Gunung Agung Kembali Erupsi, Tinggi Kolom Abu Tertutup Kabut
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana menjelaskan, kolom abu tidak teramati karena kabut. Menurut Devy, Gunung Agung saat ini berada pada Status Level III (Siaga).
Gunung Agung di Kabupaten Karangsem, Bali, kembali erupsi, Senin (21/1) sekitar pukul 16.45 WITA. Namun dalam erupsi tersebut tinggi kolom abu tidak teramati.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 milimeter dan durasi kurang lebih satu menit 52 detik.
-
Kapan Gunung Semeru erupsi? "Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 6 Mei 2024 pukul 05.43 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 700 meter di atas puncak atau sekitar 4.376 mdpl," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Mukdas Sofian, Senin (6/5).
-
Di mana letak Gunung Semeru yang mengalami erupsi? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
-
Kenapa Gunung Agung di Bali dikeramatkan? Gunung Agung merupakan gunung yang dikeramatkan warga Bali, karena ada banyak pantangan yang harus dipatuhi ketika akan mendaki.
-
Kapan Gunung Tangkuban Perahu dikabarkan erupsi? Beredar sebuah video di media sosial Facebook yang mengandung narasi bahwa Gunung Tangkuban Perahu yang berada di Bandung, Jawa Barat, mengalami erupsi pada tanggal 11 Juni 2024 lalu.
-
Apa yang terjadi pada Gunung Semeru? Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur (Jatim), kembali erupsi disertai dengan letusan abu vulkanik.
-
Dimana letak Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali? Gunung Agung yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini memiliki ketinggian 3.031 mdpl.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana menjelaskan, kolom abu tidak teramati karena kabut. Menurut Devy, Gunung Agung saat ini berada pada Status Level III (Siaga).
Masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas di radius 4 kilometer dari Kawah Puncak Gunu Agung. Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual atau terbaru.
"Gunung Agung aktivitasnya masih belum stabil dan rawan untuk terjadi erupsi. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang. Namun agar mengikuti rekomendasi untuk tidak beraktivitas di zona bahaya yaitu radius 4 kilometer dari kawah," kata Devy, saat dikonfirmasi.
Selain itu, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan.
"Jika material erupsi masih terpapar di area puncak, area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung," ujar Devy.
Penjelasan PVMBG Gunung Agung Dua Kali Erupsi
Gunung Agung di Kabupaten Karangsem, kembali erupsi sebanyak dua kali dalam waktu yang berdekatan pada Pukul 16.45 dan Pukul 17.00 Wita, Senin (21/1) sore.
Dari sumber data Pusat Vulkanoligi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tercatat saat terjadi erupsi pada pukul 16.45 Wita, terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi +11 menit 52 detik. Kemudian, pada pukul 17.00 terekam 23 mm dan durasi + 1 menit 17 detik.
Devy Kamil Syahbana selaku Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantuan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG menjelaskan, terjadinya erupsi karena overpressure atau kelebihan tekanan di dalam perut gunung.
"Semua erupsi terjadi karena overpressure atau kelebihan tekanan di dalam perut gunung. Tekanan ini bisa bersumber dari material magma yang naik secara masif maupun berupa gas-gas magmatik yang naik sedikit-sedikit untuk kemudian terakumulasi di kedalaman tertentu," ucapnya saat dikonfirmasi.
Menurut Devy, pada kondisi di mana lapisan penutup atau atas tidak mampu menahan tekanan ini, maka erupsi terjadi. "Hujan, adalah salah satu faktor eksternal yang bisa mempengaruhi aktivitas Gunung Api. Faktor eksternal lain yg bisa mempengaruhi aktivitas Gunung Api bisa juga gempa tektonik, efek tidal, dan lain-lain," ujarnya.
"Di Merapi, hujan pernah dilaporkan menyebabkan destabilisasi kubah lava. Air hujan, jika masuk ke dalam sistem vulkanik dan berinteraksi dengan uap magma yg panas, bisa juga memicu terjadinya hembusan bahkan letusan," tambah Denvy.
Devy juga menyampaikan, namun demikian, perlu diingat bahwa bukan hujan yang menyebabkan erupsinya, tapi memang karena ada kelebihan tekanan di dalam tubuh gunungnya. Sehingga erupsi terjadi.
"Adapun hujan hanya menjadi faktor trigger dari luar, hanya jika gunung apinya sedang kelebihan tekanan. Tidak semua gunung api langsung reaktif meletus karena hujan. Sekarang kan musim hujan, kalau memang hanya hujan yang menyebabkan erupsi, kenapa hanya Gunung Agung yang erupsi. Sementara gunung api lainnya tidak," tandas Devy.
Baca juga:
Gunung Agung Erupsi, Warga Dilarang Mendekati Radius 4 Km dari Kawah
Gunung Agung Kembali Erupsi, Sinar Api Muncul di Puncak Kawah
Gunung Agung erupsi, ini 4 faktanya yang mengejutkan
Menko Luhut harap erupsi Gunung Agung tak ganggu pelaksanaan IMF-World Bank
Memantau Gunung Agung yang terus semburkan material vulkanik
Kunjungi pos pantau Gunung Agung, Mensos cek kebutuhan para pengungsi
Kementerian ESDM Resmikan Pos Pengamatan Gunung Agung