Jokowi disebut presiden terpopuler di dunia nomor 9 di FB
Hal ini berdasarkan penelitian CfDS Fisipol UGM.
Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM merilis hasil riset komunikasi virtual kepala negara dan institusi negara di Dunia. Penelitian tersebut didasarkan tiga indikator yaitu pertama popularitas virtual di Google, Youtube dan Wikipedia. Kedua intensitas sosial media Facebook dan Twitter yang diukur dari jumlah friends, likes, post Followers dan tweets. Ketiga penggunaan website pemerintah diukur dari keaktifan dan jumlah pengunjung per hari.
Dari penelitian yang dilakukan selama 30 minggu ini, didapatkan hasil jika untuk kepala negara paling populer dalam komunikasi virtual yaitu Barack Obama presiden Amerika disusul peringkat kedua Angela Merkel, perdana menteri Jerman.
"Untuk kepala negara di dunia yang paling aktif di Facebook itu nomor satu tetap Obama, Jokowi masuk, tapi di peringkat sembilan. Ini menandakan jika Jokowi cukup populer di Facebook," kata dosen Fisipol UGM Dedy Permadi saat menggelar konferensi pers secara streaming karena sedang studi di Oxford, Kamis (17/12).
Sementara itu untuk Kepala Negara teraktif di Twitter tetap Barack Obama lalu disusul Narendra Modi dari India. Untuk pemerintahan negara yang paling aktif website-nya yaitu Inggris berada di nomor satu, lalu disusul Amerika.
"Yang cukup mengherankan Korea Selatan justru tidak masuk. Padahal Teknologi Informatika dan Komunikasi mereka itu yang paling canggih," terangnya.
Secara keseluruhan, Indonesia sendiri berada di rangking 21 dunia untuk komunikasi virtual.
"Ada poin yang perlu kita garis bawahi, yaitu Indonesia belum punya blue print untuk komunikasi virtual. Padahal untuk pencitraan internasional ini sangat penting. Sekarang komunikasi virtual ini lebih efektif ketimbang yang konvensional pasang iklan di pesawat, visit Indonesia," ungkapnya.
Ke depan penelitian ini akan dikembangkan lebih mendalam lagi. CfDS akan melakukan penelitian terkait relasi komunikasi virtual dengan tingkat korupsi, efektivitas pemerintahan, transparansi dan akuntabilitas.
"Nanti akan kita kembangkan lebih mendalam lagi. Sementara ini kalau ingin meningkatkan branding Indonesia di dunia internasional, informasi virtual harus dilakukan dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris," tandasnya.