Kenapa keluarga besar selalu bertanya 'kapan kamu menikah?'
"Dalam budaya masyarakat kita, menikah itu kan tidak hanya urusan dua orang yang bersangkutan, tapi urusan orangtua."
Pertanyaan kapan nikah kerap menjadi momok bagi anak muda ketika menghadiri acara besar keluarga, tak terkecuali saat Idul Fitri. Tentunya mereka memiliki alasan kenapa masih memilih sendiri, misalnya ingin menikmati masa mudanya. Bahkan, saking jengkelnya ada juga yang enggan menghadiri acara-acara keluarga.
Wakil Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta yang juga seorang Sosiolog, Musni Umar mengatakan, ada perubahan peran sosial antara orangtua dan anak, dalam hal menentukan siapa yang akan menjadi pasangan bagi anak mereka. Hal itu biasanya baru akan dikhawatirkan para orangtua atau bahkan kerabat lainnya, jika si anak tersebut memang sudah memasuki usia cukup untuk membina rumah tangga.
"Di dalam budaya masyarakat kita, menikah itu kan tidak hanya urusan dua orang yang bersangkutan, tapi juga urusan orangtua. Biasanya kan dulu orangtua yang tanggung jawab mencarikan jodoh untuk anaknya, dijodohin. Tapi sekarang kan anaknya enggak mau dijodohin, makanya orangtua hanya bisa peduli menanyakannya," ujar Musni saat dihubungi merdeka.com, Selasa (14/7).
"Namun dalam perkembangannya, tanggung jawab dan kepedulian orangtua itu hari ini belum sepenuhnya hilang. Terutama di sebagian masyarakat kita, di mana orang masih banyak yang berharap dan beranggapan bahwa orangtua lah yang berwenang mencarikan jodoh bagi anaknya," katanya menambahkan.
Musni menjelaskan salah satu contoh kondisi lingkungan, yang membuat para pria atau wanita lajang yang sudah cukup umur untuk menikah namun belum juga berniat melakukannya. Sebab, peran dan cara orangtua saat masih zamannya menjodohkan mereka, yaitu memilih bibit-bebet-bobot calon pasangan anak mereka, kini harus dilakukan sendiri oleh anak-anak mereka dalam memilih pasangan hidupnya.
Apalagi, banyaknya media sosial yang menyediakan layanan kencan dan saling berkenalan, membuat sebagian orangtua khawatir karena anak mereka kerap percaya saja dengan orang yang ditemuinya di media sosial tersebut, tanpa melakukan pengenalan lebih jauh.
"Tapi biasanya kan pada masyarakat kota, anak muda itu sudah enggak mau dicarikan jodoh. Padahal, jika seseorang sudah bekerja, otomatis lingkungannya kan terbatas, tidak luas, fenomena inilah yang kerap membuat banyak pria ataupun wanita sulit menemukan pasangan yang pas. Maka, sebagai bentuk kepedulian orang tua atau bahkan pihak keluarga lainnya, biasanya mereka menanyakan hal itu," ujar Musni.
"Daripada mereka cari di media sosial, atau di lingkungan yang kurang baik, kan 'banyak udang di balik batu', yang hanya ingin mengambil keuntungan dari anak mereka tersebut. Jadi keluarga biasanya hanya bisa peduli dengan cara menanyakan masalah 'kapan nikah' tersebut," pungkasnya.