Kisah mengharukan cinta Laksamana Maeda untuk Indonesia
Perumusan kemerdekaan di rumah dinas Maeda bentuk perlindungan kepada Soekarno dan Hatta untuk menyusun teks proklamasi.
Hari kemerdekaan 17 Agustus Indonesia selalu diperingati untuk mengenang jasa pejuang dan pahlawan yang berhasil mengusir para penjajah. Mereka merebut kemerdekaan dengan penuh perjuangan agar generasi penerus bisa menikmatinya.
Namun ada cerita menarik dalam menuju proses kemerdekaan Indonesia. Laksamana Muda Maeda Tadashi membantu kemerdekaan Indonesia. Hal itu justru bertolak belakang dengan pemerintah Jepang.
Buku berjudul Bung Karno penyambung lidah rakyat Indonesia mengisahkan Laksamana Muda Maeda yang bersedia meminjamkan rumah dinasnya di Jalan Imam Bonjol. Achmad Soebardjo dan Maeda menduga tentara Jepang yang menculik Soekarno dan Hatta. Ternyata kelompok muda yang diwakili Sukarni membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk persiapan kemerdekaan.
Buku dengan penulis Cindy Adams ini menyebutkan perumusan kemerdekaan di rumah dinas Maeda bentuk perlindungan kepada Soekarno dan Hatta untuk menyusun teks proklamasi. Sebelumnya panitia persiapan kemerdekaan mencurigai Maeda karena petinggi perwira tentara angkatan laut Jepang.
Namun setelah membantu kemerdekaan Indonesia, Maeda malah dihukum oleh pemerintah Jepang karena dari dulu sudah menjadi sasaran yang harus diperkarakan sebagai petinggi militer yang tidak suka aturan protokoler. Namun Maeda bebas tanpa syarat dari pengadilan militer Jepang.
"Kembali ke Tokyo, ayah saya menjalani pengadilan militer. Pada saat itu ayah saya mengatakan saya tidak suka peperangan, saya suka perdamaian. Dan keputusan pengadilan akhirnya bebas tanpa syarat," kata Putra Laksamana Maeda, Nishimura Toaji Maeda di Museum Naskah Proklamasi, Jakarta Pusat, Minggu (16/8).
Setelah itu, Maeda mengundurkan diri dari dinas militer dan yang berkaitan dengan pemerintah Indonesia. Maeda lebih merasa nyaman menjalani kehidupan sebagai rakyat biasa.
Presiden RI-1 Soekarno yang berteman baik dengan Maeda juga melindungi dari segala bentuk ancaman. Soekarno juga bersedia pasang badan untuk Maeda dari apapun karena dituduh berkhianat kepada sekutu dan membantu kemerdekaan Indonesia.
"Bapak saya sakit, Bung Karno sempat menjenguk waktu itu. Dan setelah menjalani kehidupan sebagai rakyat biasa, bapak saya beberapa kali datang ke Indonesia. Dan dia tidak pernah bercerita, apa yang dia lakukan di Jakarta," katanya.