Diserbu Jemaah Indonesia, Nasi Uduk dan Serabi di Makkah Penjualnya Asal Myanmar
Bakso, soto, nasi uduk, nasi kuning, aneka lauk pauk hingga serabi. Semua dijejer di meja. Pembeli berdatangan. Tiga jam berjualan, makanan itu ludes diborong jemaah haji Indonesia.
Bakso, soto, nasi uduk, nasi kuning, aneka lauk pauk hingga serabi. Semua dijejer di meja. Pembeli berdatangan. Tiga jam berjualan, makanan itu ludes diborong jemaah haji Indonesia.
Suasana itu terjadi di salah satu sudut di kawasan Syisah, Makkah, Arab Saudi. Kawasan ini merupakan salah satu lokasi jemaah haji Indonesia dari berbagai embarkasi mulai menginap. Mereka merupakan jemaah dari Madinah yang telah selesai melaksanakan ibadah salat arbain.
-
Kapan jemaah haji melempar jumrah? Prosesi ini dilakukan pada hari-hari tertentu dalam perjalanan haji.
-
Mengapa jumlah jemaah haji yang meninggal tahun 2023 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya? Jumlah jemaah haji yang meninggal pada tahun 2023 ini jauh lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Solo menyebutkan jumlah jemaah haji asal Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang meninggal dunia dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 2023 cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya.
-
Kapan jemaah haji tersebut diberangkatkan? Tapi, tadi dia sudah diberangkatkan bersama dengan jemaah haji Kloter 11 asal Maluku Utara,"
-
Siapa yang berangkat haji? Rezky Aditya merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada dirinya dan istrinya, Citra Kirana, untuk dapat menunaikan ibadah haji tahun ini.
-
Mengapa jemaah haji melempar jumrah? Melempar jumrah merupakan gambaran umat Islam yang sedang melawan setan, nafsu yang disebabkan olehnya, dan melawan segala keburukan yang dibisikkan setan.
-
Kapan calon jamaah haji plus berangkat? Dalam hal waktu tunggu, periode untuk haji plus biasanya lebih singkat dibandingkan haji reguler.Akibatnya, biaya untuk program haji plus cenderung lebih tinggi.
Pagi itu, Sabtu 3 Juni 2023, matahari Makkah belum benar-benar tampak. Rasad Ahmad, sang penjual sudah sibuk melayani pembeli yang antusias.
Yang menarik, Rasad ternyata bukan orang Indonesia. Dia berasal dari Myanmar.
"Nasi uduk 5 riyal, pare 2 riyal, bakso 10 riyal, soto 5 riyal. Silakan, silakan, silakan," ucap Rasad menggunakan bahasa Indonesia.
Sekelompok orang yang mayoritas ibu-ibu asal Makassar segera menyerbu. Rasad cukup kewalahan pagi itu. Untungnya dia dibantu satu pekerja perempuan yang ternyata berasal dari Bandung, Jawa Barat. Perempuan inilah yang memasak semua makanan bercita rasa Nusantara itu.
Rasad rupanya rutin berjualan masakan Indonesia itu setiap musim haji. Dia tahu, banyak jemaah yang rindu masakan kampung halaman. 30 Tahun bermukim di Arab Saudi, Rasad adalah pedagang pakaian.
Membuka lapak makanan, Rasad tidak selalu berada di lokasi yang sama. Dia harus kucing-kucingan dengan aparat yang bisa datang tiba-tiba menggelar razia. Yang pasti, Rasad selalu berada di kawasan Syisah.
"Kalau sekarang masih aman. Orang haji masih sepi. Mungkin tiga atau empat hari lagi pindah," tuturnya kepada tim Media Center Haji.
Dia menambahkan, jika sampai tertangkap saat berjualan, konsekuensinya berat. Jika ia bukan warga negara Arab Saudi, risikonya bisa dideportasi alias dipulangkan paksa ke negara asal.
Rasad tak menyebut berapa modal atau omzet yang ia dapat per hari. Namun, ia biasa melakukan itu untuk memenuhi kebutuhan dua istri dan empat anaknya. Istri keduanya adalah orang Indonesia yang ia nikahi 8 tahun lalu dan dikaruniai satu anak.
Di sebelah lapak Rasad ada penjual makanan lain, Ria, yang berasal dari Makassar. Saat itu ia hanya menjajakan rempeyek dan kerupuk yang dihargai 5 riyal (Rp20.000) per bungkus. Perempuan bercadar ini berjualan sejak tahun 2016.
Ria yang pernah menjadi tenaga kerja wanita (TKW) itu kini bukan WNI lagi setelah menikah dengan warga Arab Saudi.
"Memang biasa jualan begini kalau musim haji. Lumayan buat tambah-tambah (ekonomi keluarga). Suami sudah pensiun," terangnya.
Meski jualan di kawasan Makkah, Ria dan Rasad melayani pembelian tak hanya dengan mata uang riyal, melainkan juga rupiah. Keduanya tak sampai 3 jam menggelar lapak. Dengan menggunakan mobil, keduanya segera bergeser ke tempat lain.
Baca juga:
Pakai Jasa Kursi Roda Ilegal, Jemaah Haji Lansia Dihentikan Penjaga Masjidil Haram
Cara Melaksanakan Ibadah Haji, Pahami Syarat dan Rukunnya
Satu Jemaah Haji Aceh Meninggal Dunia di Arab Saudi
VIDEO: Kisah Jamaah Haji Disabilitas Indonesia Bersama Istri Pergi ke Tanah Suci
Jemaah Haji Alami Demensia Tinggi, Hindari Faktor Pemicunya