Gubernur Ganjar ibaratkan kelompok Saracen teroris di dunia maya
Di hadapan ribuan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) se-Kerisidenan Pati, Ganjar menegaskan jika kelompok Saracen tidak hanya menyebar fitnah dan kebencian. Bahkan kelompok itu juga berupaya menyebarkan terorisme dan radikalisme di dunia maya.
Terbongkarnya kelompok penyebar fitnah dan berita bohong serta kebencian Saracen dan ditangkapnya pelaku oleh Mabes Polri membuat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo angkat bicara.
Di hadapan ribuan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) se-Kerisidenan Pati, Ganjar menegaskan jika kelompok Saracen tidak hanya menyebar fitnah dan kebencian. Bahkan kelompok itu juga berupaya menyebarkan terorisme dan radikalisme di dunia maya.
"Polisi telah menangkap penyebar finah dan kebencian kemarin. Saya surfing dan searching, ternyata benar mereka menyebar kebencian dan radikalisme di internet. Ini adalah bagian gaya terorisme yang lain. Meneror antar kelompok, meneror antargolongan supaya mereka berpecah belah. Kalau istilah zaman Belanda devide at impera," tegas Ganjar saat menjadi pembicara di Pondok Pesantren (Ponpes) Raudhlatul Mubtadiin, Kecamatan Balekambang, Kabupaten Jepara, Jateng Sabtu (26/8).
Ganjar menyebut jika Saracen seolah-olah menyebar kebencian dengan membagi dua kubu layaknya seorang dalang yang memerankan tokoh pewayangan. Yaitu peperangan antara Pandawa dan Kurawa yang tak ada henti-hentinya.
"Sebanyak 2.000 akun yang mereka punyai. Seolah, olah mereka memerankan sebagai dua kubu yang berseberangan, berlawanan. Mereka berlagak dan bekerja selayaknya sebagai seorang dalang. Kemudian terjadilah tantang-tantangan. Maka terjadilah chaos, terjadilah kerusuhan, terjadilah pertengkaran dan terjadilah perpecahan," bebernya.
Setelah terjadi perpecahan dan peperangan, kelompok Saracen itu bertepuk tangan karena kerusuhan dan perpecahan itu merupakan proyek pesanan pihak tertentu kepada mereka.
"Dan mereka tepuk tangan, menerima orderan Rp 200 juta, Rp 100 juta dari orang lain yang berkepentingan. Mereka pun bertepuk tangan dengan gembiranya dan kemarin ditangkap polisi. Mereka jualan radikalisme dan terorisme secara online. Memangnya cuman jilbab yang bisa dijual online?" ujarnya.
Ganjar yang pernah mendapatkan Rekor MURI sebagai Kepala Daerah paling aktif menggunakan twitter ini juga bersyukur kelompok Saracen ini dibongkar dan pentolannya ditangkap. "Saya kira bukan teror tapi mereka bisa mengadu domba dan bisa meretakkan hubungan sosial. Dan yang kedua, ketika pesan-pesan yang dituliskan itu mengancam, pesan-pesan itu membikin takut orang. Itu kan teror," terangnya.
Dia menilai sangat perlu menyampaikan pesan dan peringatan kepada para santri dan anak muda di lingkungan pondok pesantren. "Jadi perlu kita sampaikan juga diberitahu ternyata di antara kebaikan-kebaikan nilai-nilai kebaikan yang dimiliki ternyata hari ini terbongkar, ada toh orang bisa menjual pesanan fitnah, menjual pesanan kebencian begitu. Kemudian itu ditukarkan, di ekuivalen dengan nilai rupiah," tuturnya.
Ganjar pun menambahkan, cara melawan penyebaran berita bohong (hoax), penyebaran kebencian dan fitnah dapat dilakukan dengan memberikan komentar yang sifatnya mengedukasi dan mengungkap kebenaran terhadap fitnah yang disebar.
"Melawannya apa? Ya sudah ada tadi dikatakan dengan cara memblokir, atau gagasannya (ada yang bilang) nanti saya hack pak. Sebenarnya juga menumbuhkan kepedulian antara mereka yang ikut membaca di situ untuk dilawan. Namanya apa? Membenarkan kemudian menyatakan itu ngawur, mengatakan itu tidak semuanya benar. Dikeroyok semuanya kita tunjukan kepada publik. Itu keliru, itu ngawur, itu membahayakan dan kita lawan. Dan kekuatan-kekuatannya seperti anak muda itu tadi," pungkasnya.