Ini analisa 5 pengamat soal pencapresan Jokowi
Para pengamat mengungkapkan pujian atas langkah yang diambil Megawati Soekarnoputri.
Pencapresan Gubernur DKI Jakarta yang disampaikan pada kemarin (14/3) mengundang banyak pendapat dari berbagai pengamat politik. Berbeda dengan pesaing politik Jokowi yang berpendapat miring, para pengamat ini justru mengungkapkan pujian atas langkah yang diambil Megawati Soekarnoputri .
Sebagai Ketua Umum PDIP keputusan dan strategi yang diambil Mega dinilai benar meskipun sebelumnya dia disebut tetap nyapres. Banyak yang menduga keputusan ini diambil karena elektabilitas tinggi yang dipunyai Jokowi . Berikut adalah lima analisa pengamat soal pencapresan Jokowi .
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Bagaimana hubungan Jokowi dan PDIP merenggang? Diketahui, hubungan Jokowi dengan partai Pimpinan Megawati Soekarnoputri itu merenggang saat keduanya beda pilihan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Apa usulan PKS untuk Presiden Jokowi terkait capres 2024? Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi atau Habib Aboe mengusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto untuk makan siang di Istana Kepresidenan.
-
Apa yang dikatakan Habiburokhman tentang hubungan Jokowi dan PDIP? Habiburokhman menyebut, sejumlah orang yang kalah pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah move on, usai pesta demokrasi tersebut dianggap berakhir. "Mungkin dari 100 persen sudah 60 persen orang move on. Kemudian juga tahapan kedua hari ke hari misalnya adanya statement dukungan, statement selamat dari kepala-kepala negara penting di dunia itu mungkin membuat sekitar 80 persen orang move on. Terakhir penetapan KPU kemarin mungkin sudah 95 persen orang move on," jelasnya.
Keyakinan masyarakat kepada Jokowi
Pengamat politik dari Sumatera Utara, Ahmad Taufan Damanik menilai terlalu dini menyebut Jokowi berada di atas angin pada pemilu presiden mendatang.
"Meski Jokowi diakui salah satu sosok yang tampak disukai masyarakat dengan langkah blusukannya, tetapi masih banyak faktor sebagai penentu untuk benar-benar dipilih masyarakat dalam Pemilu mendatang," katanya seperti dikutip Antara, Jumat (14/3).
Meskipun dalam berbagai survei unggul dan dikenal sebagai ahli blusukan, tetapi tidak menutup kemungkinan Jokowi kalah sebab publik semakin cerdas.
"Popularitas belum jadi jaminan masyarakat memilih seseorang calon. Selain kualitas, juga sangat tergantung bagaimana partai dan caleg bisa membuat masyarakat mau memilih mereka," kata Dosen Universitas Sumatera Utara (USU) tersebut.
Jokowi harus siap hadapi persaingan sengit
Pengamat politik dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Rauf Hatu menilai tampilnya Jokowi di panggung capres akan membuat partai dan kandidat lain tidak tinggal diam dan menyusun strategi yang lebih matang.
"Strategi tersebut yang akan mematahkan perjuangan PDIP dalam merebut kursi Presiden RI." tukas dia seperti dikutip Antara, Jumat (14/3).
Rauf juga? menyangsikan kualitas Jokowi dalam blusukan. Dia berpikir Jokowi punya maksud lain dalam blusukannya
"Dari segi itu Jokowi lolos, namun yang menjadi sisi kelemahannya adalah Jokowi nampak lebih sebagai selebriti dibanding calon pemimpin negara karena cara pencitraannya," ungkapnya.
Ia juga menilai sejumlah program Jokowi termasuk blusukan ke berbagai tempat bukan cara yang efektif menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Lolos satu putaran
Pengamat politik dari Universitas Indonesia Ari Junaedi meyakini penetapan Joko Widodo (Jokowi) akan mendongkrak elektabilitas PDIP. Menurut dia angkanya bisa sebesar 27,02 persen.
"Saya yakin target perolehan suara di pemilihan umum legislatif 2014 sebesar 27,02 persen atau 152 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat RI itu akan tercapai karena pemilih Jokowi itu bukan hanya orang dari PDIP, tapi lintas partai, sehingga harapan atau ekspektasi suara PDIP itu akan meningkat signifikan," ujar Ari Junaedi saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Perkiraan dia, hadirnya Jokowi akan menghantarkan ke pemilu satu putaran. "Karena pemenangnya PDIP yang mencalonkan Jokowi, maka Jokowi memenangi pilpres dengan hanya satu putaran," kata dia.
Dinilai akan beri efek elektoral PDIP di Pileg
Setelah beberapa kali mengelak akan menjadi calon presiden, Jumat (14/3), Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden dari PDIP. Dosen Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Ari Dwipayana menilai keputusan tersebut tepat diambil Jokowi maupun PDIP menjelang pemilihan umum legislatif pada 9 April mendatang.
"Strategi politik ini jelas akan memanfaatkan momentum sebelum pemilu legislatif. Momentum ini memberi efek elektoral dan meningkatkan elektabilitas calon legislatif yang diusung PDIP," ujar Ari Dwipayana? saat dihubungi merdeka.com , Jumat (14/3).
Bahkan pengaruh mantan wali kota Surakarta ini dinilai mampu memengaruhi para pemilih yang sebelumnya antipati terhadap partai politik. "Jokowi akan menangkap suara dari orang-orang nonpartai," sambung dia.
Terlebih pengaruh elektabilitas ini akan semakin besar jika sang gubernur terjun langsung berkampanye untuk para calon legislatif dari partai moncong putih tersebut.
Jokowi jadi capres tanda Mega berbesar hati
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menuai banyak pujian menyusul pemberian mandat oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Joko Widodo sebagai calon presiden. Megawati diapresiasi dan dinilai mengambil keputusan tepat.
"Saya melihat ketika mencalonkan itu Mega tidak gegabah, melihat survei dan banyak pertimbangan," kata peneliti LIPI Jaleswari Pramodhawardani saat dihubungi merdeka.com , Jumat (14/3).
Dia berpendapat keputusan ini akan membawa dampak positif bagi partai yang dipimpinnya. Bahkan efek positif juga akan diterima Megawati. "Justru ada kebesaran hati Mega menunjuk Jokowi sebagai calon presiden. Ini juga menjadi indikator kalau partai sedang menuju partai modern," kata dia lagi.
Menanggapi tudingan dari berbagai partai politik soal pengkhianatan terhadap Jakarta, pengamat politik ini menganggap hal tersebut wajar di iklim persaingan politik seperti ini.
"Berbagai isu dilemparkan partai itu wajar, mereka lawan politik. Jokowi tidak meninggalkan Jakarta, dia bisa berbuat lebih banyak untuk Jakarta jika melaju ke level nasional dan justru lebih strategis," tutup dia.?
Jaleswari menilai, dengan majunya Jokowi sebagai capres akan mendongkrak suara PDIP. "Otomatis Jokowi akan mendongkrak di PDIP di lapangan," tambah Jaleswari.