Operasi pasar di Pasar Induk, daging sapi beku diserbu masyarakat
Harga daging beku tersebut yakni Rp 70.000/kg.
Pasar Jaya bekerjasama dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia menggelar Operasi Pasar Murah di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur, pagi ini. Operasi pasar tersebut rencananya akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Berdasarkan pantauan merdeka.com, dalam operasi pasar ini tersedia bahan sembako, seperti beras, minyak goreng, tepung terigu, bawang merah, telor ayam, bahkan daging sapi beku.
Namun yang menjadi sorotan oleh masyarakat ketika melihat daging beku yang diperjualkan jauh lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada di pasaran. Diketahui pemasok daging beku ini adalah Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Harga daging beku tersebut yakni Rp 70.000/kg.
Masyarakat sangat antusias membeli daging sapi beku tersebut, karena harganya lebih murah.
"Saya senang sekali, daging sapinya murah hanya Rp 70.000 sekilo-nya. Beda jauh sekali dengan harga yang ada di pasar-pasar," kata Koniah, salah satu pembeli daging di Pasar Induk Kramat Jati, Jumat (24/6).
Sementara itu, Presiden Jokowi hingga pukul 09.43 WIB belum nampak hadir di operasi pasar tersebut. Namun sekitar pukul 09.00 WIB, Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong sudah datang dengan menggunakan sedan hitam. Sesampainya di lokasi Thomas langsung mengunjungi STAN daging sapi beku.
"Bisa saja harga daging terus seperti ini, asalkan kita lakukan operasi pasar seperti ini secara terus menerus," kata Thomas di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur.
Thomas mengatakan persediaan daging beku yang murah seperti yang ada di dalam operasi pasar tersebut dapat menjadi langkah yang inovatif untuk masyarakat.
"Pemerintah akan terus menambah pasokan daging. Baik melalui impor maupun melalui domestik," katanya.
"Kita juga harus mengubah kebiasaan dari yang semula mengkonsumsi daging segar menjadi mengkonsumsi daging beku. Selain lebih murah, juga lebih higienis," ujarnya.
Maka dari itu dia menegaskan operasi pasar murah harus berjalan berkelanjutan. Sehingga masyarakat tidak mengeluh dengan harga yang melambung tinggi.
"Tentunya harus ada keseimbangan antara pemasok dan penyediaan. Kita akan terus menambahkan suplai sampai harganya bereaksi," tutupnya.