Kebakaran hutan Gunung Semeru berasal dari api unggun pendaki
Gus Ipul juga menegaskan ada sekitar 60 titik api dari kebakaran hutan selama musim kemarau di Jawa Timur.
Penyebab kebakaran hutan di Gunung Semeru di Jawa Timur, dipicu oleh api unggun para pendaki. Sisa bara api unggun yang ditinggalkan dengan cepat menyala kembali saat tertiup angin.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Ayu Dewi Utari mengungkapkan, sekecil apapun bara yang ditinggalkan dapat menimbulkan kebakaran. Pendaki tidak sadar kalau api yang ditinggalkan dapat memicu kebakaran besar.
"Semuanya dalam kondisi kering, rerumputan dan semak terkena bara sedikit saja sudah langsung menyala. Kemudian anginnya berembus kencang membuat apinya cepat merembet," kata Ayu Dewi Utari di Malang, Kamis (28/10).
Api kebakaran hutan Gunung Semeru hingga kini masih belum berhasil dipadamkan. Petugas berusaha memadamkan api yang terus membara di kawasan Blok Watu Rejeng dan Landengan Dawa.
Selama proses pemadaman kesulitan untuk mendapatkan air. Sehingga pemadaman menggunakan air, hanya saat lokasi kebakaran yang berdekatan dengan danau atau sumber air. Lereng-lereng dengan kemiringan 60 sampai 80 derajat susah dijangkau. Total luas hutan yang terbakar mencapai lebih dari 25 hektare.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf mengungkapkan bahwa tim di bawah koordinasi BPBD Propinsi sudah berada di lokasi kebakaran di Gunung Semeru. Pihaknya menyadari dengan keterbatasan alat sehingga hanya memanfaatkan ranting basah untuk mematikan.
"Teknologi itu sangat penting, seharusnya punya kendaraan kebakaran khusus hutan. Pos pemantauan yang lebih banyak, termasuk helikopter jika dibutuhkan," katanya.
Namun lebih jauh dari itu, Gus Ipul mengajak para pendaki untuk tidak meninggalkan bara api unggun. Karena dampak yang ditimbulkan akan sangat merugikan makhluk hidup, tidak hanya manusia.
"Kesadaran pendaki harus dibangun, jangan meninggalkan api unggun, meninggalkan api unggun itu meninggalkan sesuatu yang bahaya," katanya.
Gus Ipul juga menegaskan ada sekitar 60 titik api dari kebakaran hutan selama musim kemarau di Jawa Timur. Hingga kini masih sekitar 26 titik yang belum berhasil dipadamkan. Akibat kebakaran tersebut menimbulkan kerusakan hutan sekitar 56 hektar.
"Kita memiliki 28 persen hutan dari luas daratan di Jawa Timur. Dari jumlah itu sekitar 56 ribu hektar rusak, dari sekian juta hektar yang kita miliki," katanya.