Guru Besar Universitas Udayana Tewas Gantung Diri
Guru Besar Universitas Udayana (Unud) Prof MS (63) ditemukan tewas bunuh diri dengan cara gantung diri, pada Senin (21/2) siang. Peristiwa itu terjadi Jalan Kerta Winangun II Desa Sidakarya, Denpasar Selatan, Bali.
Guru Besar Universitas Udayana (Unud) Prof MS (63) ditemukan tewas bunuh diri dengan cara gantung diri, pada Senin (21/2) siang. Peristiwa itu terjadi Jalan Kerta Winangun II Desa Sidakarya, Denpasar Selatan, Bali.
"Pukul 16.15 Wita, jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Sanglah oleh ambulans BPBD Kota Denpasar," kata Kasi Humas Polresta Denpasar Iptu I Ketut Sukadi, Senin (27/2) malam.
-
Kenapa Kurniawan Dwi Yulianto dipanggil "Kurus"? Pemain yang akrab dipanggil "Ade" dan juga sering dijuluki "Kurus" karena posturnya yang kecil ini lalu kembali ke Indonesia dan bermain di Liga Indonesia dan bermain dengan beberapa tim: PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, PS Pelita Bakrie, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta , Persitara Jakarta Utara, Persela Lamongan,hingga PSMS Medan.
-
Siapa Darma Mangkuluhur? Darma Mangkuluhur menjadi sorotan karena rencananya membangun lapangan golf di Sentul, Bogor, Jawa Barat dengan dana Rp1,2 triliun. Miliki Bisnis Yang Berkembang Pesat, Ini Potret Darma Mangkuluhur Putra Tommy Soeharto yang Akan Bangun Lapangan Golf Senilai Rp1,2 Triliun Merupakan Komisaris Darma adalah komisaris di PT Intra GolfLink Resorts (IGR) dan PT Wisma Purnayudha Putra, perusahaan properti, seperti dilaporkan oleh CNN Indonesia.
-
Kapan bintang-bintang mati? Setiap Tahun, Ada Segini Bintang yang Mati di Galaksi Bima Sakti Bintang pun bisa hancur setiap tahunnya dan melakukan "regenerasi". Komposisi bintang di langit terus berganti seiring dengan perkembangan waktu.
-
Kenapa polisi menduga keluarga itu bunuh diri? Mereka tidak ditemukan unsur kekerasan di lokasi kejadian. "Kalau melihat kondisi rumah, rumah hanya satu pintu ke depan. Di belakang ada jendela, tetapi tidak ada kerusakan sama sekali. Pintu juga tidak rusak, barang-barang dalam kamar masih tersusun rapi," jelas AKP Gandha Syah Hidayat di lokasi kejadian, Selasa (12/12).
-
Apa yang membuat bocah itu histeris dan melawan polisi? Bukan tanpa alasan bocah tersebut menangis histeris dan ingin memberikan perlawanan. Ternyata, dia tengah mengalami ketakutan. Sebab, sang bocah laki-laki itu diketahui bakal mengikuti acara sunatan massal yang digelar gabungan aparat setempat.
-
Kapan Bon Kontan dicetak? Mengutip disbudpar.acehprov.go.id, Bon Kontan ini diproduksi pada tahun 1949.
Kronologinya, saat itu anak korban atau saksi berinisial KDY baru datang dari Malang, Jawa Timur, sekitar pukul 05.00 Wita dan mendapati bapaknya atau korban masih dalam keadaan sehat.
Kemudian, saksi tertidur dan pukul 12.00 Wita dan saksi bangun sempat mengobrol dengan korban. Lalu, sekitar pukul 13.30 Wita saksi mendapati korban sudah dalam keadaan gantung diri di ruang keluarga. Dengan tali tambang plastik warna biru yang digantung di tangga lantai dua rumahnya.
Sementara dari keterangan saksi lainnya menerangkan, sekitar pukul 13.30 Wita, saat saksi menonton TV di rumahnya tiba-tiba pintu pagar digoyang oleh anak korban sambil menangis dan bilang bahwa bapaknya gantung diri. Mendengar hal tersebut, saksi kemudian keluar rumah untuk untuk minta tolong ke warga sekitar.
"Sepengetahuan saksi bahwa korban orangnya tertutup sempat mengeluh sulit tidur, sering lemas dan saat ini bekerja sebagai dosen di Unud," ujarnya.
Kemudian, pada pukul 16.05 Wita, unit identifikasi Sat Reskrim Polresta Denpasar tiba di TKP dan melakukan olah TKP dengan hasil, nihil tanda-tanda kekerasan, dari kemaluan korban keluar air mani, pada telapak kaki sudah membiru, lidah menjulur terjepit oleh gigi. Pada leher korban ditemukan bekas jerat tali hingga di bawah daun telinga.
"Barang bukti yang diamankan tali tambang plastik warna biru. Saat ini anak korban belum dapat dimintai keterangan karena masih syok atas kematian korban atau bapaknya," ujarnya.
(mdk/rnd)