Deretan anak buah yang dipermalukan Ahok di depan umum
Yang terbaru, Ahok menuding Wali Kota Jakarta Utara bersekongkol dengan bakal cagub DKI Yusril.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang selalu berbicara blak-blakan dan kerap membuat orang dipermalukan dan naik pitam. Tidak hanya kepada bawahan, kepada seorang menteri pun, Ahok, sapaan Basuki tidak segan berbicara lugas, salah satunya dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait kasus reklamasi pulau di Teluk Jakarta.
Pihak yang paling sering pernyataan 'pedas' Ahok ini kerap diterima bawahannya, mulai dari kepala dinas hingga wali kota. Dan tidak jarang, sikap Ahok yang tidak pernah luput dari pantauan awak media ini kerap mempermalukan anak buahnya.
Guru besar ilmu politik Universitas Indonesia (UI), Budyatna menilai, seorang pemimpin tidak pantas melakukan hal tersebut di muka umum. Sikap tersebut menurut Budyatna merupakan mental bos kepada bawahannya.
Yang terbaru, mantan Bupati Belitung Timur itu menuding Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi bersekongkol dengan bakal calon gubernur DKI Jakarta Yusril Ihza Mahendra. Rustam dituding tidak menjalankan perintah Ahok untuk merelokasi warga kolong tol Ancol.
Karena tak segera direlokasi, proyek penanggulangan banjir yang diminta sejak tahun lalu mangkrak. Permukiman warga itu, dikatakan Ahok telah menghambat aliran air atau yang biasa disebut Bottleneck.
Berikut deretan anak buah yang dipermalukan Ahok di depan umum seperti dirangkum merdeka.com.
-
Bagaimana Yusril membandingkan status hukum Eddy Hiariej dengan Bambang Widjojanto? Menurut Yusril, kasus yang menjerat Eddy berbeda dengan Bambang. Sebab, hingga saat ini mantan pimpinan KPK itu masih berstatus tersangka."Kalau orang di-SP3 itu close, orang dimenangkan praperadilannya close. Orang ini tersangka, cuma di-dep, tidak dimajukan ke pengadilan, sampai kapan pun menjadi tersangka," ujar Yusril.
-
Kenapa Ahok menahan Yosafat saat meniup lilin? Ahok lalu menahan Yosafat agar tidak ikut meniup lilin pada ulang tahun adiknya.
-
Kenapa Yusril mempertanyakan status Bambang Widjojanto? Kami patut mempertanyakan status Pak Bambang Widjojanto sendiri. Beliau itu kan tersangka, P21 dilimpahkan ke kejaksaan, di-deponer status beliau itu lagi. Apa sekarang ini? Tersangka selamanya, seumur hidup tersangka," kata Yusril di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis (4/4).
-
Apa yang dirayakan oleh Ahok dan Puput? Ahok dan Puput merayakan ulang tahun putri mereka dengan acara yang sederhana, namun dekorasi berwarna pink berhasil menciptakan atmosfer yang penuh semangat.
-
Bagaimana Ahok terlihat dalam fotonya saat kuliah? Tampak pada foto, Ahok tengah bergaya bersama teman-temannya saat awal masa kuliah di Trisakti.
-
Siapa Imad Aqil? Kelompok Hamas mempunyai sosok pejuang yang menjadi inspirasi mereka dalam melawan pasukan Israel. Imad Aqil, salah satu pejuang Hamas yang namanya dikenal di Palestina.
Kadis Kominfo DKI Jakarta
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok heran bagaimana bisa kulit kabel sebanyak itu masuk di saluran air. Dia juga menyesalkan tak ada rekaman CCTV yang memantau apakah ada yang sengaja memasukkan atau memang terbawa aliran air.
"CCTV kita enggak ada rekaman makanya saya marahin Kominfo. Kalian ini maunya apa? Saya sudah minta rekaman 3 hari kok enggak ada?" kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (1/3).
Dia tak mau berspekulasi apakah kulit kabel itu sengaja dimasukkan karena ingin menjebak dirinya. "Saya enggak berani menyatakan konspirasi atau apa," ucapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kominfo DKI Jakarta Iik Karunia, mengakui jumlah CCTV di kawasan itu memang terbatas. Dia akan meminta provider-provider yang bekerja sama dengan instansinya untuk menambah pengadaan unit-unit CCTV di Jakarta.
"Jadi gini, CCTV itu masih terbatas di kawasan sana, dan ini rencananya mau penambahan dari teman-teman provider. Kalau Kominfo, CCTV ya kita akui memang masih terbatas," kata Iik saat dihubungi.
Sebenarnya, kata Iik, di sekitaran Jalan Medan Merdeka Selatan terdapat CCTV. Namun, dia menduga permasalahan jangkauan ke lokasi, yakni samping kantor Kementerian ESDM menjadi penyebab kejadian itu tidak terekam CCTV.
Kadis Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta
Setelah melantik sejumlah kepala dinas di pertengahan Januari lalu, tampaknya aroma perombakan PNS DKI Jakarta akan kembali terjadi. Ahok memberi sinyal segera mengganti Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Ratna Diah Kurniati.
Ahok menilai kinerja Ratna tak becus. Target pembebasan lahan untuk dijadikan ruang terbuka hijau tak sesuai yang ditargetkan.
Hal lain yang membuatnya lebih marah, ruang publik yang ada malah tak dijaga dan dirawat setelah diresmikan. Akhirnya, taman kembali tak terawat.
"Ibu Ratna terpaksa saya ganti loh bu. Saya sudah agak sebal loh ini. Lama-lama, dinas taman mau ngapain lagi," kata Ahok di Taman Jagakarsa, Jakarta, kemarin.
Ahok tak peduli kemarahan itu disampaikan di depan umum. Kebetulan saat itu Ahok sedang meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Taman Jagakarsa.
"Instruksi saya kan sudah jelas semua tanah itu kan harus hijau, semua harus ditanami, enggak boleh ada pembiaran. Kalau kamu enggak sanggup gak usah kerja saja," ucapnya emosi.
Dia mencontohkan amburadulnya tanaman di Taman Flyover, Klender, Jakarta Timur. Sudah tahu rusak, tapi tak kunjung diperbaiki dengan dalih tak ada anggaran
"Perawatan taman tidak ada toleransi harus diawasi lurah dan camat sebagai estate manager. Dinas dan Sudin Pertamanan sebagai konsultan kontraktor anda," ujarnya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta
Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mendapat sorotan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Ahok pun tak segan memarahi jajaran BPBD yang hadir dalam rapat penanggulangan banjir bersama jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya.
Ahok menilai selama ini kerja BPBD nihil. Bahkan dia menyebut jajaran BPBD layaknya reporter yang hanya melaporkan genangan air. Padahal, katanya, dari singkatannya saja, BPBD juga harusnya punya andil dalam penanggulangan banjir.
"Maksud saya kan nama anda (BPBD) kan badan penanggulangan bencana daerah, penanggulangan toh. Anda bisa kerja enggak? Enggak juga, dilempar ke Dinas Penanggulangan Damkar," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat (22/4).
Apalagi, menurut Ahok, laporan yang diberikan pihak BPBD DKI tidak berimbang. Hal itu terlihat saat terjadi genangan, mereka aktif memberikan informasi ke media sosial. Namun tak fair, ketika banjir surut BPBD tak memperbaharui laporan terakhirnya.
"Hobi ngetwitt, enggak apa-apa bagus, supaya PU bisa bekerja. Tapi sudah ngetwitt banjir (padahal) sudah kagak banjir, dia kagak ngetwitt tuh. Enggak Twitt lagi dia. Jadi kalau gitu kerja lu apa BPBD, lu maunya apa?" Terang Ahok.
Kritik Ahok tak sampai di situ, di dalam rapat, dia menyebut kerja instansi pimpinan Denny Wahyu itu tidak ada. Karena banyak diambil alih oleh Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan.
"Lama-lama BPBD tidak ada gunanya. Berhari hari beritanya keluar soal banjir. Kita juga evaluasi apakah PU sudah kerja apa belum. Saya tanya sama PU sudah kerja Pak. Kok penanggulangan bencana enggak tahu. Dia cuma tahu bencana doang. Begitu selesai enggak tahu, gila juga gua pikir," tegas Ahok.
Wali Kota Jakarta Utara
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama naik pitam melihat anak buahnya tak becus dalam menangani banjir Ibu kota. Bahkan, dia curiga anak buahnya yang diam-diam berada di kubu pesaingnya dalam Pilgub DKI, Yusril Ihza Mahendra.
Kecurigaan Ahok mengarah pada Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi. Dia menuding Rustam ada di pihak Yusril karena tidak menjalankan perintah Ahok untuk merelokasi warga kolong tol Ancol.
Karena tak segera direlokasi, proyek penanggulangan banjir yang diminta sejak tahun lalu mangkrak. Permukiman warga itu, dikatakan Ahok telah menghambat aliran air atau yang biasa disebut Bottleneck.
"Kalau ada warga di situ dipindahin dong apa susahnya sih, kenapa Bapak enggak jalan, jangan-jangan Pak Rustam ini satu pihak dengan Yusril lagi nih," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat (22/4).
Hal itu disampaikan Ahok dalam rapat penanggulangan banjir bersama jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya. Dia sampai meminta anak buahnya tidak memandangnya sebagai gubernur dalam rapat itu.