Protes, sopir taksi ramai-ramai hias mobil pakai bunga layu
Sejak ada aplikasi, para supir taksi juga kehilangan pelanggan.
Ribuan armada taksi dari berbagai perusahaan armada terparkir di halaman tugu Monas, Jakarta. Bukan menunggu penumpang seperti biasa. Mereka tengah berdemo menuntut pemerintah menutup transportasi berbasis aplikasi.
Para pengemudi merasa pendapatannya makin menurun dengan hadirnya transportasi berbasis aplikasi itu. Aksi unjuk rasa ini dimulai sejak pagi. Ada hal menarik dalam aksi mereka, hampir semua kaca mobil taksi terpasang spanduk bertuliskan "stop ilegal transportation". Tak hanya itu beberapa taksi juga memasangkan bunga layu sebagai tanda duka cita.
"Ini tadi dipasangin sama anak- anak di jalan tol," kata Pak Manis salah satu supir taksi Express Group di lokasi, Senin (14/3).
Manis menceritakan, sejak bulan Juni 2015 lalu, pendapatnya terus berkurang. Sejak ada aplikasi, para supir taksi juga kehilangan pelanggan.
"Kita pakai pajak, setiap tahun harus mengurus ini itu mulai dari KIR, izin jalan, organda dan STNK. Sedangkan uber itu kan plat hitam, kendaraan pribadi dan enggak pakai izin cuma bayar STNK aja tiap tahun," ungkap Manis kepada merdeka.com.
Dia menceritakan, sebelum transportasi berbasis aplikasi hadir, biasanya bisa meraup uang ke rumah hingga Rp 100.000. Namun sejak adanya aplikasi itu hadir, untuk mendapatkan setoran ke pool saja tidak cukup.
"Berkurang, enggak ada penumpang kalau sekarang. Biasanya cukup untuk bayar setoran 300 ribu. Bawa pulang uang ke rumah 100 ribu juga bisa," tutur pria paruh baya itu.
Untungnya kata dia, sejak sepinya penumpang, pihak perusahaan memberikan keringanan setoran. Perusahaan pun menurunkan setoran hingga di angka Rp. 80.000. Meski hal itu tetap saja tidak juga menguntungkan.
Meski di awal kemunculan aplikasi tersebut terdapat konten untuk taksi, namun pihaknya mengaku hal tersebut tak banyak membantu. Semakin ke sini aplikasi tersebut menghilang tergantikan dengan aplikasi grab car.