Istana: Wikileaks soal peran dominan Bu Ani, tak bisa dipercaya
Julian menegaskan, tidak sedikit pun Ani Yudhoyono menyetir kerja SBY terutama yang berkaitan dengan kabinet.
The Australian mengungkap alasan intelijen Australia melakukan penyadapan pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara, Ani Yudhoyono. Di harian itu, dikatakan Ani sebagai ibu negara mulai dominan memberi masukan pada SBY, dengan tujuan memperkokoh dinasti keluarga Cikeas.
Juru Bicara Kepresidenan, Julian Adrin Pasha, menegaskan tudingan dalam dokumen diplomatik berstempel 'rahasia' itu tidak mendasar.
"Isu tersebut menurut kami tidak mendasar. Tidak ada dasarnya. Tidak berdasarkan sesuatu yang sifat formal atau secara hukum bisa dipertanggungjawabkan. Dari mana mereka dapatkan itu," kata Julian saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusuma, Minggu (15/12).
Julian kembali menegaskan, tidak sedikit pun Ani Yudhoyono menyetir kerja SBY terutama yang berkaitan dengan kabinet. Dia lantas meminta publik tak percaya begitu saja pada isi kawat diplomatik yang dibocorkan Wikileaks tersebut.
"Itu kan versi mereka, kalau saya bantah berarti tidak apa-apa toh. Tidak benar. Wikileaks tak jelas kredibilitasnya, bagaimana bisa dipercaya," katanya.
"Yang jelas penyadapan itu sendiri sudah ilegal dan tidak benar secara hukum. Apa dasarnya menyadap seseorang tidak pantas untuk melakukan seperti itu, iya kan," sambung Julian.
Apalagi, tambah Julian, kalau sampai dikaitkan dengan impian Bu Ani mempersiapkan putra sulungnya, Agus Harimurti untuk meramaikan Pilpres 2014 mendatang.
"Itu kan berarti sudah opini, sudah pandangan mereka. Masa saya harus tanggapi. Itu pembenaran terlalu ngawur, kalau Anda sendiri disadap, kan pasti nggak enak. Masa mereka nggak baca undang-undang kebebasan, atau bagaimana HAM seseorang," tegasnya.
Meski isu penyadapan Australia dan Indonesia terus berlanjut, Julian memastikan pemerintah belum berniat menarik Duta Besar Indonesia di sana. Dia memastikan hubungan negara sejauh ini masih cukup baik.
"Dubes tetap ada di situ. Saya sendiri melihatnya, bukan sesuatu yang harus ditanggapi karena menurut kami, itu bukan informasi A1. Saya kira tidak perlu ditanggapilah, isu-isu, tidak penting seperti itu," pungkas Julian.
Seperti diberitakan sebelumnya, harian The Australian mengabarkan kabel diplomatik berstempel 'rahasia' dikirimkan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta kepada diplomat AS di Canberra dan CIA. Kabel ini membicarakan dinamika baru peta politik Indonesia.
Para intelijen ini meyakini ada pemain yang menjadi penasehat penting bagi SBY. Orang tersebut bukan wakil presiden, bukan pula menteri dalam kabinet SBY, tapi istrinya sendiri, Ani Yudhoyono .
"Keberadaan Kristiani Herawati telah mengorbankan penasehat kunci lainnya. Ibu negara diduga telah memanfaatkan akses kepada presiden untuk membantu teman-temannya dan menjatuhkan lawannya, termasuk Wakil Presiden (Jusuf) Kalla," tulis kabel tersebut, Minggu (15/12), seperti dikutip dari The Australian.
Informasi tersebut membuat Direktorat Pertahanan Signal dan mata-mata lain yang bertempat di Canberra ingin mengetahui lebih jauh dinamika baru itu.