Fasilitasi Wadam, Ali Sadikin Gubernur DKI 'paling ramah' pada LGBT
Pada tahun 1980, istilah wadam diganti menjadi waria karena adanya keberatan dari sebagian pemimpin Islam.
Keberadaan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Indonesia hingga saat ini tetap eksis meskipun belum diketahui secara pasti berapa jumlahnya. Seiring dengan perkembangan zaman, tak sedikit dari mereka terang-terangan menunjukkan identitasnya sebagai kaum LGBT.
Terlebih, setelah Mahkamah Agung Amerika Serikat belum lama ini yang mengesahkan pernikahan sejenis di seluruh negara bagian, ditambah semarak gambar pelangi di Facebook, banyak orang membicarakan hak-hak LGBT, baik yang pro maupun kontra.
Sebelum dikenal luas istilah LGBT, homoseksual, lesbian dan sejenisnya, di Indoensia ternyata pernah dikenal istilah Wadam, atau Hawa Adam. Istilah wadam diciptakan pada tahun 1968 di Jakarta sebagal pengganti yang lebih positif bagi istilah banci atau bencong.
Setahun sesudah itu, tepatnya tahun 1968 1969 muncul organisasi wadam pertama, Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD) yang difasilitasi oleh Gubernur DKI Jakarta Raya saat itu, Ali Sadikin.
Organisasi ini kian eksis, hingga pada tahun 1980, istilah wadam diganti menjadi waria karena adanya keberatan dari sebagian pemimpin Islam, karena wadam mengandung nama seorang nabi, yakni Nabi Adam alaihi salam (AS).
Selanjutnya, dari tahun ke tahun, para kaum pria dan wanita penyuka sejenis kian eksis. Pada 1 Maret 1982, organisasi gay pertama di Indonesia dan Asia berdiri, Lambda Indonesia, berdiri dengan sekretariat di Solo, Jawa Tengah. Tak lama setelah itu terbentuk pula cabang-cabang di Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan tempat tempat lain di Indonesia.
Pada tahun 1985, kaum gay di Yogyakarta mendirikan Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY) yang kemudian pada tahun 1988 berganti nama menjadi Indonesian Gay Society (IGS).
Eksistensi kamu gay dan lesbian pun diakui oleh salah satu partai politik. Partai Rakyat Demokratik (PRD) menjadi partai pertama dalam sejarah Indonesia yang mencantumkan "hak hak homoseksual dan transeksual" dalam manifestonya.
Maret 2.000, IGS mendeklarasikan 1 Maret sebagai Hari Solidaritas Lesbian & Gay Nasional. (Dari berbagai sumber)