Makna 'Pandowo Boyong', Pagelaran Wayang Ditonton Calon Panglima TNI Yudo Margono
"Jadi namanya orang seni gabisa dibatasi, tentunya akan muncul ide baru, ya mudah mudahan di sana nanti (Mabes TNI), di sana juga ada gongnya itu, nanti jangan sampai malah dengan angkatan laut," katanya.
Hanya tinggal menunggu hari untuk Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Yudo Margono resmi dilantik Presiden Joko Widodo untuk jabatan barunya sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal Andika Perkasa.
Sebelum resmi menjabat Panglima TNI, Kasal Yudo memiliki darah seni memiliki agenda yang telah disusunnya sejak dua bulan lalu berupa pagelaran wayang orang dengan melibatkan ratusan personel TNI AL serta beberapa bintang lainnya berlakon 'Pandowo Boyong'.
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Siapa yang akan menggantikan Laksamana Yudo Margono sebagai Panglima TNI? Nama calon panglima TNI akan diumumkan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani. Calon tunggal sesuai amanah UU," imbuhnya.
-
Kapan Panglima TNI menerima penghargaan? Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dianugerahi penghargaan Meritorious Service Medal dari Pemerintah Singapura.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Siapa yang menjadi Panglima TNI saat Jenderal Surono berjuang bersama Barisan Keamanan Raktay (BKR)? Saat Indonesia merdeka, Surono dan kawan-kawannya bergabung dengan Barisan Keamanan Raktay (BKR) di Banyumas. Di sinilah Surono selalu mendampingi Soedirman yang kelak menjadi Panglima TNI.
-
Bagaimana anggota TNI itu ditemukan? Anggota TNI dari kesatuan POM AD III/Siliwangi itu pertama kali ditemukan tergeletak berlumuran darah oleh warga di halaman bengkel mobil, Jalan Pangkalan 5, Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jumat (29/3) sekira pukul 03.30 WIB.
"Karena Bima Suci pesertanya sedikit dan kita harus melibatkan para prajurit. Sehingga kita ubah menjadi lakon 'Pandowo Boyong'. dengan ini bisa merekrut prajurit kita untuk ikut andil, di dalam lakon tersebut," kata Yudo kepada wartawan di Mabesal, Jakarta Timur, Jumat (9/12).
Dengan melibatkan sekitar 480 personel yang diantaranya ada empat Perwira Tinggi (Pati) TNI AL, semisal Prabu Puntadewa diperankan Pangkoarmada RI Laksdya TNI Heru Kusmanto hingga tokoh Jayajarata diperankan Kadispenal Laksma TNI Julius Widjojono.
Sementara Yudo sendiri yang bakal memerankan tokoh Bimasena. Lantas, saat dikulik soal pesan tersiratnya alasan melibatkan sejumlah Pati. Yudo enggan menjawabnya dengan lugas saat adanya kemungkinan memboyong (membawa) para perwira dari TNI AL ke Mabes TNI saat menjabat Panglima nantinya.
"Ya boleh juga pendapat-pendapat ini silahkan saja namanya boyong. Dulu ini juga pernah saya gunakan di armada waktu itu Pangkowilhan wayang kulit lakon Pandowo boyong waktu itu dalangnya pak almarhum Pak Manteb Soedharsono," kata dia.
Meski tidak menjawab lugas, tetapi soal budaya seni ini, Yudo seraya memastikan jika kegiatan seperti ini bakal dibawanya ketika menjabat sebagai Panglima TNI. Karena, sebagai seorang yang menyukai seni dia mengaku itu sudah menjadi hal yang tidak bisa dibatasi.
"Jadi namanya orang seni gabisa dibatasi, tentunya akan muncul ide baru, ya mudah mudahan di sana nanti (Mabes TNI), di sana juga ada gongnya itu, nanti jangan sampai malah dengan angkatan laut," katanya.
"Di sana (Mabes TNI) ada gamelannya juga ya mungkin nanti masih ada pemainnya coba nanti kita gali kembali, ya disana barangkali ada, ya kita bentuk kesenian," tambah dia.
Alasan rencananya tetap membawa seni saat menjabat sebagai Panglima TNI, juga menjadi bentuk wadah bagi para prajurit dalam berekspresi termasuk menyalurkan hobi yang positif salah satunya dengan seni wayang.
"Saya kira para prajurit walaupun prajurit tapi saya yakin mereka juga ada yang memiliki jiwa seni, kadang kadang untuk mengungkapkan mereka bingung, komandannya mungkin ga hobi, nah mereka bingung. Nah tentunya yang hobi hobi ini seperti mereka (diwadahkan)," terangnya.
Di samping itu, Yudo juga merespon apakah ada pesan dibalik alasannya dirinya memerankan tokoh Bimasena yang memiliki watak keras dalam lakon 'Pandowo Boyong'. Meski tak ada maksud, namun tokoh itu pun ia amini punya watak keras sebagai pemimpin.
"Jadi sutradara yang menunjuk, karena mungkin saya besar ya, kalau masalah bisa keras atau enggak, kan saya pake kumis nanti. Jadi ga keliatan mau keras apa tidak, pasti kalau pake kumis seperti anggota empat tadi itu pasti akan kelihatan sangar keras,"ujarnya.
Disamping itu Budayawan Jaya Suprana memiliki pandangan lain dibalik dengan dipilihnya lakon "Pandowo Boyong". Menurunya lakon ini memiliki arti perjuangan seorang Yudo hingga saat ini akan mencapai puncak karir dalam TNI.
"Pak kasal terlalu rendah hati, ini lakon Pandowo Boyong ini menggambarkan kegigihan perjuangan dan kegigihan perjuangan yang sebetulnya merupakan refleksi dari perjuangan Yudo Margono," beber dia.
"Mulai dari bawah yang kemudian akhirnya seperti anda ketahui nanti beliau akan dilantik menjadi panglima TNI. Nah kalau beliau ngomong terlalu rendah hati nah ini saya yang ngomong, tepuk tangan," tambah Suprana yang disambut tepuk tangan.
Diketahui jika acara pagelaran wayang dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera dan pelestarian Wayang Orang sebagai Kesenian Tradisional Indonesia, TNI AL bersama Laskar Indonesia Pusaka (LIP) akan menggelar wayang orang 'Pandowo Boyong' pada 15 Januari 2023 mendatang di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.
Dengan melibatkan anggota TNI AL serta sejumlah pemeran dari kalangan artis seperti Choky Sitohang sebagai Harjuna, Putri Khairunnisa sebagai Dewi Gendari dan Dewi Arimbi diperankan Marcella Zalianty. Dari tokoh masyarakat, Giok Hartono sebagai Bethari Pertiwi, Aylawati Sarwono sebagai Banowati, Yessy Sutiyoso sebagai Dewi Suko, Inayah Wahid sebagai istri Punakawan Bagong.
Adapun Lakon ini mengisahkan babak ketika lima orang ksatria bersaudara boyongan dari Alengka yang dikuasai Kurawa ke Astinapura. Kepindahan itu untuk memerdekakan diri dari kekuasaan Kurawa.
Mereka harus berperang melawan Kurawa yang jumlahnya jauh lebih besar dengan punya persenjataan lebih banyak. Namun berkat kesungguhan yang didasarkan niat baik, Pandawa dapat memenangkan perang.
Boyongnya Pandawa ke Astina menjadi pesan moral masyarakat agar lebih memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila.
Bahkan sosok dalam Pandawa Lima pun relevan dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila. Puntadewa adalah simbol keTuhanan yang menjadi sila pertama dalam Pancasila.
Bimasena yang adil dan penuh rasa kemanusiaan, mewakili sila kedua Pancasila Arjuna mencerminkan semangat persatuan dan kesatuan yang dinyatakan dalam sila ketiga Pancasila.
Nakula menyimbolkan sila keempat, yaitu permusyawaratan masyarakat Sedangkan kembarannya, Sadewa simbol dari sila kelima, keadilan sosial yang benar-benar adil.
(mdk/rhm)