Kapal pengangkut pasir reklamasi Jakarta beroperasi malam hari
Aktivitas penambangan pasir di tengah laut itu menyebabkan pendapatan nelayan menurun tajam.
Aktivitas penambangan pasir laut di Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, berdampak kepada tangkapan ikan para nelayan di wilayah tersebut. Akibatnya, para nelayan tidak melaut akibat terus mengalami kerugian.
Biasanya penambangan pasir laut dilakukan malam hingga pagi hari. Kapal berbendera Belanda bernama Queen of The Netherlands mulai melakukan penambangan pasir pada pukul 17.00 WIB hingga 03.00 WIB di Perairan Lontar, Tirtayasa, Kabupaten Serang.
Seorang nelayan setempat Payumi (45) mengaku lebih banyak memilih untuk menghabiskan waktu di rumah. Dia bersama puluhan nelayan lain memilih tidak melaut karena ongkos tidak sebanding dengan pendapatan.
"Banyak yang enggak melaut. Enggak ada udang, paling nganggur duduk-duduk aja di rumah," ujar nelayan Kampung Sawah, Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang tersebut, Rabu (20/4).
Begitu juga dirasakan Fahri (33). Dia memutuskan untuk tidak melaut lantaran tidak lagi mendapat tangkapan ikan. Biasanya, ayah dari tiga anak tersebut mengaku mendapat banyak tangkapan ikan. Namun beberapa bulan ini, dia mengaku tidak banyak mendapat tangkapan ikan.
"Hasilnya berkurang drastis. Biasanya pakai jaring gerandong dapat. Tapi sekarang enggak ada yang nyangkut," kata Fahri.
Fahri mengeluh sejak adanya penambangan pasir laut tangkapan ikan menurun tajam. "Soalnya tempat lokasinya ada penambangan. Rumah ikan dan rajungan sekarang sudah rusak. Pasirnya terangkat karena pasirnya disedot. Padahal dulu ikan bawal mah gampang nyarinya," kata dia.