Kapolri Singgung Banyak yang Harus Dibenahi: Dari Etik, Leadership Sampai Zona Nyaman
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan seorang personel kepolisian harus menguasai tiga kompetensi yakni teknis, etik dan leadership. Tiga hal itu, katanya, wajib melekat pada tiap individu polisi. Tidak bisa hanya satu, sebab ketiganya harus jalan berbarengan.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan seorang personel kepolisian harus menguasai tiga kompetensi yakni teknis, etik dan leadership. Tiga hal itu, katanya, wajib melekat pada tiap individu polisi.
Soal kompetensi teknis, Sigit yakin tak ada masalah dengan anggotanya. Hal itu terlihat dari kecepatan dalam mengungkap kasus.
-
Di mana Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berada ketika HUT PP Polri? Pak Kapolri beliau jam 5 sudah berada di Papua, dengan Panglima TNI. Jadi beliau tidak bisa hadir, karena beliau tidak bisa hadir tentunya kita tidak mengikutsertakan para pejabat lainnya. Sehingga murni kita adalah PP Polri pada acara hari ini ya.
-
Apa yang dilakukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Papua? Pak Kapolri beliau jam 5 sudah berada di Papua, dengan Panglima TNI. Jadi beliau tidak bisa hadir, karena beliau tidak bisa hadir tentunya kita tidak mengikutsertakan para pejabat lainnya. Sehingga murni kita adalah PP Polri pada acara hari ini ya.
-
Bagaimana upaya Kapolri Listyo Sigit Prabowo dalam meningkatkan citra Polri di mata masyarakat? Untuk menyakini masyarakat jika Polri 'Tidak Anti Kritik', dibentuklah suatu program yang dekat dengan warga. Yakni 'Jumat Curhat', kegiatan interaksi langsung dengan warga ini dilaksanakan oleh seluruh personel di wilayah hukumnya masing-masing hingga petinggi Polri.Tak hanya itu, untuk lebih mendekatkan diri dengan warga. Polri pun juga membentuk 'Polisi RW', di setiap daerah atau wilayah. Bahkan, Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Fadil Imran turun dan berkomunikasi langsung dengan warga.
-
Kenapa Ari Dono Sukmanto menjadi Kapolri? Saat itu Ari yang berkedudukan sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Wakapolri naik menjadi Kapolri sebagai pelaksana tugas.
-
Apa yang dikerjakan oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang mendapat pujian dari Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni? “Sebagai mitra kerja kepolisian, Komisi III bangga sekali dengan kinerja Polri di bawah kepemimpinan Pak Kapolri Listyo Sigit. Polri tak hanya menjadi lebih humanis, tapi juga jadi jauh lebih inklusif. Kita bisa sebut semuanya, mulai dari kesetaraan gender, kesetaraan akses masuk tanpa pungli, dan kini pemberian kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mengabdi. Terobosan yang luar biasa,” ujar Sahroni dalam keterangannya, Selasa (27/2).
-
Mengapa Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo tidak dapat hadir di HUT PP Polri? Pak Kapolri beliau jam 5 sudah berada di Papua, dengan Panglima TNI. Jadi beliau tidak bisa hadir, karena beliau tidak bisa hadir tentunya kita tidak mengikutsertakan para pejabat lainnya. Sehingga murni kita adalah PP Polri pada acara hari ini ya.
"Tidak diragukan lagi dan ini juga jadi salah satu yang kemudian meningkatkan tingkat kepercayaan publik terhadap Polri," kata Kapolri saat memberikan pengarahan dalam Rakor Anev Itwasum Polri 2021, dikutip merdeka.com dari channel youtube Divisi Humas Polri, Jumat (17/12).
Sementara untuk dua kompetensi lainnya yakni etik dan leadership, diakui Sigit masih jadi kendala. Padahal seharusnya, tiga kompetensi ini berjalan beriringan.
"Pada saat kompetensi etik dan ini kurang dipahami, dan kemudian leadership juga kurang dipahami ini juga yang akan menggerus kepercayaan Polri. Jadi tiga hal ini harus berimbang," sebutnya.
Sigit menilai, persoalan kompetensi etik PR serius yang harus dibenahi. Sebab pemahaman etik sudah diberikan sedari awal. Sayangnya tidak berjalan maksimal karena berbenturan dengan doktrin atau budaya-budaya yang sebenarnya di luar dari aturan.
"Terkait dengan etika ini, yang sebenarnya sudah ditanamkan semenjak kita lahir jadi polisi dan terus berkembang. Namun di sisi lain kita dihadapkan dengan doktrin-doktrin di mana doktrin ini kemudian bertentangan dengan etik yang seharusnya kita laksanakan," ujarnya.
"Sehingga yang terjadi zona-zona nyaman yang seharusnya segera diubah, ini masih terjadi," lanjutnya.
Mengatasi permasalahan itu, Sigit meminta Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) bisa melakukan pengawasan agar ketiga kompetensi ini bisa dipahami dan dijalankan dengan baik oleh tiap personel.
"Tolong ini juga menjadi tanggung jawab rekan-rekan untuk mampu seluruh anggota kita memahami tiga kompetensi ini. Karena ini sangat penting untuk betul-betul bisa melakukan transformasi," imbaunya.
Di sisi lain, Sigit yakin, masalah etik bisa diatasi bila mana seluruh personel kepolisian menanamkan kebiasaan baik meskipun bersifat hal kecil.
"Ini bisa ditanam kan dalam keseharian. Lama-lama bisa menjadi kebiasaan, menjadi intuisi, menjadi kebiasaan hidup yang muncul dari alam bawah sadar kita yang setiap hari bisa dilakukan," katanya.
"Awalnya memang harus dipaksakan. Namun tentunya setelah itu lama-lama akan menjadi suatu budaya, dan bila kita tidak melakukan itu muncul rasa malu," tutup Sigit.
(mdk/lia)