Keluarga minta Jokowi bantu pembebasan WNI sandera Abu Sayyaf
Di mata keluarga Kapten Ariyanto dikenal memiliki pribadi yang rajin, serta penyayang.
Militan Filipina kelompok Abu Sayyaf membajak kapal TB Henry di perairan antara Malaysia dengan Filipina. Dari empat sandera, satu di antaranya merupakan Kapten Moch Ariyanto Misnan. Keluarga meminta Presiden Joko Widodo mau membantu membebaskan para warga negara Indonesia (WNI) korban sandera itu.
"Kami mohon Pak Presiden Joko Widodo segara membebaskan anak saya, karena dia merupakan tulang punggung keluarga," kata orang tua, Kapten Ariyanto, Melati Ginting (52) saat ditemui di rumahnya, Taman Narogong Indah, Rawalumbu, Kota Bekasi, Rabu (20/4).
Dia menuturkan, anaknya bekerja di perusahaan Jepang, PT Global Trans Energy International sejak empat tahun lalu, setelah lulus dari sekolah pelayaran di Tangerang, Banten. Selama berlayar, baru sekali pulang ke rumah pada 2013 lalu.
"Pulang ketika kapal bersandar di Tarakan, itu pun tidak lama, kemudian kembali lagi berlayar," kata Melati.
Menurut dia, anaknya berencana pulang kembali pada Agustus mendatang. Namun, belum sampai pulang kini malah disandera oleh kelompok militan Filipina setelah kapalnya dibajak di perairan antara Malaysia dengan Filipina pada Jumat (15/4) lalu.
"Setiap bulan gajinya dikirim ke orang tua untuk kebutuhan hidup, dan membiayai dua adiknya sekolah," kata dia.
Di mata keluarga, kata dia, Kapten Ariyanto dikenal memiliki pribadi yang rajin, serta penyayang. Karena itu, setelah anak ke tiga dari lima bersaudara tersebut disandera, keluarga merasa sedih, dan resah.
"Biasanya setiap hari menelpon saya, dan adik-adiknya, tapi sekarang sudah los kontak, HP-nya mati," ujarnya.
Kapten Ariyanto, kata dia, menjadi pelayar meneruskan jejak almarhum ayahnya, Moch. Ali Yusnan. Selain dia, kakaknya, Moch. Indra Purwanto juga menjadi seorang pelayar.
"Ayah sebelum meninggal berpesan agar tidak berlayar ke luar negeri, karena ayah juga pernah disandera di Somalia. Kalau Ariyanto pulang, saya tidak mengizinkan berlayar lagi," kata kakak kandung Ariyanto, Indra.
Seperti diketahui, kapal berbendera Indonesia yakni milik PT. Global Trans Energy International yaitu kapal TB Henry dibajak di perairan perbatasan antara Filipina dan Malaysia. Dari 10 anak buah kapal, 4 di antaranya masih disandera pembajak.
Empat orang masih disandera antara lain, Moch Ariyanto Misnan (kapten), Lorens MPS, Dede Irfan Hilmi dan Samsir. Para militan yang menyandera meminta uang tebusan sekitar Rp 14,5 miliar.