Didemo wartawan Surabaya, Wali Kota Risma cuek
Risma tidak muncul meski wartawan Surabaya mendemonya di Balai Kota.
Sekitar 50 wartawan seluruh kelompok kerja (pokja) di Surabaya, Jawa Timur memenuhi janjinya memprotes sikap arogan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, Jumat siang (18/10). Sayangnya, mantan Kepala Dinas Pertamanan itu cuek.
Sekitar pukul 13.00 WIB, para jurnalis yang membawa beberapa poster, yang salah satunya bertuliskan "Bu Wali Tercinta, Jangan Kebiri Profesionalisme Kami" di depan Gedung DPRD Surabaya. Namu, Risma yang dijadwalkan hadir dalam sidang paripurna di gedung dewan, tidak menampakkan batang hidungnya.
Aksi-pun digeser ke Balai Kota Surabaya, yang berjarak sekitar 500 meter dari Gedung DPRD Surabaya. Pun begitu, di Kantor Wali Kota Surabaya ini, para jurnalis dari berbagai media, baik cetak, online, radio, maupun televisi ini tak juga ditemui Risma. Hanya Sekretaris Kota, Hendro Gunawan yang menemui para awak media tersebut. Terjadilah dialog antara kedua belah pihak.
Hendro mengatakan, dia dan beberapa pejabat lainnya, mewakili wali kota untuk menyampaikan maafnya, atas kejadian Rabu (16/10) kemarin di Gedung DPRD Surabaya.
"Terkait aspirasi teman-teman, saya menyampaikan maaf dari Bu Wali. Kebetulan beliau saat ini sedang berada di luar dan tidak bisa bertatap muka di sini. Masak teman-teman tidak percaya sama saya," kata Hendro saat berdialog dengan puluhan wartawan yang datang ke Balai Kota Surabaya.
Hendro juga menegaskan, kalau dia akan menyampaikan langsung keinginan para wartawan yang ingin wali kota meminta maaf atas insiden hari Rabu kemarin. "Terkait nanti apa jawaban Bu Wali (Risma), nanti akan saya sampaikan ke teman-teman. Terserah apa jawaban Bu Wali nanti, pasti akan saya sampaikan," katanya.
Sementara itu, secara bergantian para wartawan ini menyampaikan aspirasinya. Mereka tetap ngotot ingin berdialog langsung dengan Risma. Abidin misalnya. Wartawan salah satu koran harian lokal ini menegaskan, tidak ada tuntutan apapun yang ingin disampaikan kepada wali kota.
"Yang kami inginkan cuma satu, mendengar langsung permintaan maaf dari Bu Risma. Kami akan menunggu hingga pukul 14.30 WIB, sampai Bu Risma datang," ungkap Abidin.
Pun begitu dengan Hari Tambayong. Ketua Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia (IJTI) Surabaya ini, menyampaikan bahwa pihaknya ingin ada hubungan kerjasama yang baik antara narasumber dengan wartawan.
"Kalau ada pemberitaan yang tidak sesuai, ada aturan atau etika. Bu Risma bisa menyampaikan hak jawabnya, bukan tiba-tiba memaki-maki si wartawan di depan umum. Bukan mentang-mentang ada hubungan baik dengan semua pejabat, dengan kapolres, dengan pimpinan media lantas seenaknya begitu. Apalagi memberi ancaman," beber pria yang akrab disapa Hartam ini.
Dialog terus mengalir, satu per satu para wartawan tersebut menyampaikan aspirasinya. Namun yang ditunggu, Risma tidak juga menampakkan diri, hingga para awak media ini membubarkan diri, karena harus meneruskan aktivitasnya memburu berita.
Diberitakan sebelumnya, Rabu kemarin, saat hendak mengikuti sidang paripurna di DPRD Surabaya, tiba-tiba Risma mendamprat Ilham Wancoko, wartawan asal Jawa Pos. Risma tidak senang dengan berita mobil dinas (mobdin) yang ditulis oleh Ilham.
Dan begitulah Risma, yang selalu melontarkan amarahnya apabila tidak suka, tak peduli pejabat, wartawan maupun warga sipil. Amarah yang tak terkontrol itu diluapkan, tak peduli di depan umum atau di hadapan para pejabat.
Drama makian Risma ini bukan yang kali pertama. Bonek Mania, tersangka kasus trafficking, Camat, pejabat Pemkot hingga ajudan pribadinya dia damprat. Dan hari Rabu kemarin, giliran wartawan Jawa Pos yang kena sasaran Risma, karena menulis soal mobil dinas.