Ki Aji Langlang Jagad paranormal merangkap konsultan politik
Pembukaan aura, menurut Ki Aji jadi syarat mendasar untuk seorang calon legislatif agar bisa menebar empati & simpati.
Sebuah mobil Toyota Fortuner warna putih keluaran tahun terbaru nampak terparkir di garasi rumah yang berada di Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Banyumas Jawa Tengah. Sang pemilik bukan pengusaha, tetapi paranormal.
"Mobil itu saya beli dari hasil praktik saya selama ini," ujar Ki Aji Langlang Jagad, sang empu mobil yang berprofesi sebagai paranormal sejak tahun 2007 silam.
Tak nampak keramaian dari luar rumah yang juga dijadikan tempat praktik paranormal Ki Aji Langlang Jagad. Jangan bayangkan sosoknya seperti tampilan dukun yang menyeramkan seperti dalam film horor Indonesia.
"Usia saya masih muda kok, baru 36 tahun," ucapnya santai, saat ditemui beberapa waktu silam di ruang praktiknya yang berada di bagian depan rumah.
Ki Aji mengaku risih dengan pandangan orang yang menilai paranormal dekat dengan takhayul. Menurutnya, semua bisa dirasionalkan dalam dunia paranormal. Ia sendiri tak sungkan menggunakan alat komunikasi modern untuk membuka konsultasi dengan kliennya yang tersebar di beberapa penjuru nusantara. Bahkan, saat ditanya untuk diekspos mengenai pekerjaannya, Ki Aji tak berkeberatan.
"Kenapa mesti malu? toh paranormal juga sebuah profesi. Kalau tidak mau diekspos, justru itu yang perlu dipersoalkan," jelasnya yang kala itu mengenakan baju kebesaran berwarna hitam.
Ki Aji sendiri mengaku dari profesinya ini bisa membantu banyak orang, terutama saat masa pencalonan legislatif. Menurutnya, hal yang wajar jika calon legislatif mendatanginya. Sebab kehidupan politik sulit dipisahkan dari urusan seperti ini.
"Banyak dari mereka yang datang karena merasa resah di dalam hati mereka, walau sebenarnya mereka selalu memasang muka yang ceria. Karena itulah, mereka butuh dibuka auranya dan diberi pandangan-pandangan agar bisa percaya diri," ucap paranormal yang sebelumnya juga sering didatangi calon lurah untuk membantu memenangkan ajang kontestasi di lingkup desa.
Menurutnya, praktik yang dilakukannya merupakan pembersihan energi negatif dari kliennya. "Kalau klien berpandangan optimis dan berpikiran positif, ini akan membangun kepercayaan diri dari keyakinan makro dan mikro kosmos," tuturnya.
Sebelum menangani secara khusus, kliennya diberi syarat untuk membuka aura. Pembukaan aura, menurutnya, menjadi syarat mendasar untuk seorang calon legislatif agar bisa menebarkan empati dan simpati kepada calon pemilih.
"Setelah itu, calon tidak melakoni syarat apa pun. Semua syarat lainnya, saya lakoni secara pribadi," katanya yang tiap malam kini rajin berendam di pancuran telu Lokawisata Baturraden Jawa Tengah.
Laku rendam atau kungkum tersebut dilakukan mulai jelang tengah malam hingga mendekati pagi. Pilihan tempat di pancuran telu tersebut, jelasnya, karena wangsit asalnya berasal dari daerah tersebut. "Di sana ada pesarean Mbah Ki Tapa Angin dan di sana menjadi tempat utama saya melakukan laku ini," ujarnya.
Syarat lain yang diajukan Ki Aji kepada calon kliennya juga tergolong unik. Ia tidak ingin, kliennya mengikuti ajang kontestasi dalam satu daerah pemilihan. "Kalau satu dapil, saya nanti jadi bingung. Lebih baik, saya memilih salah satunya. Kan tidak lucu, kalau semua caleg yang datang dalam satu dapil jadi semuanya," ujarnya.
Dari total klien yang datang padanya saat pemilu sebelumnya, dia mengklaim tingkat keberhasilannya mencapai 80 persen. Karena keberhasilan tersebut, ia dikenal berbagai orang dari beberapa daerah. "Saat ini saya juga membuka praktik di luar rumah, yakni di sebuah hotel di kawasan Blok M Jakarta," ujarnya.
Selain konsultasi tentang aktivitas paranormal, ternyata banyak dari kliennya yang berkonsultasi dalam berbagai hal dalam konteks kampanye. Konsultasi tersebut, ungkapnya, dilakukan melalui saluran ponsel.
"Kadang ada yang menelepon hanya untuk sekedar menanyakan, 'Ki balihonya harus ditambah atau tidak?' atau ada juga yang bertanya sebaiknya balihonya dipasang di mana? Selain itu, ada juga yang menanyakan tentang strategi kampanye. Kadang saya juga bertindak seperti konsultan politik juga," ujarnya tersenyum.
Saat ini, ia mengakui ada sekitar 30 caleg yang sedang ditanganinya dari berbagai daerah. Ki Aji sendiri tidak terlalu merisaukan soal bayaran, ia memilih memasang tarif dari Rp 10 juta hingga Rp 100 juta untuk caleg yang berkonsultasi kepadanya.
"Biasanya kalau soal tarif saya sesuaikan dengan kemampuan mereka. Itu pun dibayar nanti setelah mereka 'jadi'," ujarnya sambil memainkan batang rokok yang diisap.
Saat ditanya kemungkinan adanya caleg yang jadi tetapi kemudian tidak membayar, Ki Aji mengaku pernah mendapatkan klien yang seperti itu. "Tetapi saya biarkan saja mas, tidak masalah juga kalau mereka tidak membayar," jawabnya enteng.