Jelang Natal, daging kelelawar jadi primadona di Pasar Minsel
"Menu wajib keluarga. Biasanya daging kelelawar kita masak bumbu daging tikus rica-rica," ujar Femmy.
Jelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru, warga kristiani mulai menyerbu pasar tradisional Amurang di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara. Warga mulai mencari kebutuhan-kebutuhan dapur guna untuk memasak dalam perayaan Natal tahun ini.
Menariknya, lapak-lapak daging yang terletak di bagian belakang pasar justru menjadi tempat favorit. Dari berbagai jenis daging yang dijajakan, daging paniki (kelelawar) dan babi hutan yang menjadi primadona 'buruan' pembeli yang kebanyakan ibu-ibu ini, Selasa (23/12).
Merry Mukuan (23), salah seorang penjual daging kelelawar mengakui jika daging hewan malam ini merupakan yang terlaris di antara sejumlah daging hewan ekstrem seperti anjing dan lainnya.
"Ini saja saya telah mengantongi keuntungan sekitar Rp 2 juta bahkan bisa sampai Rp 5 juta sampai sebentar sore dari hasil jualan daging kelelawar," ujar ibu muda ini.
Dirinya bertutur, jika pada hari hari-hari biasa dia hanya akan meraup sekitar Rp 1 juta dalam sehari. Selain warga lokal, daging kelelawar juga banyak dibeli oleh pemilik rumah makan untuk dijadikan menu santapan favorit.
Senada, Beth Mukuan, penjual lainnya mengaku jika biasanya dia hanya bisa menjual daging kelelawar sebanyak 20 Kg per hari, jelang Natal ini dirinya bisa menjual ratusan kilo per hari.
"Bisa sampai 100 kilogram lebih per hari," singkat dia.
Sementara, Femmy, salah seorang pembeli Warga Pakuure 3, mengaku jika daging kelelawar menjadi menu makanan wajib keluarganya setiap perayaan Natal dan Tahun Baru.
"Menu wajib keluarga. Biasanya daging kelelawar kita masak bumbu daging tikus rica-rica," tutur wanita paruh baya ini.
Dari bagian-bagian tubuh kelelawar yang bisa dimakan, dia mengaku paling menggemari bagian sayap. Ia pun tak dapat melukiskan rasa sayap kelelawar dengan kata-kata. "Rasanya gimana gitu. Pokoknya enak dan gurih. Enggak bisa dijelaskan," ucap dia.