihat sumur, ternyata anak saya sudah terlentang di sumur tersebut," ungkapnya,
Warni mengatakan, anak pertamanya, Sarini saat ini dalam perawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Solo. Ia juga tak tahu penyebab depresi anak pertamanya tersebut. Sedangkan anak keduanya yang bernama Sarwanti yang saat ini tinggal bersama sang suami di Kartasura.
Anak ketiga, bernama Sri Jarwanti pun kondisinya sama. Ia mengalami gangguan jiwa setelah ayahnya meninggal.
"Sri Jarwanti pergi jauh. Dia bilang nggak usah dicari. Dia bilang mau menjelajahi dunia dulu baru setelah selesai mau pulang," jelasnya.
Saat perbincangan dengan Warni, anak keempat, Tiwuk Rahayu dan anak keenamnya, Dewi pun terlihat keluar dari rumah. Dengan pandangan kosong, Tiwuk langsung duduk di kursi teras rumahnya. Sedangkan Dewi hanya berdiri dan kemudian berlari-lari di kampung.
Warni mengaku sangat bersedih melihat kondisi anak-anknya tersebut. Ia mengaku saat ini tidak memiliki penghasilan tetap untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Agus Prihanto salah satu anaknya yang dalam kondisi sehat menjadi tumpuan hidup, meski hanya bekerja serabutan.
Kepala Desa Waru, Pardijo menyatakan bahwa penyakit yang diderita keluarga Warni adalah penyakit keturunan. Menurut dia, suami Warni dan anak terakhirnya yang telah meninggal pun juga menderita depresi.
"Sebenarnya bu Warni itu juga menderita depresi. Tapi kadang kalau diajak ngobrol kadang masih nyambung," jelasnya.
Pemerintah Desa, kata Pardijo telah memberikan bantuan jaminan kesehatan berupa KIS dan raskin. Rencananya ke depan kasus tersebut akan diserahkan pihak Dinas Sosial Kabupaten Sukoharjo.
"Sebenarnya sudah kita arahkan ke sana. Tapi pihak keluarga ada yang menolak untuk diserahkan Dinsos. Katanya masih ada yang menyanggupi untuk memberi nafkah," ucapnya.
Baca juga:
Cerita lengkap Supeno kabur dari rumah, masuk selokan dikira biawak
Begini cara polisi evakuasi pria dikira biawak raksasa dari selokan
Ini penyebab Supeno masuk selokan hingga dikira biawak raksasa
Cerita Kapolsek Kemayoran mandikan Supeno yang dikira biawak raksasa
Bolak-balik di got penuh limbah, Supeno dikira biawak raksasa
Dikira sudah meninggal, wanita India ini dikremasi hidup-hidup
Kisah sedih Wahyu, balita yang sakit kulit di Titik Nol Yogyakarta
-
Apa isi dari Ikrar Sumpah Pemuda? Adapun Isi ikrar Sumpah Pemuda yaitu: 1. Ikrar Pertama "Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia" 2. Ikrar Kedua "Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia" 3. Ikrar Ketiga "Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia".
-
Kapan kejadian penganiayaan tersebut? Dalam cerita tersebut, ia menuliskan mengenai pengalaman perempuan berinisial RST (18) yang disiksa secara sadis oleh orang asing pada Sabtu (16/3) sekitar pukul 14.40 WIB.
-
Di mana Sumpah Pemuda diikrarkan? Sumpah Pemuda tercipta pada tahun 1928 sebagai hasil dari Kongres Pemuda II yang diadakan di Jakarta.
-
Kapan Sumpah Pemuda diikrarkan? Setiap tanggal 28 Oktober selalu diperingati sebagai hari yang sangat bersejarah bagi para pemuda di Indonesia. Ya, hari itu biasa dikenal sebagai Hari Sumpah Pemuda. Pada tahun 2023 ini, Sumpah Pemuda akan masuk pada tahun yang ke-95 sejak pertama kali diucapkan pada 1928.