Gelar 'Whats Up', Kemenkumham dan Merdeka.com Sharing Peran Humas di Era Digitalisasi
Apa yang disampaikannya ini sesuai dengan tema yang dibawakan yakni 'How to Manage Media Relations'.
Apa yang disampaikannya ini sesuai dengan tema yang dibawakan yakni 'How to Manage Media Relations'.
- 35 Pantun Pembukaan Ceramah Lucu, Bisa Bikin Jemaah Terhibur
- Kemenkumham Ajak Humas Kuasai Teknologi Lewat Gelaran What's Up
- VIDEO: Pemred Merdeka.com Beri Tips Jitu Menulis Siaran Pers Depan Humas Kemenkumham
- Press Release adalah Bentuk Publikasi yang Disediakan Perusahaan untuk Media, Ketahui Jenisnya
Gelar 'Whats Up', Kemenkumham dan Merdeka.com Sharing Peran Humas di Era Digitalisasi
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menggelar kegiatan Whats Up atau Waktunya Humas Meet Up. Acara ini dilaksanakan di Hotel Double Tree, Jakarta Pusat, pada Selasa (27/2).
Dalam kesempatan itu, Kepala Biro Humas, Hukum dan Kerja Sama (Hukerma) Kemenkumham, Hantor Situmorang mengatakan, pada era digitalisasi saat ini bidang humas bisa beradaptasi dengan cepat.
"Kehumasan memiliki peran penting dalam menjaga citra, membangun hubungan baik dengan internal, stakeholder maupun masyarakat pekerjaan ini tentu tidak bisa dikatakan mudah. Karena seorang praktisi humas harus memiliki banyak kemampuan, baik itu soft skill, maupun hard skill," kata Hantor dalam sambutannya.
Menurutnya, berdasarkan Perhimpunan Humas disebutkan jika peran kehumasan tidak bisa diganti begitu saja. Karena kecanggihan teknologi komputeris, kompetensi kehumasan membutuhkan kombinasi yang unik antara nalar, intuisi, empati, emosi dan juga kreativitas.
"Kehadiran teknologi memang mengubah cara kerja di berbagai bidang termasuk bidang kehumasan, di sisi lain kehadiran teknologi ini juga bisa menghadirkan peluang jika dimanfaatkan dengan benar, tidak hanya mempermudah tapi juga bisa memberi inovasi-inovasi baru di dunia kehumasan," ujarnya.
"Namun, teknologi terus berkembang dan para praktisi humas harus siap dengan perkembangan itu sendiri kehumasan di era digital semakin canggih, cepat dan praktis," sambungnya.
Lalu, perkembangan zaman saat ini diungkapnya melahirkan berbagai tantangan antara lain media sosial yang semakin beragam, perubahan perilaku audience yang cepat, kehadiran reputasi online media sosial juga terkait dengan privasi dan keamanan data.
"Menyikapi perkembangan kekinian tersebut, biro Humas hukum dan kerjasama memandang perlu menyelenggarakan pertemuan hari ini dan beberapa hari ke depan untuk meningkatkan kompetensi bagi pemangku kehumasan di seluruh jajaran Kementerian Hukum dan HAM, guna meningkatkan kinerja kehumasan di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM yang lebih baik lagi ke depannya," ungkapnya.
Penyelenggaraan kegiatan kali ini juga dikatakannya sebagai respon mereka terhadap amanah yang disampaikan Menteri Hukum dan HAM pada awal tahun 2024 sebagai resolusi Kementerian Hukum dan HAM yaitu perkuat sinergi yang semakin pasti dan berakhlak untuk Kementerian Hukum dan HAM yang berdampak.
Melalui kegiatan tersebut, ia berharap agar dapat meningkatkan keahlian teknis kehumasan, kemampuan berkoordinasi dan kerjasama antara pemangku kehumasan di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.
"Sehingga dapat meningkatkan kinerja dan membangun citra positif bagi Kementerian Hukum dan HAM yang sama-sama kita cintai ini," ucapnya.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi (Pemred) merdeka.com Darojatun yang juga menjadi pemateri pada kegiatan tersebut menambahkan, perkembangan zaman atau era digitalisasi sekarang ini mempengaruhi media yang harus berevolusi.
Apa yang disampaikannya ini sesuai dengan tema yang dibawakan yakni 'How to Manage Media Relations'.
"Ketika saya lulus kuliah saya menjadi wartawan cetak tahun '99 di tabloid bola dan saya sudah membaca bahwa ini akan terjadi menurut McKinsey itu jumlah pengguna internet di tahun 2020 sudah lebih dari 57 juta orang ya di Indonesia, dan kalau lihat dari paparannya yang kecil itu saya singkat saja diperkirakan ada putaran uang sekitar 150 miliar US Dollar itu di tahun 2025 ya tahun depan," ujar pria akrab disapa Jatun.
"Ternyata itu sudah terjadi tahun kemarin 2023, jadi memang perputaran uang yang terjadi di dunia media terutama media online sangat besar," tambahnya.
Ia pun menceritakan kembali pada tahun 1999, yang mana media cetak sangat didewakan. Karena, mereka bisa menghasilkan 800 ribu eksemplar dalam sehari yang dijual pereksemplar yakni Rp5000.
"Kalikan kira-kira berapa rupiah uang yang beredar dalam proses penerbitan media cetak itu marginnya 30%, enggak ada iklan pun sudah dapat 30% ya sekitar Rp4,8 miliar per minggu ya," ucapnya.
Singkat cerita, pria akrab disapa Jatun ini mengungkapkan fungis dari seorang wartawan lapangan hingga editor menjadi berlipat. Selain berkembangnya zaman, mereka juga dituntut agar berita atau isi pesan yang dibuatnya itu sampai kepada publik atau pembaca.
Salah satunya dengan membuat judul semenarik mungkin, hingga memasukan sejumlah foto atau video agar dengan mudah dicari oleh masyarakat.
"Ketika hanya bicara fokus di media online saja, kini dengan bermodalkan WhatsApp, seorang wartawan sudah bisa mendeliver dengan cepat berikut foto dan video. Tapi itu tidak cukup, wartawan yang baik juga mesti bisa membuat vloging, membuat berita dengan melibatkan dirinya dalam berita itu," paparnya.
"Dan yang lebih hebat lagi, jika dia sudah bisa tidak sekedar buat video vlog, tapi juga bisa mewawancarai narasumber hanya dengan berbekal microphone atau berbekal handphone saja ya," tambahnya.
Hal ini dipastikan tidak mudah dilakukan oleh seseorang, karena membuat video live streaming yang mana harus memikirkan posisi yang pas agar narasumber dan dirinya bisa tetap masuk dalam kamera dan memberikan pertanyaan dengan baik.
"Jadi tambah sulit kerjaan wartawan ya makin ke sini, tapi makin juga banyak peluang yang bisa didapat dari seorang wartawan yang pada akhirnya mungkin bisa belajar jadi konten kreator pada ujungnya," pungkasnya.