Kapolri sebut sejak tahun 2000 Poso jadi 'qoidah aminah' teroris
"Jadi jaringan dari Jawa, Sulawesi, Sumatera, kumpulnya di sini," katanya.
Operasi panjang Tim Tinombala memburu pimpin Mujahidin Timur Indonesia (MTI) Abu Wardah alias Santoso akhirnya membuahkan hasil. Santoso dan anak buahnya Mochtar tewas dalam baku tembak pada Senin sore di tengah hutan Tambarana.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian memastikan setelah Santoso tewas operasi serupa akan terus dilakukan di Poso. Diyakini masih ada teroris yang ingin meneruskan perjuangan Santoso.
"Kenapa operasi ini penting, karena mereka sudah buat konsep qoidah aminah atau tempat ideal, tempat mereka cikal bakal," kata Tito dalam jumpa pers kepada wartawan setibanya di Poso, Rabu (20/7). Tito didampingi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar, Kepala BNPT Suhardi Alius dan Kapolda Sulteng, Brigjen Rudy Sufahriadi.
Dijelaskannya, kenapa kawasan Poso menjadi tempat ideal karena bekas daerah konflik. Latar belakang itulah yang membuat sebagian warga yang trauma 'welcome'.
"Selain itu, jauh dari pemerintah, terpencil, sehingga dianggap jauh dari radar. Dari tahun 2000 pascakonflik sudah jadi qoidah aminah tempat ideal, base pertama. Jadi jaringan dari Jawa, Sulawesi, Sumatera, kumpulnya di sini," jelasnya.
Namun, dengan dilumpuhkannya Santoso dia berharap pergerakan kelompok ini sedikit terhambat. Sebab selama ini, Santoso dianggap sebagai figure kelompok MTI.
"Santoso jadi figure perlawanan pada pemerintah, dengan adanya ini qoidah aminah jadi gagal, otomatis jadi gagal. Sehingga mereka disorientasi jaringan. Jadi tertangkapnya ini bukan akhirnya terorisme yang padam " pungkasnya.