Misteri wangi bunga dan kelebat pocong balap liar Asia Afrika
Gaung balap liar di Jalan Asia Afrika, Senayan sudah tak diragukan lagi. Namun, tak semua orang tahu misterinya.
Gaung balap liar di Jalan Asia Afrika, Senayan sudah tak diragukan lagi. Namun, tak semua orang tahu misteri dan seluk beluk balap liar yang seringkali menyebabkan kecelakaan hingga nyawa melayang.
Salah satu pedagang kaki lima, Karjan (55 tahun) mengatakan dirinya biasa mangkal dan menjajakan barang dagangannya di Jalan Asia Afrika. Tepatnya di pintu sisi selatan Gelora Bung Karno.
"Saya sudah 6 tahun kalau dagang nasi goreng, ya kadang-kadang di sini ada bau wangi, entah sumbernya dari mana. Kalau malam Jumat tuh yang sering," beber Karjan saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Rabu (25/9).
Menurut dia, bau wangi tersebut tidak tercium pada saat-saat masih ramai.
"Biasanya jam 2 atau 3 malam. Di situ kan ada belokan putar balik, sering terjadi kecelakaan," tandasnya.
Apa yang dibeberkan penjual nasi goreng tersebut ternyata diamini oleh Dimas (30) jika di Jalan Asia Afrika ada segudang misteri. Pria muda yang tinggal di Kelapa Gading, Jakarta Utara ini sering kali mengaku tidak pernah mencium bau wangi. Namun, dia pernah melihat bayang-bayang orang nyebrang mirip pocong berwarna putih.
"Ya seperti itu lah, ada misterinya. Bau wangi tidak mencium karena kan saya minum (alkohol)," ujar dia.
Rahasia di balik balap liar tak hanya misteri yang berbau mistis. Menurut Dimas, di ajang balap liar juga ada polisi yang turut menjaga kegiatan tersebut.
"Kita kan ada temen-temen yang berasal dari anak pejabat, anggota dewan, dan ada juga anak jenderal," terang Dimas.
Lebih jauh, Dimas yang memiliki mobil Honda Civic ini enggan membeberkan berapa setoran yang dikasihkan kepada polisi tersebut. Setoran itu, biasanya juga diberikan oleh pemenang balapan sebelumnya.
"Ya adalah pokoknya, uang rokok dan minum untuk petugas," tegasnya.
Dimas menjelaskan, sebelum memulai aktifitas balapan ada sebagian yang minum alkohol terlebih dahulu. Biasanya mereka hura-hura dari tempat karaoke atau dugem kemudian dilanjutkan adu mobil.
"Habis dugem joget-joget di tempat tertutup enaknya ya minum dan nongkrong-nongkrong di jalan atau lapangan terbuka. Kita minum dan ada temen-temen yang pakai sabu, ya mungkin itu terus melihat orang nggak jelas," kata Dimas.
Dalam satu bulan, Dimas bersama teman-temannya nongkrong dan balapan sebanyak 12 kali. Jadwalnya termasuk rutin, mulai dari hari Rabu, Jumat dan Sabtu malam Minggu. Jika hari-hari biasa seperti halnya Rabu dan Jumat, kata Dimas, mobil-mobil mewah dan modifikasi, baik itu modif body mobil atau dengan tambahan sound system telah berjajar rapi di pinggiran Jalan Asia Afrika, Senayan. Jam 00.00 WIB sudah berkumpul dan mulai balapan jam 01.00 WIB dini hari hingga menjelang subuh.
"Dulu seminggu bisa 3 kali, kalau sekarang hanya kangen-kangenan aja. Mulai hari Rabu, Jumat dan Sabtu. Paling sering hari Rabu dan Jumat. Soalnya kalau Sabtu ramai banyak orang pada nongkrong. Kalau hari Sabtu malam Minggu mulai balapan jam 02.00 WIB atau jam 03.00 WIB. Menunggu sepi dan nunggu orang yang pulang dari party. Kalau hari biasa, jam 00.00 WIB mulai kumpul, minum-minum dulu dan baru jam 01.00 WIB sudah mulai," tandasnya.