Persi: Keterisian RS Rujukan Covid-19 Secara Nasional 65 Persen
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) mencatat bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 di Indonesia berada di angka 65 persen. Namun, BOR beberapa rumah sakit rujukan di sejumlah daerah sudah melebihi 100 persen
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) mencatat bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 di Indonesia berada di angka 65 persen. Namun, BOR beberapa rumah sakit rujukan di sejumlah daerah sudah melebihi 100 persen
"Contohnya di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur ada beberapa yang sudah lebih dari 100 persen," kata Sekretaris Jenderal Persi, Lia G. Partakusuma dalam diskusi virtual yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Jumat (25/6).
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Lia mengatakan dalam sepekan terakhir, rumah sakit rujukan Covid-19 kewalahan menangani pasien, terutama di Pulau Jawa. Sebab, jumlah pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan terus meningkat. Sementara tempat tidur dan fasilitas kesehatan lainnya terbatas.
"Pekan ini luar biasa penambahannya, kita juga agak kewalahan," ujarnya.
Di tengah keterbatasan tempat tidur, Lia memastikan rumah sakit akan tetap memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien Covid-19. Namun, dia meminta kerja sama dari masyarakat untuk bersabar saat mengantre di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit.
"Insya Allah kita akan coba sekuat tenaga kita bisa menerima (pasien). Cuma catatannya satu, masyarakat harus sabar untuk menunggu karena harus terpaksa antre di IGD," ucap dia.
Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet, Minforo Sumego menambahkan, masyarakat harus bekerja sama dengan pemerintah dalam menekan laju penularan Covid-19. Caranya, mengikuti 3T (tracing, testing dan treatment) dan 3M (menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan pakai sabun).
"Jadi jangan sampai terlena atau abai. Kita tidak tahu di samping kita siapa saat lagi makan, berkumpul. Kemudian menjaga imunitas penting sekali," katanya.
Sebelumnya, juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengatakan kasus positif Covid-19 nasional mengalami peningkatan sebesar 42 persen pekan ini. Peningkatan kasus ini dikontribusikan oleh lima provinsi di Pulau Jawa.
Lima provinsi tersebut yakni, DKI Jakarta naik sebesar 13.022 kasus, Jawa Barat naik 6.449 kasus, Jawa Timur naik 1.756 kasus dan Daerah Istimewa Yogyakarta naik 1.322 kasus.
"Kemudian Jawa Tengah yang naik sebesar 1.012 kasus," jelasnya melalui keterangan pers, Kamis (24/6).
Sejalan dengan kenaikan kasus positif, kematian Covid-19 juga meningkat tajam pada minggu ini. Ada lima provinsi yang menyumbang kasus kematian Covid-19 terbanyak, empat di antaranya berada di Pulau Jawa.
Yaitu, DKI Jakarta naik sebesar 200 kasus, Jawa Tengah naik 96 kasus, Jawa Timur naik 79 kasus, Jawa Barat naik 73 kasus dan Lampung naik 72 kasus.
"Hanya DIY yang angka kematiannya tidak meningkat tajam sehingga tidak masuk ke dalam lima besar," ujarnya.
(mdk/bal)