FOTO: Cerita di Balik Buku "Menuju Indonesia Inklusi" Karya Stafsus Presiden Angkie Yudistia
Sepekan sebelum peluncuran, Angkie sempat menceritakan perjalanan di balik buku "Menuju Indonesia Inklusif" kepada Tim Disabilitas Liputan6.com.
Sepekan sebelum peluncuran, Angkie sempat menceritakan perjalanan di balik buku "Menuju Indonesia Inklusif" kepada Tim Disabilitas Liputan6.com.
FOTO: Cerita di Balik Buku "Menuju Indonesia Inklusi" Karya Stafsus Presiden Angkie Yudistia
Staf Khusus Presiden Bidang Sosial, Angkie Yudistia meluncurkan buku keempatnya yang berjudul "Menuju Indonesia Inklusi" pada Jumat, 21 Juli 2023.
Sepekan sebelum peluncuran, Angkie sempat menceritakan perjalanan di balik buku "Menuju Indonesia Inklusif" kepada Tim Disabilitas Liputan6.com. Berikut kisahnya:
“Buku berjudul ‘Menuju Indonesia Inklusif’ inspirasi awalnya ketika ada PON (Pesta Olahraga Nasional) Papua pada 2021 bersama Pak Presiden (Joko Widodo),” kata Angkie kepada Disabilitas Liputan6.com di Jakarta, Rabu (12/7/2023).
- FOTO: Momen Silaturahmi dan Pesan Menyentuh Istri Mantan Kapolri Hoegeng untuk Ganjar
- Foto Terakhir 4 Presiden Indonesia Sebelum Meninggal, Ada yang Ucapkan Kalimat Allah di Hembusan Nafas Terakhir
- FOTO: Kutuk Pembakaran Kitab Suci, Presiden Iran Angkat dan Cium Alquran di Sidang Umum PBB
- FOTO: Usai Pantau Persediaan Beras di Gudang Bulog, Jokowi Mulai Bagi-Bagi Sekarung Beras untuk Warga
Saat menggelar ajang olahraga itu, Angkie banyak berdiskusi soal kemajuan-kemajuan yang dilakukan oleh Presiden. Dalam buku ini, ia mengambil sudut pandang sebagai seorang Staf Khusus Presiden.
“Pak Presiden melihat secara langsung bagaimana atlet-atlet disabilitas itu perkembangannya sangat signifikan, sangat luar biasa. Dan Pak Presiden sudah mengesahkan berbagai peraturan turunan dari UU No. 8 Tahun 2016. Pak Presiden telah mengesahkan 7 Peraturan Pemerintah dan 2 Peraturan Presiden,” jelas Angkie. Di balik terbentuknya peraturan-peraturan tersebut ada banyak cerita yang tak diketahui oleh banyak orang. Cerita-cerita itulah yang menginspirasi buku keempat Angkie.
“Banyak kisah, banyak pengalaman, banyak air mata, banyak kebahagiaan yang mungkin orang tuh enggak tahu tapi bagaimana bisa kita menceritakan kisah ini, akhirnya ini adalah bentuk story telling karena saya juga seorang penulis.” Baginya, menceritakan berbagai hal yang terjadi tidak cukup dalam satu atau dua halaman, maka dari itu dibuatlah sebuah buku.
Perempuan penyandang Tuli ini juga mengatakan bahwa buku tersebut ditulis dalam waktu 1,5 tahun. “Penulisan ini kurang lebih 1,5 tahun, karena ini merupakan pengalaman langsung di lapangan yang orang mungkin belum pernah lihat dan rasakan, tapi inilah yang kami rasakan.” Beberapa pengalaman yang diceritakan Angkie dalam buku ini contohnya ketika ia berinteraksi dengan masyarakat disabilitas, mendengarkan langsung isi hati mereka, dan perjuangan mereka.
Terkait pertanyaan ini, Angkie mengatakan bahwa selama ini berbagai kegiatan yang dilakukan hanya diabadikan di sosial media. Sementara, ia memiliki potensi di bidang menulis buku.
Lantas, mengapa berbagai kisah ini ditulis dan dibuat dalam bentuk buku?
Rencanakan Fitur Ramah Disabilitas Netra
Ibu dua anak ini ingin bukunya bisa dinikmati oleh semua orang termasuk seluruh penyandang disabilitas dan berbagai ragamnya. Maka dari itu, dia berencana bahwa buku ini juga akses untuk penyandang disabilitas netra.
“Selama ini rencananya buku kita ada di android, di playstore, untuk tunanetra sebenarnya di dalam ponsel itu sudah ada (aplikasi) aksesibilitasnya supaya menjadi suara (dari tulisan).” “Tapi kita akan mencari cara untuk e-book ini bisa diakses teman-teman tunanetra, kita akan terus mencari cara,” pungaksnya. Foto: Liputan6.com/Herman Zakharia Teks: Liputan6.com/Ade Nasihudin Al Ansori