Penjelasan lengkap penyebab gempa Aceh dan banyaknya korban jiwa
Penjelasan lengkap penyebab gempa Aceh dan banyaknya korban jiwa. Selain guncangan gempa yang kuat, banyaknya korban jiwa juga disebabkan jenis bangunan yang tak tahan gempa.
Gempa bumi berkekuatan 6,5 SR di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, menyebabkan kerusakan parah dan puluhan warga meninggal dunia. Kepala BMKG Stasiun Mata Ie, Eridawati menerangkan, gempa tersebut berjenis dangkal akibat aktivitas sesar lokal atau yang dikenal sesar Samalanga.
Berdasarkan peta pemetaan tektonik Aceh, tampak bahwa di zona gempa terdapat struktur sesar mendatar.
"Sesuai dengan analisis BMKG menunjukkan gempa bumi yang terjadi di Pidie Jaya, dibangkitkan oleh aktivitas sesar mendatar (strike-slip-fault). Dugaan kuat sesar aktif yang menjadi pembangkit gempa adalah Sesar Samalanga yang jalurnya arah barat daya-timur laut," tutur Eridawati kemarin.
Dalam catatan BMKG, hingga kemarin ada 25 kali gempa susulan dengan kekuatan antara 3,3 sampai 4,4 skala richter.
Kepala Badan Geologi Ego Syahrial menerangkan bahwa Pidie Jaya masuk dalam zona merah rawan gempa. Pusat gempa dikelilingi sesar aktif yang menjadi pembangkit gempa bumi yaitu Sesar Samalanga-Sipopok Fault yang jalur sesarnya berarah barat daya-timur laut.
"Bahwa daerah di Aceh ini sudah dipetakan sebagai daerah rawan bencana gempa," kata Ego Syahrial saat ditemui di Kantor Badan Geologi Bandung.
"Memang di sana banyak sesar aktif. Kita mengatakan (itu masuk zona) merah di sana. Aceh merupakan salah satu pergerakan ujung lempeng kita-kan. Di dalam banyak sesar aktif," lanjutnya.
Pendapat senada diutarakan pakar gempa Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Gayatri Indah Marliyani, S.T., M.Sc. Menurutnya gempa di Pidie Jaya merupakan dampak dari aktivitas sesar aktif di wilayah tersebut. Pergerakan sesar aktif yang terjadi bersifat mendatar dan dekstral (menganan).
"Gempa Pidie Jaya ini disebabkan oleh pergerakan sesar aktif di kawasan tersebut. Sesar aktif yang bergerak di Pidie Jaya ini merupakan cabang dari sesar Sumatera di bagian utara. Sesar ini berorientasi barat laut-tenggara. Gempa ini terjadi karena pengaruh dari pergerakan sesar yang sudah ada tapi belum terpetakan sebelumnya," tutur Gayatri di Departemen Teknik Geologi UGM.
Geolog asal UGM ini menerangkan bahwa adanya tekanan dari zona subduksi atau penunjaman di selatan Sumatera memberikan gaya tekan yang kuat ke daerah permukaan. Akibatnya membentuk sesar-sesar yang aktif. Gempa itu kemudian terjadi akibat pergerakan dari sesar-sesar ini.
"Gempa di Pidie Jaya disebabkan oleh pergerakan sesar yang bersifat mendatar dan terjadi di kedalaman yang dangkal, maka gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Akan tetapi, gempa yang terjadi ini bersifat merusak, terutama disebabkan oleh kedalamannya yang dangkal dan terjadi di kawasan permukiman padat penduduk," urai anggota tim revisi peta gempa nasional ini.
Gayatri menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi disebabkan karena jarak antara pusat gempa dengan permukaan sangat dekat dan energi yang dilepaskan besar. Sehingga ketika mencapai permukaan gelombang dengan energi yang besar ini bersifat merusak.
"Meskipun tidak berpotensi tsunami, masyarakat harus tetap waspada dan mengantisipasi kejadian gempa susulan. Meskipun gempa susulan yang terjadi memiliki kekuatan yang lebih kecil dan akan terus menurun. Yang harus dilakukan terutama adalah memeriksa kondisi bangunan karena jika bangunan sudah rusak atau retak parah, getaran gempa yang kecil pun mampu merobohkan bangunan," saran Gayatri.
Sementara itu terkait banyaknya korban jiwa, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menilai yang menjadi penyebab utamanya adalah rumah masyarakat setempat tidak tahan gempa.
"Jadi korban meninggal bukan karena gempanya tapi karena bangunannya (tidak tahan gempa)," ungkap Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta.
Selain itu banyaknya korban juga dikarenakan gempa bumi terjadi pada pagi hari. Di saat sebagian masyarakat belum siap beraktivitas.
"Kondisi Aceh pukul 05.03 itu gelap. Kemungkinan masih tertidur," imbuh dia.
Menurut Sutopo, kekuatan gempa yang terbilang besar juga menjadi penyebab banyak korban. Guncangan gempa itu dengan mudah membuat bangunan-bangunan roboh.
"Seperti yang saya katakan tadi, ruko, rumah semua runtuh sehingga masyarakat tidak sempat melakukan evakuasi sehingga tertimpa bangunan," jelasnya.