Rekaman 'papa minta saham' dan mutasi Komjen Tito jadi calon Kapolri
Jokowi disebut-sebut yang meminta Irjen Tito Karnavian yang menjabat Kapolda Papua ditarik ke Jakarta.
Presiden Joko Widodo mencalonkan Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai Kapolri menggantikan Jenderal Badrodin Haiti. Jenderal bintang tiga termuda itu merupakan lulusan terbaik Akademi Kepolisian 1987.
Keputusan ini cukup mengejutkan karena dari segi angkatan Tito paling muda, dan masa pensiunnya masih 6 tahun. Selain itu, dukungan partai di parlemen, terutama PDIP getol menyorongkan Wakapolri Komjen Budi Gunawan.
Tetapi jika melihat prestasi Tito berulang kali mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat masih perwira menengah. Saat sudah menyandang bintang, Tito pun dua kali diplot menjadi Kapolda.
Pada 2014, Tito yang menjabat Kapolda Papua dimutasi ke Jakarta sebagai Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena). Kurang lebih satu tahun Tito digeser menjadi Kapolda Metro.
Ada cerita ketika Tito ditarik ke Jakarta. Dalam Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) kasus 'papa minta saham' ada percakapan soal pergeseran jenderal Polri. Jokowi disebut-sebut yang meminta Irjen Tito Karnavian yang menjabat Kapolda Papua ditarik ke Jakarta.
Semua itu terungkap dalam sidang yang menghadirkan Menteri ESDM Sudirman Said sebagai pengadu, Rabu (2/12). Dalam rekaman terdengar percakapan diduga yang dilakukan Ketua DPR Setya Novanto (SN), Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin (MS) dan pengusaha Migas Muhammad Riza Chalid (MR).
Ini transkip percakapan soal rotasi jenderal Bhayangkara:
MR: Kapolda Papua itu kan sahabat saya, sahabat dekat.
MS: Tito.
MR: Tito akhirnya ditarik ke Jakarta supaya enggak menyolok, jadi Asrena. Sekarang Papua sudah jalan, kasih hadiah sama Jokowi. Padahal maunya Jakarta bukan dia. Pak BG maunya bukan Tito. Pak BG maunya Pak Budi. Tapi Budi ditaruh Bandung. Tito Jakarta. Yang minta Jokowi.
SN: Jawa Barat hahaha.
MR: Gila Pak. Alot pak orangnya Pak.