IPB: Beras Raskin busuk tanda Indonesia alami krisis pangan
Ratusan warga Kelurahan Ciriung, Cibinong, Kabupaten Bogor, mengeluhkan beras raskin yang tak layak konsumsi.
Peredaran beras yang diperjualbelikan untuk rakyat miskin (Raskin) terjadi di sejumlah wilayah di Bogor. Akibat hal ini Indonesia dinilai sedang krisis pangan sehat.
Pakar Pangan dari Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) Purwiyatno Hariyadi menuturkan distribusi beras yang dilakukan pemerintah untuk rakyat miskin kualitasnya semakin rendah dan sudah keterlaluan kalau temuan di Bogor juga terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Menurutnya, kondisi keamanan dan kesehatan pangan di Indonesia sangat memprihatinkan. Terlihat dari banyak temuan kasus pangan yang tidak layak dikonsumsi, namun tetap saja beredar.
"Kondisi yang ada saat ini menurut saya sudah bisa dikategorikan sebagai krisis pangan sehat. Apalagi ini terjadi pada beras yang merupakan panganan pokok. Hanya saja kita tidak pernah punya definisi krisis, sama juga kita bilang krisis pangan, kapan itu kita katakan sudah krisis. Karena menurut saya definisi krisis itu politik," katanya saat ditemui di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Selasa (8/9).
Dia memaparkan, jika dilihat dari fenomena adanya raskin busuk dan berkutu yang terjadi setiap tahun ini, seharusnya pemerintah tidak tinggal diam dan kalaupun ada tindakan, sifatnya hanya reaktif berupa penarikan beras kemudian diganti.
"Kan sudah jelas temuan kasus seperti ini terjadi hampir setiap tahun pasti ada saja. Seharusnya ada upaya dari pemerintah untuk mencegah itu semua," tandasnya.
Dia memaparkan, jika melihat beredarnya beras raskin, dampaknya cukup besar dalam hal ini jaminan rasa aman mengonsumsi pangan program pemerintah. "Besaran dampaknya yakni masalah ketidakamanan pangan terhadap kesehatan dan individu, maka kondisinya perlu adanya upaya extra ordinari. Dan menurut saya kelihatan, apa yang seharusnya dilakukan itu sudah ada," jelasnya.
Sebelumnya ratusan warga Kelurahan Ciriung, Cibinong, Kabupaten Bogor, mengeluhkan beras yang setiap tahun diterima kualitasnya semakin tidak layak konsumsi. Bahkan beras yang ditujukan untuk warga tidak mampu itu, sudah kekuningan, bau busuk dan terasa pahit jika dimakan.
Heni Puspitawati (40) yang mengeluhkan kondisi beras yang tidak layak konsumsi mengaku kesal dan susah memprotes ke aparat kelurahan setempat. âª"Keluarga saya memang sering makan nasi dari raskin. Cuma raskin yang bulan ini rasanya lebih aneh, pahit dan agak berbau," jelasnya.
Lanjutnya, selain pahit dan berbau, nasi raskin tersebut juga berwarna kekuningan. Bahkan, salah seorang anaknya mengaku sakit perut usai mengonsumsi nasi raskin itu. "Kalau bau sama warnanya sih saya sudah biasa, tapi yang sekarang ini agak pahit. Makanya saya langsung lapor ke pengurus RW," tambahnya.
Dalam sebulan, keluarga Heni selalu membeli satu karung beras bulog seberat 15 kilogram dengan harga Rp 25 ribu. Sesekali dia mencampur dengan beras biasa seharga Rp 8 ribu per liter saat memasak.
Sementara, pengurus RW dan juga koordinator penyalur raskin, Zamri menuturkan kondisi beras tak layak konsumsi ini memang sudah terjadi beberapa bulan lalu. âª"Kalau jelek begini memang sudah dari dulu, tapi baru kali ini rasanya pahit. Makanya kami langsung koordinasi dengan pihak kelurahan," tuturnya.
Ia menuturkan, banyak warga yang enggan mengonsumsi raskin dan lebih memilih untuk dijadikan pakan ternak. Dia berharap agar pemerintah bisa lebih memperhatikan masalah raskin yang tak layak konsumsi ini.
"Sebenarnya banyak warga yang sudah mengeluhkan ini sejak beberapa bulan lalu. Tapi sepertinya mereka merasa takut. Saya hanya berharap pemerintah bisa memanusiakan warga masyarakat," katanya.