Mengenal Gejala Selesma pada Anak, Begini Cara Mencegahnya
Gejala selesma pada anak biasanya meliputi bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, hingga demam ringan. Namun kondisi ini bisa membaik dengan sendirinya.
Meski dapat mereda dengan sendirinya, kiat pencegahan juga penting agar anak tidak mengalaminya kembali.
Mengenal Gejala Selesma pada Anak, Begini Cara Mencegahnya
Selesma atau common cold adalah salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh anak-anak. Selesma disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang hidung dan tenggorokan. Gejala selesma pada anak biasanya meliputi bersin, hidung tersumbat atau berair, sakit tenggorokan, batuk, demam ringan, nyeri kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Gejala selesma pada anak biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam 7-10 hari tanpa perlu obat-obatan khusus.
Namun, selesma pada anak dapat menyebabkan komplikasi yang serius, seperti infeksi telinga, asma, atau sinusitis, jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui gejala dan cara mencegah selesma pada anak.
Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang gejala selesma pada anak, penyebabnya, dan cara mencegah dan mengatasinya.
-
Apa penyebab selesma pada anak? Masalah selesma yang memicu batuk pilek pada anak bisa sembuh sendiri dalam 7-10 hari sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan orangtua.
-
Apa penyebab utama selesma? Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan. Ketika mengalami selesma, biasanya Anda akan memiliki gejala seperti bersin, hidung tersumbat, batuk, dan sakit kepala.
-
Kapan gejala selesma muncul? Gejala selesma biasanya muncul 1-3 hari setelah terpapar virus dan bisa sembuh dalam 7-10 hari tanpa pengobatan khusus.
-
Kenapa selesma anak alergi lebih lama? Namun, bagi anak-anak yang memiliki riwayat alergi, proses penyembuhan selesma dapat memakan waktu hingga tiga minggu sebelum gejalanya mereda.
-
Bagaimana selesma biasanya sembuh? 'Pilek yang disebabkan oleh selesma adalah penyakit yang terbatas pada dirinya sendiri, dia bisa sembuh tanpa pengobatan dalam 7-10 hari,' ungkap Rina beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
-
Bagaimana virus selesma menyebar? Virus ini dapat menular melalui droplet di udara atau benda-benda yang terkontaminasi. Penyebab dan Faktor Risiko Selesma Selesma adalah infeksi virus pada saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Gejala Selesma pada Anak
Selesma atau common cold adalah infeksi virus pada hidung dan tenggorokan yang sering terjadi pada anak-anak. Gejala selesma pada anak biasanya meliputi:
- Bersin
- Hidung tersumbat atau berair
- Sakit tenggorokan
- Batuk
- Demam ringan
- Nyeri kepala
- Nyeri otot
- Kelelahan
- Memberikan istirahat yang cukup
- Memberikan banyak minum air putih atau cairan hangat
- Memberikan makanan bergizi dan seimbang
- Mengoleskan krim oles atau balsam di dada anak untuk membantu mengurangi batuk
- Membersihkan hidung anak dengan semprotan hidung yang berisi larutan garam atau dekongestan
- Memberikan obat penurun panas seperti parasetamol atau ibuprofen jika anak demam atau nyeri
- Menghindari paparan asap rokok atau polusi udara
Jika gejala selesma pada anak tidak membaik setelah 10 hari, atau jika anak mengalami gejala yang lebih berat seperti:
- Sulit bernapas atau napas cepat
- Warna kulit kebiruan
- Tidak minum cukup cairan
- Kelesuan dan kegagalan berinteraksi secara normal
- Rewel terus-menerus
- Gejala yang membaik dan tiba-tiba memburuk
- Demam dengan ruam
Maka segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Selesma pada anak dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi telinga, asma, atau sinusitis jika tidak ditangani dengan tepat.
Penyebab Selesma
Penyebab selesma pada anak adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, terutama hidung dan tenggorokan. Ada lebih dari 200 jenis virus yang dapat menyebabkan selesma, tetapi yang paling umum adalah rhinovirus. Virus ini dapat masuk ke tubuh melalui mata, hidung, atau mulut, baik melalui droplet udara yang berasal dari penderita selesma yang batuk, bersin, atau berbicara, maupun melalui benda-benda yang terkontaminasi virus.
Selain virus, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak terkena selesma, antara lain:
- Usia. Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena selesma karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sempurna.
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah. Anak-anak yang memiliki penyakit kronis, seperti diabetes, asma, atau HIV, atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid atau kemoterapi, lebih mudah terinfeksi virus penyebab selesma.
- Musim. Selesma lebih sering terjadi pada musim hujan atau musim dingin, karena virus lebih mudah bertahan di udara yang dingin dan kering, serta anak-anak lebih sering berada di dalam ruangan yang kurang berventilasi.
- Paparan. Anak-anak yang sering berada di tempat-tempat ramai, seperti sekolah, pasar, atau transportasi umum, lebih berisiko terpapar virus dari orang lain yang terinfeksi selesma.
- Merokok. Merokok dapat merusak selaput lendir di saluran pernapasan, sehingga memudahkan virus masuk ke dalam tubuh. Selain itu, merokok juga dapat memperparah gejala selesma, seperti batuk dan sesak napas.
Cara Mencegah Selesma
Cara mencegah selesma pada anak adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh anak dan menghindari paparan virus penyebab selesma. Beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah selesma pada anak adalah:
- Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun atau lebih. ASI mengandung antibodi dan zat gizi yang dapat melindungi bayi dari infeksi virus.
- Memberikan vaksinasi lengkap sesuai jadwal imunisasi pada anak. Vaksin dapat mencegah beberapa penyakit yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh anak, seperti campak, influenza, atau pneumonia.
- Memberikan makanan bergizi dan seimbang pada anak, terutama yang mengandung vitamin C, vitamin D, dan zinc. Vitamin C dapat ditemukan pada buah-buahan seperti jeruk, kiwi, atau strawberry. Vitamin D dapat ditemukan pada ikan, telur, atau susu. Zinc dapat ditemukan pada daging, kacang-kacangan, atau biji-bijian. Ketiga zat gizi ini dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh anak.
- Memberikan cukup cairan pada anak, terutama air putih. Cairan dapat membantu menjaga hidrasi tubuh dan melancarkan pernapasan anak.
- Memberikan istirahat yang cukup pada anak. Istirahat dapat membantu tubuh anak memulihkan diri dari kelelahan dan stres yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
- Mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, seperti mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, dan tidak berbagi alat makan atau minum dengan orang lain. Kebersihan dapat mencegah penularan virus dari orang lain atau dari benda-benda yang terkontaminasi.
- Menghindari paparan asap rokok atau polusi udara pada anak. Asap rokok atau polusi udara dapat merusak selaput lendir di saluran pernapasan, sehingga memudahkan virus masuk ke dalam tubuh. Selain itu, asap rokok atau polusi udara juga dapat memperparah gejala selesma, seperti batuk dan sesak napas.
- Menghindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit selesma atau flu. Jika tidak mungkin, gunakan masker atau penutup hidung dan mulut saat berada di dekat orang yang sakit. Jika anak yang sakit, pisahkan anak dari anggota keluarga lainnya dan berikan perawatan khusus. Hal ini dapat mencegah penyebaran virus ke orang lain.