Menengok kampung di atas rel kereta di Bandung
Selain unik, keberadaannya juga penuh dengan kontroversi.
Sejak ditancapkannya sebatang kayu oleh penguasa Hindia Belanda, Herman Willem Daendels, untuk pertama kalinya Bandung menjadi sebuah kota besar. Mulai pertama kali berdiri, denyut nadi kehidupan warga terus berlangsung dan terus berkembang.
Di era modern, Bandung menawarkan pelbagai lokasi wisata yang menarik dan mengundang banyak investor untuk ambil bagian dalam bisnis pariwisata di dalamnya. Namun, dari sejumlah lokasi, rupanya ada lokasi yang unik dan patut menjadi referensi bagi para travelers.
Lokasi itu adalah Kampung Cinta Asih. Kehidupan warga di tempat ini hampir sama dengan masyarakat Bandung pada umumnya. Hanya satu yang membedakannya, kampung ini dibangun di atas jalur rel kereta api Bandung.
Ya, kampung ini cukup menarik perhatian. Kampung ini didirikan oleh para pengungsi dari Tasik dan Garut yang diusir oleh Belanda. Selain unik, keberadaannya juga penuh dengan kontroversi.
Salah satu warga Cinta Asih, Baharudin (45), sejak awal dibangun, tempat tinggalnya sudah banyak bersinggungan dengan negara, utamanya PT KAI Daops II Bandung. Konflik dimulai dengan kehadiran masyarakat pendatang yang mengklaim tanah tersebut dan merasa memiliki hak atas 'tanah tak bertuan' itu.
"Karena perlintasan rel sudah tidak difungsikan sejak bertahun-tahun lamanya, warga pendatang semakin menjamur hingga mencakup lima kelurahan," ungkap Baharudin di lokasi.
Untuk mendapatkan tanahnya kembali, PT KAI Daops II Bandung dikabarkan akan menggelar pembebasan tanah sepanjang 12 meter dari bibir rel. Sayang, wacana ini belum terealisasi hingga menimbulkan keresahan di kalangan warga.
Meski tahu rumahnya berdiri di atas tanah negara dan ilegal, namun mereka tetap bersikeras untuk mendirikan bangunan di lokasi tersebut. Walaupun tempat tinggal mereka sewaktu-waktu dapat diambil alih negara.