Gambar mata satu di kedai Gibran tidak etis secara agama dan budaya
Selain itu mural tersebut dianggap tidak mendidik.
Kontroversi mural mata satu yang di kelilingi segitiga atau yang dianggap identik dengan simbol illuminati dan freemason yang terdapat di Markobar, kafe baru milik Gibran Rakabuming Raka mendapat tanggapan dari Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS).
Mereka menganggap apa yang dilakukan putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut hanya sebagai trik bisnis belaka, namun kurang memperhatikan etika berbisnis.
"Kalau menurut saya secara etika bisnis mungkin ia ingin mendapatkan suatu penjualan yang lebih dari pemberitaan-pemberitaan media. Apalagi ini pemberitaan ini dimuat di media nasional. Namun secara etika budaya maupun tinjauan secara agama ya kurang patut, karena itu simbol Dajjal mata satu yang berkarakter sebagai pembohong," ujar Humas Laskar Umat Islam Surakarta, Endro Sudarsono, kepada merdeka.com, Rabu (6/5).
Edro menambahkan, karakter Dajjal dalam agama Islam adalah pembohong besar yang pada akhir zaman nanti akan menjadi musuh. Dia menilai mural mata satu yang terdapat di Markobar milik Gibran tersebut sebagai sesuatu yang tidak mendidik.
"Tapi kalau tinjauannya murni bisnis, mungkin secara etika dia tidak menghiraukan atau mengabaikan aspek-aspek agama," imbuhnya.
Endro mengimbau agar Gibran melakukan bisnis murni yang profesional dan tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat. Karena, lanjut dia, bisnis tersebut jika dilakukan secara profesional akan menimbulkan berkah.
"Mungkin pertimbangan dia tidak sampai ke sana. Ia hanya mencari sensasi, mencari laba dan agar dikenal publik. Mudah dikenal, murah harganya dan tanpa harus memasang iklan, karena omset penjualannya juga masih terbatas, jika harus pasang iklan," pungkasnya.