Pemberontak di Papua Kembali Tembaki Anggota TNI, Pagi Ini
"Dimana bila TNI mau membalasnya KSB mengharapkan ada masyarakat yang melintas atau melaksanakan aktivitas pagi di dekat lokasi tersebut dan kalau terjadi korban tembakan maka dibuatlah berita TNI menembak masyarakat," lanjutnya.
Kepala Penerangan (Kapen) Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III, Kolonel Czi IGN Suriastawa melaporkan kembali terjadi penembakan oleh Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) Papua pada pukul 05.00 Wit, Sabtu (10/10), sebagai bentuk pengelabuan untuk TNI.
Namun demikian, Suriastawa menyampaikan usaha dari KSB untuk mengelabui pihak TNI dengan lakukan penembakan tersebut, tidaklah berhasil. Karena TNI tidak sama sekali membalas tembakan tersebut.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Kapan Panglima TNI menerima penghargaan? Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dianugerahi penghargaan Meritorious Service Medal dari Pemerintah Singapura.
-
Kenapa prajurit TNI mengamankan 'penyusup' tersebut? Salah satu tugas prajurit TNI adalah menjaga segala macam bentuk ancaman demi kedaulatan dan keselamatan bangsa Indonesia.
-
Bagaimana cara prajurit TNI menangkap 'penyusup' tersebut? Saat itu, prajurit TNI mengenakan seragam PDL nampak memegang bagian ekor biawak dan mencoba memindahkannya ke tempat lebih aman.
"Tapi TNI tidak terpancing. Tidak ada satupun TNI membalas tembakan. Dan dapat saya sampaikan metode tembakan KSB seperti inilah yang di maksud KSB itu akan selalu menggunakan masyarakat papua sebagai tameng hidup," ungkap Suriastawa dalam keterangannya.
"Dimana bila TNI mau membalasnya KSB mengharapkan ada masyarakat yang melintas atau melaksanakan aktivitas pagi di dekat lokasi tersebut dan kalau terjadi korban tembakan maka dibuatlah berita TNI menembak masyarakat," lanjutnya.
Namun demikian, ia mengatakan serangan yang dilakukan KSB lebih berbahaya dengan kelicikannya menghalalkan segala cara membuat suasana mencekam dan memakai masyarakat sebagai metode tameng hidupnya, berupa tokoh agama atau tokoh adat.
"Sangat disayangkan kita semua ingin membangun Papua agar cepat maju, sementara di satu sisi KSB punya pola pikir sebaliknya menghambat pembangunan di Papua dengan aksi terornya yang mencekam terhadap masyarakat," ujarnya.
Sebelumnya, kelompok pemberontak di Papua menembak anggota TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) kasus penembakan Pendeta Yeremia di Intan Jaya. Dalam kejadian tersebut, dua personel TNI juga tak luput dari serangan kelompok pemberontak.
(mdk/rhm)