Habis digusur warga Pasar Ikan dinyinyir Ahok
Ahok pun menganggap warga yang bertahan seakan sedang bermain drama.
Pemprov DKI Jakarta menggusur kawasan Pasar Ikan, Jakarta Utara. Warga yang terkena dampak penggusuran tersebut direlokasikan ke Rumah Susun Rawa Bebek Cakung Jakarta Timur.
Namun, banyak warga enggan pindah ke rusun. Kondisi rusun pun sangat memprihatinkan. Rusun tersebut memiliki 125 kamar, dan masing-masing blok terdiri atas lima lantai. Layaknya apartemen, terdapat lift yang menyambungkan lantai dasar hingga ke lantai paling tinggi.
Namun, keberadaan lift ini rupanya menjadi masalah bagi warga yang baru menempati rusun tersebut. Sebab, saat dioperasikan kerap mengalami kendala hingga membuat penghuni terjebak di dalamnya.
"Lift kadang-kadang suka macet. Takutnya nanti ada anak yang terjebak kan repot. Mending kalau saat kita ada di lift bawa handphone, jadi bisa hubungi saudara atau siapapun. Sehingga bisa minta tolong. Kalau tidak bawa handphone saat itu nanti yang ada kejebak di lift. Makanya tadi lift lantai 1 ditutup," ucap Siti Romlah (30) di Rusun Rawa Bebek, Rabu (13/4).
Selain masalah lift yang kerap macet, kendala lain yang dia alami bersama penghuni baru lainnya, yakni minimnya angkutan umum dari Rusun. Alhasil, aktivitasnya terhambat.
"Bingung saya mau ke mana-mana saja sulit. Keluhannya kendaraan umum. Kalau mau ke pasar susah. Saya tadi mau ke pasar saja sekali jalan Rp 20 ribu, naik ojek. Mana kendaraan umum belum masuk ke dalam. Kalau tidak naik ojek naik apa ke pasar?" ucapnya.
Warga pun banyak yang memilih bertahan di sekitar Pasar Ikan. Basri (65) warga RT 12 RW 04 memilih tinggal di kapal bersama sang istri dan anak-anaknya. Ayah 14 anak tersebut mengaku bahwa sebenarnya ia mendapatkan dua unit Rumah Susun Sewa (Rusunawa) yang berada di kawasan Rawa Bebek, Jakarta Timur.
"Anak saya sendiri ada 14, yang masih lajang ada 7," ucap Basri kepada merdeka.com di kapal miliknya.
Ia menceritakan bahwa sejak remaja, ia telah berada di kawasan Pasar Ikan itu sejak lima puluh tahun yang lalu. Di sanalah ia mencari sesuap nasi untuk menghidupi keluarga kecilnya.
"Saya di sini udah lama sekal, lima puluh tahunan lebih kali mbak. Saya mending tinggal di sini (kapal) dari pada rusun, kan saya nelayan ya mbak, tinggalnya pasti di laut," cerita Basri.
Menanggapi warga yang bertahan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyarankan warga Pasar Ikan, Penjaringan yang bertahan untuk pindah ke rumah susun (Rusun). Mereka bisa memilih salah satu rusun yang disediakan, seperti di Marunda, Rawa Bebek, Kapuk Muara, Cakung Barat, dan Tipar Cakung.
"Manusia perahu (bertahan) karena urusan kerja di sana. Saya mau tanya, di Rusun Marunda, ada kanal banjir timur, segala macam. Ada nelayan enggak di Cilincing dan Cakung? Ada," katanya di Balai Kota DKI Jakarta.
Menurutnya, Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan fasilitas penunjang, sehingga kehidupan nelayan akan lebih baik. Semisal bus gratis dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) untuk anak-anak.
"Buat apa sengsarakan keluarga. Jadi kan ini politik namanya, sengaja tingal di perahu, ya tinggal saja," tambahnya.
Ahok bahkan menantang seberapa lama puluhan warga itu bertahan hidup di atas kapal. "Ya enggak apa. Lama-lama dia juga hilang sendiri. Biarin saja dulu, nanti juga kapok," kata Ahok.
Bukan mencari solusi, Ahok pun curiga ada motif di balik sikap puluhan warga itu. Dugaannya adalah mereka tinggal di atas perahu hanya untuk mengintai penataan Pasar Ikan dan permukiman di sekitarnya.
Jika dinding turap guna menormalisasi kali yang rencananya bakal digarap Pemprov DKI rampung, Ahok menengarai puluhan warga itu akan menduduki lahan itu lagi.
"Dia bukan mau tinggal di perahu. Dia lagi mau ngintai. Nanti kalau sudah sheet pile dia mau injek lagi di atas," terangnya.
Tak hanya itu, Ahok pun menganggap warga yang bertahan seakan sedang bermain drama. "Jadi siapa yang mau menyengsarakan siapa? Enggak usah bikin film sinetronlah," katanya.