Kolonel Nasution: Politikus bikin perang, prajurit TNI yang mati
Moncong meriam TNI diarahkan ke istana. Kolonel Nasution meminta Presiden Soekarno bubarkan DPR.
Hari ini, tepat 62 tahun lalu, sejumlah pimpinan Angkatan Darat mencoba mendesak Presiden Soekarno membubarkan parlemen. Mereka merasa para politikus terlalu ikut campur masalah tentara. Mereka juga menunggangi sejumlah perwira TNI AD yang kerap membuat konflik.
Kondisi politik diperparah dengan ekonomi yang memburuk dan korupsi merajalela. TNI AD meminta permasalahan ini dibenahi.
Kepala Staf Angkatan Darat, Kolonel Nasution mengerahkan meriam ke istana. Peristiwa itu dikenal sebagai peristiwa 17 Oktober 1952.
Soekarno membeberkan peristiwa ini dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams. Dia naik pitam. Soekarno marah sekali pada Nasution.
"Engkau benar dalam tuntutanmu tapi salah dalam caranya. Soekarno tidak akan menyerah menghadapi paksaan. Tidak pernah kepada seluruh tentara Belanda dan tidak kepada satu batalyon Tentara Nasional Indonesia!" bentak Soekarno .
Nasution membalas. "Bila ada kekacauan di negara kita, setiap orang berpaling kepada tentara. Tokoh-tokoh politik membikin peperangan, tetapi si prajurit yang harus mati. Wajar bila kami turut berbicara tentang apa yang sedang berlangsung," kata Nasution.
Namun penjelasan Nasution soal aksi itu hanya membuat Soekarno semakin marah.
"Mengemukakan apa yang terasa di hatimu kepada Bung Karno-YA. Tetapi mengancam Bapak Republik Indonesia-TIDAK! JANGAN SEKALI-KALI!"
Versi lain menyebutkan Nasution membawa konsep keadaan darurat untuk ditandatangani Presiden Soekarno. Salah satu isinya memberi kewenangan untuk membubarkan parlemen.
Isi pembicaraannya kira-kira seperti berikut:
"Kami minta kepada Presiden dapat menerimanya tentang adanya keadaan bahaya di seluruh Indonesia dan Presiden supaya dapat mengambil kekuasaan sebagai Panglima tertinggi," kata Nasution.
Jawaban Soekarno: "Apakah saudara-saudara menghendaki saya sebagai diktator?"
"Jika perlu," jawab Kolonel Nasution.
"Jika saya menjadi diktator, bagaimana kalau saya memecat saudara-saudara sekalian?"
Soekarno pun mengembalikan konsep yang sudah disiapkan Nasution. Dia menolak menandatanganinya.
Versi ini dibantah Nasution. Dia menjelaskan pertemuan berlangsung dengan sopan, tak ada paksaan atau konsep apapun pada Presiden Soekarno.
Peristiwa 17 Oktober gagal. Presiden Soekarno menolak parlemen dibubarkan, namun Soekarno setuju Pemilu segera digelar.
Nasution berhenti sebagai Kepala Staf Angkatan Darat setelah peristiwa 17 Oktober. Dia juga keluar dari dinas militer dan sempat mendirikan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). Tahun 1955, Soekarno kembali memanggil Nasution untuk menjabat Kepala Staf Angkatan Darat.
Baca juga:
Kesaksian Mayor TNI bawa meriam ke istana minta DPR dibubarkan
Jenderal Simatupang: Politikus di parlemen seperti orang gila!
Kesaksian Mayor TNI bawa meriam ke istana minta DPR dibubarkan
Rahmat Ono, Samurai Jepang murka lihat koruptor di Indonesia
Kisah Samurai Jepang marahi pejuang Indonesia yang pengecut
-
Apa yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 5 Agustus 1962? Hotel Indonesia diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1962 oleh Presiden RI Pertama, Soekarno, guna menyambut pagelaran Asian Games IV tahun 1962.
-
Apa yang diikrarkan oleh para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Hasilnya yakni berupa ikrar yang diberi nama Sumpah Pemuda.
-
Siapa yang wafat pada 4 November 1954? Tepat hari ini, 4 November pada tahun 1954 silam, Haji Agus Salim meninggal dunia.
-
Apa saja peran pemenang Pemilu 1955 dalam sejarah Indonesia? PNI, Masyumi, NU, dan PKI menjadi kekuatan politik utama dalam menjalankan pemerintahan dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan memengaruhi arah politik, ekonomi, dan sosial Indonesia selama beberapa dekade ke depan. Partai-partai ini juga memainkan peran penting dalam pembentukan Indonesia sebagai negara demokratis dan merdeka.
-
Kenapa Pemilu 1955 penting dalam sejarah politik Indonesia? Pemilu 1955 sangat berpengaruh dalam sejarah politik Indonesia karena merupakan pemilu pertama setelah 6 tahun perang kemerdekaan.
-
Mengapa Pemilu 1955 dianggap penting dalam sejarah Indonesia? Pemilu 1955 memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia karena hasil pemilu tersebut menjadi dasar pembentukan negara Kesatuan Republik Indonesia.