Megawati: Saya bilang ke Pak Jokowi minta KAA punya roh kembali
"KAA merupakan peristiwa politik penting yang merubah peradaban dunia," kata Mega.
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) kemarin diharapkan jadi kilas balik yang dapat menumbuhkan semangat dan roh para pemimpin negara-negara peserta untuk mewujudkan tatanan dunia yang adil dan damai, daripada sekedar seremonial belaka. Hal ini disampaikan Ketum PDIP Megawati Soekarno Putri dalam pidato budayanya yang berjudul 'Membangun Memori Kolektif Bangsa-bangsa' dalam seminar internasional arsip KAA dan GNB di gedung Arsip Nasional RI, Jl Ampera no 7, Jakarta Selatan, Selasa (26/5).
"Semangat KAA dan GNB tidak hanya diperingati secara seremonial saja. Ketika KAA kemarin, saya bilang ke Pak Jokowi, buatkan KAA punya roh kembali," kata Mega dalam pidatonya.
Menurut Presiden RI kelima ini, gagasan pokok KAA dan GNB adalah merupakan peristiwa politik yang mengubah peradaban dunia. Pada waktu itu, kata Mega, setelah pelaksanaan KAA dan GNB yang pertama banyak negara memerdekakan diri.
"KAA merupakan peristiwa politik penting yang merubah peradaban dunia. Pasca-KAA, sudah lebih dari 120 negara merdeka telah lahir di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin," papar Mega dalam pidatonya.
Selain itu, Megawati menyebutkan, apa yang dihasilkan dalam KAA yakni Dasa sila Bandung pada waktu itu harus mampu menahan gempuran kemajuan teknologi di abad 21 ini. Hal itu karena, tegas Mega, ketegangan politik yang didukung oleh kemajuan teknologi dapat mengguncang dunia melalui perang dan kebijakan politik humanis.
"Apa yang terwujud dalam dasasila Bandung bukan hanya untuk merdeka saja. Banyak masalah di abad 21 ini. Kecanggihan teknologi menyebabkan masalah besar bagi manusia. Semangat KAA harus disegarkan kembali," lanjutnya.
Di sisi lain Mega menuturkan, sebagai saksi sejarah di mana dirinya secara langsung menyaksikan peristiwa pertemuan Presiden Soekarno dengan pemimpin negara lain waktu itu, gagasan besar para bapak negara itu dicetuskan dalam semangat mereka untuk mengubah tatanan dunia yang bebas dari penjajahan. Hal ini menurut Mega sangat kurang atau tidak ada lagi pemimpin seperti itu.
"Saya sebagai saksi sejarah di mana menyaksikan ayah saya bertemu para pemimpin dunia seperti PM Jawaharlal Nehru, Presiden Josip Broz Tito dan sebagainya. Saya melihat bapak negara ini mempunyai semangat yang besar dalam mengubah dunia dari penjajahan," tegas Mega.
Tak berhenti di situ, Mega pun mengkritik Presiden Jokowi agar mampu membangkitkan semangat bagi kebaikan dunia dari keprihatinan atas masalah kemanusiaan yang dihadapi dunia dewasa ini.
"Apa yang kurang di abad 21 ini? Mengapa tidak muncul lagi pemimpin sekaliber mereka? Saya kira ini suatu waktu yang perlu untuk kontemplasi bagaimana Indonesia bisa satukan semangat dan roh bagi bangsa dan dunia. Betapa memprihatinkan dunia sekarang ini," pungkas Mega.