Waspadai Ciri Pneumonia pada Anak, Begini Cara Mencegahnya
Penting untuk mengenal ciri pneumonia pada anak, karena bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera setelah terinfeksi.
Dengan mengenali ciri pneumonia pada anak-anak dan mendapatkan perawatan medis yang tepat dapat membantu anak Anda pulih dengan cepat.
Waspadai Ciri Pneumonia pada Anak, Begini Cara Mencegahnya
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang sering menyerang anak-anak, terutama di negara berkembang. Pneumonia adalah infeksi yang mengenai paru-paru, yang bisa disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, seperti bakteri, virus, atau jamur. Pneumonia pada anak bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera dan tepat. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui ciri-ciri pneumonia pada anak, agar dapat memberikan pertolongan pertama dan membawa anak ke dokter sesegera mungkin.
-
Bagaimana mencegah pneumonia anak? 'Vaksinasi, menjaga jarak dengan orang yang sakit, tidak berpergian ketika sakit, datang ke dokter, dan mendapatkan perawatan jika dibutuhkan,' terang Januar dilansir dari Antara.
-
Bagaimana cara mencegah Pneumonia pada anak? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi berbagai langkah intervensi untuk mencegah pneumonia pada anak-anak. Banyak dari langkah-langkah ini berfokus pada peningkatan gizi dan mengurangi paparan terhadap faktor risiko lingkungan dan sosial.
-
Mengapa pneumonia anak perlu diwaspadai? Mycoplasma pneumonia menjadi perhatian penting dalam kesehatan anak-anak.
-
Apa penyebab pneumonia pada anak? Mycoplasma pneumonia adalah infeksi yang menular melalui droplet di udara saat batuk atau bersin, menyerang tidak hanya anak-anak usia sekolah tetapi juga orang dewasa.
-
Mengapa pneumonia berbahaya bagi anak? Pneumonia adalah penyebab kematian menular terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Mengutip laman WHO, pneumonia menewaskan 740.180 anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2019, menyumbang 14% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun tetapi 22% dari seluruh kematian pada anak berusia 1 hingga 5 tahun.
-
Bagaimana cara mencegah kematian anak karena pneumonia? Dokter spesialis anak konsultan, Wahyuni Indawati, dari Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menjelaskan bahwa deteksi dini terhadap gejala pneumonia sangat penting untuk mencegah kematian pada anak.
Ciri Pneumonia pada Anak
Pneumonia pada anak bisa menimbulkan ciri-ciri yang berbeda-beda, tergantung pada penyebab dan lokasi infeksinya. Berikut adalah beberapa ciri pneumonia pada anak yang perlu diwaspadai:
- Demam. Anak yang mengalami pneumonia biasanya akan mengalami demam tinggi, terutama jika penyebabnya adalah bakteri. Demam bisa mencapai 39-40 derajat Celsius atau lebih.
- Batuk. Batuk adalah salah satu gejala umum pneumonia pada anak. Batuk bisa berupa batuk kering atau batuk berdahak. Batuk berdahak bisa mengeluarkan lendir yang berwarna kuning, hijau, atau coklat.
- Badan panas dingin. Anak yang mengalami pneumonia bisa merasa menggigil atau berkeringat berlebihan karena suhu tubuhnya tidak stabil. Hal ini bisa disertai dengan kulit yang pucat atau merah.
- Pernapasan cepat. Pneumonia bisa menyebabkan kesulitan bernapas pada anak, sehingga anak akan bernapas lebih cepat dari biasanya. Anak di atas 1 tahun bisa bernapas lebih dari 40 kali per menit, sedangkan anak di bawah 1 tahun bisa bernapas lebih dari 50 kali per menit.
- Mengi. Mengi adalah suara seperti mendengkur atau mengikik yang terdengar saat anak bernapas. Mengi menunjukkan adanya penyempitan atau sumbatan pada saluran napas. Mengi bisa terjadi saat anak menghirup atau menghembuskan napas.
- Sesak napas. Sesak napas adalah kondisi anak merasa tidak nyaman atau kesulitan untuk mengambil napas. Sesak napas bisa disertai dengan dada yang bergerak naik turun dengan cepat, hidung yang melebar, atau otot-otot leher dan dada yang menegang.
- Nyeri dada. Nyeri dada adalah rasa sakit atau tidak nyaman yang dirasakan di sekitar dada. Nyeri dada bisa terjadi karena adanya peradangan atau iritasi pada paru-paru atau selaput yang melapisi paru-paru. Nyeri dada bisa bertambah parah saat anak batuk atau bernapas dalam.
- Nafsu makan menurun. Anak yang mengalami pneumonia biasanya akan kehilangan nafsu makan atau tidak mau makan. Hal ini bisa disebabkan oleh rasa tidak nyaman di perut, mual, atau muntah. Anak yang tidak makan dengan baik bisa mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.
- Lemas. Lemas adalah rasa lelah atau tidak bersemangat yang dirasakan oleh anak. Lemas bisa disebabkan oleh demam, dehidrasi, atau kurangnya oksigen di darah. Anak yang lemas biasanya akan lebih sering tidur, rewel, atau sulit konsentrasi.
Penyebab Pneumonia pada Anak
Pneumonia pada anak bisa disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, seperti bakteri, virus, atau jamur. Beberapa jenis mikroorganisme yang sering menyebabkan pneumonia pada anak adalah virus influenza, bakteri Streptococcus pneumoniae, dan bakteri Mycoplasma pneumoniae.
Selain itu, ada juga beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan anak terkena pneumonia, antara lain:
- Tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif ketika bayi
- Mengalami kelahiran prematur
- Kurang gizi atau malnutrisi
- Menderita infeksi tertentu, seperti campak atau HIV
- Belum memperoleh vaksin pneumonia
- Terpapar debu, asap rokok, atau polusi udara
Berikut adalah beberapa cara mencegah pneumonia pada anak:
- Memberikan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi. ASI eksklusif dapat meningkatkan kekebalan tubuh anak dan melindunginya dari infeksi bakteri, virus, atau jamur yang dapat menyebabkan pneumonia. MPASI yang bergizi juga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak dan mencegah malnutrisi yang dapat melemahkan sistem imun.
- Memberikan imunisasi lengkap. Imunisasi dapat mencegah anak terjangkit penyakit yang dapat menyebabkan pneumonia, seperti influenza, campak, pertusis, dan Haemophilus influenzae tipe B. Anak sebaiknya mendapatkan vaksin pneumonia mulai usia 2 bulan dan vaksin flu setiap tahun.
- Menghindari kontak dengan orang yang sakit. Pneumonia dapat menular melalui percikan ludah saat batuk atau bersin, atau melalui penggunaan peralatan makan dan minum bersama dengan penderita. Oleh karena itu, anak sebaiknya menghindari kontak dengan orang yang sakit, terutama yang memiliki gejala pneumonia, seperti demam, batuk, dan sesak napas. Jika anak harus berinteraksi dengan orang yang sakit, ajari anak untuk menutup hidung dan mulutnya dengan tisu atau lengan baju saat bersin atau batuk, dan membuang tisu setelah digunakan.
- Menghindari paparan asap rokok, debu, atau polusi udara. Asap rokok, debu, atau polusi udara dapat merusak paru-paru dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi. Anak sebaiknya tidak terpapar asap rokok, baik dari orang tua maupun orang lain. Jika lingkungan sekitar tercemar oleh debu atau polusi udara, anak dapat menggunakan masker saat keluar rumah atau menghindari aktivitas di luar ruangan.
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kebersihan diri dan lingkungan dapat mengurangi risiko penularan mikroorganisme penyebab pneumonia. Anak sebaiknya diajari untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah makan, setelah buang air kecil atau besar, dan setelah bermain. Selain itu, lingkungan tempat tinggal anak juga harus dibersihkan secara rutin dan diberi ventilasi yang baik.
Apakah Pneumonia Anak bisa Sembuh?
Pneumonia pada anak bisa sembuh jika ditangani dengan cepat dan tepat. Pengobatan pneumonia pada anak tergantung pada penyebab, jenis, dan tingkat keparahannya.
Umumnya, dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi infeksi dan gejala yang dialami oleh anak, seperti antibiotik, antivirus, antijamur, pereda demam, dan obat batuk.
Selain itu, anak juga perlu mendapatkan terapi oksigen, cairan infus, dan asupan makanan dan minuman yang cukup untuk memulihkan kondisinya.
Lama penyembuhan pneumonia pada anak bervariasi, tergantung pada berbagai faktor, seperti usia, berat badan, riwayat kesehatan, dan respons tubuh terhadap pengobatan. Rata-rata, pneumonia pada anak bisa sembuh dalam waktu 2-3 minggu.
Namun, pada kasus yang parah, pneumonia bisa membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh atau bahkan menyebabkan komplikasi yang serius, seperti sepsis, empiema, abses paru, atau gagal napas.