Karier Moncer 'Geng Solo' di Era Jokowi
"Tampilnya Nana sebagai Kapolda Metro menunjukkan Jokowi semakin hendak menonjolkan geng Solo," kata Neta dalam keterangan tertulisnya
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyoroti penunjukan Irjen Pol Nana Sudjana menjadi Kapolda Metro Jaya. Ia menilai Presiden Jokowi ingin menonjolkan 'geng Solo' di pucuk pimpinan kepolisian.
"Tampilnya Nana sebagai Kapolda Metro menunjukkan Jokowi semakin hendak menonjolkan geng Solo," kata Neta dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/12).
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Bagaimana Presiden Jokowi mengenalkan Prabowo Subianto sebagai Presiden Terpilih? Menlu Retno mengatakan bahwa Presiden Jokowi dalam setiap kesempatan dan acara selalu mengenalkan Prabowo Subianto selaku calon presiden terpilih.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
-
Bagaimana Prabowo bisa menyatu dengan Jokowi? Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
-
Kenapa Prabowo bertemu Jokowi di Istana? Juru Bicara Menteri Pertahanam Dahnil Anzar Simanjuntak menyebut, pertemuan Prabowo dengan Jokowi untuk koordinasi terkait tugas-tugas pemerintahan.
Di era Presiden Jokowi tercatat sejumlah anggota Polri bahkan TNI yang dulu menjabat di Solo saat Jokowi masih menjadi Wali Kota Solo, memiliki karier cemerlang. Berikut ulasannya:
Irjen Nana Sudjana
Indonesia Police Watch (IPW) menyoroti pengangkatan Irjen Nana Sudjana sebagai Kapolda Metro Jaya menggantikan posisi Irjen Gatot Eddy Pramono yang ditunjuk sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Waka Polri).
Nana memang pernah menjadi Kapoltabes Surakarta tahun 2010 saat Jokowi menjadi Wali Kota Solo. Ia juga pernah menjadi Dirintelkam Polda Jateng tahun 2011.
Irjen Pol Listyo Sigit Prabowo
Irjen Pol Listyo Sigit Prabowo bukanlah orang lain bagi Presiden Jokowi. Ia pernah menjadi ajudan Presiden Jokowi pada tahun 2014. Sebelumnya ia menjabat Kapolres Sukoharjo.
Sigit Pernah menjadi Wakapoltabes Semarang. Selain itu dia juga pernah menjabat sebagai Kapolresta Surakarta tahun 2011, saat Jokowi menjadi Wali Kota di sana. Kariernya semakin cemerlang, saat ini ia dipercaya menjabat sebagai Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri.
Brigjen Pol Ahmad Lutfi
Selanjutnya ada Brigjen Pol Ahmad Lutfi. Ia memiliki karier cemerlang. Ia pernah menjabat sebagai Kapolresta Solo. Di era Presiden Jokowi, karier Lutfi semakin moncer. Ia menjabat sebagai Wakil Kapolda Jawa Tengah pada tahun 2018.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto
Bukan hanya di lingkup Polri yang anggotanya memiliki karier moncer di era Jokowi, di lingkup TNI juga ada. Tercatat, sebelum menjadi Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto pernah menjabat sebagai Komandan Pangkalan Udara Adi Soemarmo tahun 2010-2011 saat Jokowi masih menjadi Wali Kota Solo.
Kemudian Marsekal TNI Hadi Tjahjanto ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Panglima TNI sejak 8 Desember 2017 lalu.
Istana Bantah ada Geng Solo
Menanggapi IPW yang menilai adanya 'geng Solo' di tubuh Polri, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menegaskan tak mungkin seorang pemimpin mempertaruhkan posisinya demi menempatkan seseorang di jabatan strategis. Moeldoko sendiri mengakui bahwa dirinya saat menjadi Panglima TNI, juga memilih orang yang dikenalinya dan telah teruji prestasinya untuk menjadi asistennya.
"Analognya seperti itulah kira-kira. Jadi semua itu dah soalnya talent scoiting bukan karena apa itu political appointed bukan. Tetapi sekali tidak mungkin sebuah jabatan yang sangat strategis itu dipertaruhkan sembarangan, enggak mungkin," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (23/12).
Moeldoko meyakini bahwa penempatan seseorang di jabatan strategis pasti atas berbagai pertimbangan dan kalkulasi yang matang. Menurut dia, para pemimpin akan melihat calon pembantunya yang memiliki loyalitas kepada atasannya, kepada organisasi, dan kepada negara.
"Yang ketiga memiliki integritas, memiliki integritas yang baik. Jadi tiga hal itu selalu menjadi perhatian menjadi pertimbangan bagi seorang pemimpin untuk memilih pembantunya," jelasnya.
"Enggak mungkin sebuah jabatan yang sangat penting dipertaruhkan dengan cara-cara mendapatkan seseorang yang tidak terbukti hebat di lapangan," sambung Moeldoko.
(mdk/dan)