Jika terjadi tsunami, ini yang akan dilakukan para siswa di Aceh
Syarifah Nargis meminta kepada seluruh wali murid bila terjadi gempa tidak perlu datang menjemput anaknya ke sekolah.
Ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Banda Aceh berhamburan keluar ruangan saat gempa terjadi. Siswa menyelematkan diri dengan berlindung di bawah meja, sebelum akhirnya pindah ke lapangan terbuka.
Beberapa siswa yang tergabung dalam organisasi Palang Merah Remaja (PMR) dan lainnya terlihat sedang membantu siswa yang menjadi korban. Siswa dari PMR langsung mengambil peralatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) untuk membantu korban yang terluka atau trauma.
Tak berselang lama, suara sirine pun melengking pertanda peringatan akan terjadi tsunami. Suasana panik pun terjadi, namun guru dan petugas siswa dari PMR dan Osis langsung meminta untuk tetap tenang.
Dewan guru dibantu anggota PMR membantu menenangkan siswa dan mengarahkan agar siswa lari ke arah jalur evakuasi yang terdekat dari sekolah tersebut, yaitu lari ke arah museum tsunami dan langsung naik ke lantai 4.
Sedangkan korban luka atau trauma pun ikut ditandu oleh anggota PMR dan langsung dinaikkan kelantai 4 museum tsunami. Museum tsunami ini juga dirancang menjadi escape building.
Salah seorang siswa kelas 9, Jasmin mengaku sangat bermanfaat dilakukan simulasi seperti ini. Sehingga nantinya bila benar-benar terjadi bencana tsunami sudah terbiasa cara menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.
"Sangat penting, jadi kami tahu lari kemana kalau terjadi bencana," kata Jasmin di lantai 4 museum tsunami, Kamis (17/12).
Menurutnya, setiap siswa baru yang masuk ke SMP Negeri 1 Banda Aceh selalu diajarkan cara melakukan evakuasi bila terjadi smong. Selain itu, selalu juga dimasukkan dalam setiap mata pelajaran dan saat ekstrakurikuler.
Sementara itu, Wakil Kepala SMP Negeri 1 Banda Aceh bidang kesiswaan, Syarifah Nargis mengaku, simulasi ini rutin dilakukan setiap setahun sekali. Namun, siswa selalu diajarkan dan diberitaukan tentang kebencanaan, khususnya bencana smong.
“Kurikulum khusus kebencanaan memang tidak ada. Akan tetapi kita sisipkan ke setiap mata pelajaran, seperti Bahasa Inggris misalnya, saat menulis diberikan tema tentang kebencanaan atau tentang tsunami,” kata Syarifah Nargis.
Katanya, saat Aceh dilanda smong 11 tahun lalu ada 500 lebih siswa meninggal dunia dari 1000 lebih siswa. Sedangkan guru sebanyak 28 orang juga ikut meninggal dunia.
"Kita harapkan dengan rutin kita lakukan simulasi seperti ini, bisa meminimalisir jatuh korban nantinya. Sekarang ada 716 siswa yang mengikuti simulasi ini," imbuhnya.
Syarifah Nargis meminta kepada seluruh wali murid bila terjadi gempa tidak perlu datang menjemput anaknya ke sekolah. Karena semua siswa sudah dievakuasi ke museum tsunami.
"Orang tua murid tidak perlu datang ke sekolah, cukup datang ke museum tsunami untuk menjemputnya," pintanya.