Kena air hujan bisa bikin sakit, mitos atau fakta?
Banyak orang percaya air hujan dapat membuat sakit, mulai dari terkena flu, masuk angin, atau diare. Bahkan ada pula yang menyatakan jika air hujan yang turun untuk pertama kalinya setelah kemarau panjang dianggap mengandung sejumlah penyakit.
Perubahan musim tengah terjadi. Kemarau yang sebelumnya terjadi kini berganti menjadi musim penghujan.
Banyak orang percaya air hujan dapat membuat sakit, mulai dari terkena flu, masuk angin, atau diare. Bahkan ada pula yang menyatakan jika air hujan yang turun untuk pertama kalinya setelah kemarau panjang dianggap mengandung sejumlah penyakit.
Pandangan ini memang sangat wajar. Sebab tidak sedikit orang yang jatuh sakit setelah kehujanan. Tapi apa benar hujan-hujanan membuat kita lebih rentan sakit?
Hujan-hujanan bikin sakit, mitos atau fakta?
Saat kedinginan, tubuh dipaksa mengeluarkan energi secara berlebihan. Jika daya tahan tubuh kita sedang lemah, tubuh tidak dapat mengimbangi adanya perubahan suhu tubuh yang terlalu drastis.
Akibatnya, daya tahan tubuh semakin menurun dan kesehatan pun terganggu. Penyakit yang muncul dapat bermacam-macam, seperti influenza, batuk dan flu, demam, diare, atau gatal-gatal.
Jadi, sesungguhnya kehujanan tidak akan menimbulkan masalah kesehatan bila daya tahan tubuh kita dalam kondisi yang cukup baik. Demikian siaran pers Hello Sehat yang diterima merdeka.com, Senin (9/10).
Lantas kenapa kita sering sakit setelah hujan-hujanan?
Biasanya virus flu cenderung berkembang biak lebih aktif saat cuaca dingin atau hujan di dalam ruangan yang dipenuhi banyak orang. Sebab, pada masa tersebut orang cenderung saling berdekatan dalam jarak dekat satu sama lain sehingga virus dapat menular dengan cepat.
Ketika ada satu atau beberapa teman Anda yang sedang terkena flu kemudian bersin dan Anda tanpa disadari menghirup udara yang sudah terkontaminasi oleh orang yang sedang mengalami flu kemungkinan besar Anda akan ikut terinfeksi.
Ketika Anda kehujanan, pada saat itu temperatur suhu Anda menurun. Apalagi jika pakaian yang Anda kenakan basah terkena air hujan, hal ini memungkinkan Anda terkenahipotermiakarena kondisi badan kehilangan terlalu banyak suhu panas.
Hipotermia memberikan tekanan pada tubuh termasuk sistem imun yang menyebabkan peluang Anda terinfeksi virus lebih besar. Tak jarang hujan dapat memperburuk sistem kekebalan tubuh Anda, tetapi dalam hal ini bukan penyebab langsung Anda sakit.
Bagaimana caranya agar tidak mudah sakit saat musim hujan?
1. Hindari diri dari air kotor
Saat hujan, banyak selokan yang tersumbat dan airnya menggenangi jalan. Kondisi tersebut merupakan tempat yang sangat nyaman untuk bakteri dan virus bersarang. Tutupi diri Anda menggunakan jas hujan dari atas kepala sampai kaki, kalau perlu pakai sepatu boots agar kaki Anda tidak terkena virus atau bakteri berbahaya yang bersarang di air kotor.
2. Pakai baju hangat
Ketika Anda kehujanan, segera ganti baju basah Anda dengan baju yang hangat dan kering. Hindari memakai pakaian ketat, celana jeans, ataupun kaos. Pasalnya jamur membutuhkan dua hal utama untuk tumbuh, yaitu panas dan kelembaban. Ketika Anda menggunakan pakaian yang ketat hal tersebut membuat celah untuk mereka berhabitat.
3. Sering cuci tangan
Umumnya tangan menyetuh seribu benda dalam sehari tanpa disadari. Bisa jadi Anda terinfeksi virus berbahaya saat memegang gagang pintu, mengelap meja, berjabat tangan, dan lainnya. Sering-sering mencuci tangan dengan air hangat dan sabun setiap kali melakukan sentuhan dengan benda-benda tertentu.
4. Makan makanan bersih
Makanan pinggir jalan tak jarang menjadi menyebab utama seseorang terkena penyakit. Entah karena keracunan makanan, alergi, atau sebagainya. Tidak ada yang bisa menjamin kebersihan makanan yang dijual di pinggir jalan. Jadi sebisa mungkin hindari makan di pinggir jalan, baiknya Anda mengonsumsi makanan rumah yang sudah terjamin kebersihannya.
5. Memakai masker
Gunakanmaskerketika Anda sedang berpergian untuk menutupi hidung dan mulut, meskipun Anda berada di dalam ruangan. Hal ini meminimalisir agar Anda tidak tertular virus.