Peluk Erat dalam Gelap dan Panas, Selamatkan Diri dari Erupsi Semeru
Ia mengaku sempat mendengarkan suara gemuruh, sebelum akhirnya memilih pulang. Firasatnya tidak enak. Namun tidak lama setelah membersihkan diri dan bermain media sosial, istrinya berteriak kalau lava Semeru turun.
Punggung Muhammad Saipul meninggalkan bercak merah kehitaman hingga sebatas pinggang. Lengan kanannya pun demikian, ditambah lebam-lebam di kedua kaki.
Luka serupa juga dialami Musrikah, istrinya. Punggung mereka terbakar oleh Awan Panas Guguran (APG) erupsi Gunung Semeru, Sabtu (4/12).
-
Kapan Gunung Semeru erupsi? "Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 6 Mei 2024 pukul 05.43 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 700 meter di atas puncak atau sekitar 4.376 mdpl," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Mukdas Sofian, Senin (6/5).
-
Di mana letak Gunung Semeru yang mengalami erupsi? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
-
Apa yang terjadi pada Gunung Semeru? Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur (Jatim), kembali erupsi disertai dengan letusan abu vulkanik.
-
Dimana erupsi Gunung Semeru terjadi? Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur (Jatim), kembali erupsi disertai dengan letusan abu vulkanik.
-
Bagaimana cara mengetahui erupsi Gunung Semeru? Erupsi Gunung Semeru terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 108 detik.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
Awan panas membuat punggungnya serasa bekas dicambuk berulang-ulang. Luka itu tak akan terlupakan hingga kapanpun.
"Saat gelap, kami sudah pada titik pasrah, kami berpelukan. Saya dan istri pasang badan melindungi anak," ungkap Muhammad Saipul di lokasi pengungsian, Balai Desa Penanggal, Candipuro, Lumajang, Selasa (7/12).
Saat itu tidak keluar kata apapun di antara mereka. Kecuali istighfar memohon pertolongan-Nya. Kedua tangan sejoli ini menggandeng erat anak semata wayangnya, Deden Indra Maulana (12). Ketiganya terus berpegangan tangan ke mana pun arah berlari.
"Kalau mati, mati bersama, walaupun itu tidak terucap," tegasnya.
Lari, Terjatuh dan Bangkit Selamatkan Diri
Saiful pertama kali mengetahui muncul awan panas dari teriakan istrinya di pelataran depan rumah. Tetapi begitu keluar rumah, awan itu sudah memayungi mereka.
Mereka bersama tetangga yang lain berlari ke sana-sani sejadi-jadinya. Entah berapa kali terjatuh juga tidak terhitung, setiap jatuh langsung berdiri dan berlari kembali.
Awalnya berlari ke arah masjid. Tetapi awan justru lebih tebal menyelimuti masjid. Akhirnya kembali berlari ke lapangan dan berusaha ke arah Kajar Kuning.
"Tapi kondisinya bingung, karena melihat angin di atas itu terlihat berputar," terangnya.
Saat angin dan debu terlihat mengarah ke mereka, langsung balik arah hingga akhirnya berada di pesawahan. Suasana kepanikan itu terekam dalam video streaming di akun facebooknya.
"Sebelum berlari, berusaha menyalakan live streaming. Seandainya saya mati, biarlah ini jadi yang terakhir. Saya nyalakan sambil lari. Nibo nangi, begitu terkepung saya memeluk meruduk melindungi kepala anak dan istri saya," kisahnya.
Saipul juga mengungkapkan, saat di depan rumah masih melihat kedua keponakan dan anggota keluarga yang lain. Tetapi akhirnya terpisah mencari keselamatan masing-masing.
"Gelap, setelah gelap, sekitar 20 menit kemudian muncul cahaya seperti saat subuh. Punggung saya pun terasa terbakar, tapi masih harus lari," jelasnya.
Mereka dengan saling bergenggaman berlari sempoyongan dan jatuh bangun. Hingga menemukan jalan yang mengarah ke Kajar Kuning, desa di bawahnya.
Sebelum Erupsi Terdengar Gemuruh
Saipul dan keluarga tinggal di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Candipuro, Kabupaten Lamongan. Keseharian sebagai pencari pasir dan batu.
Ia mengaku sempat mendengarkan suara gemuruh, sebelum akhirnya memilih pulang. Firasatnya tidak enak. Namun tidak lama setelah membersihkan diri dan bermain media sosial, istrinya berteriak kalau lava Semeru turun.
Saat berlari dalam upaya penyelamatan itu ditolong oleh sesama korban yang mengendarai mobil Avanza. Ia hingga kini tidak tahu penolongnya itu, karena wajah masing-masing tebal oleh debu.
"Gak tahu, siapa, kaca mobil debunya tebal. Dia nyopir sambil kepalanya di luar. Kepala dan wajah ini tebal seperti pakai helm," ungkapnya.
Saipul dan keluarga kemudian mendapat pertolongan menginap di Sumber Wuluh. Warga memberinya tumpangan tempat mandi dan baju, sebelum kemudian mengungsi di Balai Desa Penanggal sampai sekarang.
(mdk/lia)