RI-Filipina jalin kerjasama pendidikan, termasuk pertukaran santri
"Umat dan agama Islam memang menjadi salah satu prioritas dalam politik luar negeri Indonesia. Apalagi sejumlah fakta menunjukkan bahwa kondisi umat Islam di dunia cenderung memprihatinkan," katanya.
RI-Filipina jalin kerjasama pendidikan, termasuk pertukaran santri
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi Jumat (12/1) sore melakukan kunjungan kerja ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Muayyad Solo. Dalam kesempatan tersebut, Menlu berkesempatan berdialog dengan pimpinan, pengasuh dan para santri.
-
Siapa yang memberikan hadiah peta jadul Indonesia kepada Retno Marsudi? Lebih mengharukan, secara khusus, beliau memberi saya peta Indonesia tahun 1890 yang sengaja beliau peroleh pada saat beliau berkunjung ke Belanda minggu lalu,"
-
Apa yang disampaikan Retno Marsudi kepada Komisi I DPR RI? "Kita masih akan berjumpa lagi Insyallah pada satu kali lagi yang saya dengar, tapi pertemuan hari ini merupakan salah satu pertemuan terakhir kita. Untuk itu, betul-betul dari lubuk hati yang paling dalam saya mengucapkan terima kasih banyak," kata Retno.
-
Kapan Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Di mana Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani dan Retno Marsudi saat rapat bersama? "Saya dan @retno_marsudi seperti dua anak sekolah bandel ya…" Sri Mulyani
-
Bagaimana Rully melamar Dewi Perssik? Bertemu Dewi Perssik di Pesawat Lamar Dewi Perssik
Kepada wartawan Retno mengemukakan bahwa saat ini pemerintah sedang merintis kerjasama bidang pendidikan dengan sekolah-sekolah Islam di Filipina. Di antaranya terkait penyusunan kurikulum, pertukaran guru, pengasuh dan pertukaran santri.
"Letter of Intent sudah ditandatangani pemerintah Indonesia dan Filipina awal Januari lalu di Filipina. Para santriwan dan santriwati terbaik akan kita ikutkan dalam program exchange (pertukaran) tersebut," ujarnya.
Retno berharap program tersebut mampu memperkuat kebijakan politik luar negeri Indonesia melalui dunia pendidikan. Retno menganggap penting kerjasama tersebut, apalagi Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Membela kepentingan umat Islam itu, kata dia, menjadi penting bagi politik luar negeri Indonesia.
"Yang banyak kita jumpai selama ini salah interpretasi tentang Islam, padahal Islam itu agama damai. Maka para santri nanti yang ikut bertanggung jawab untuk meluruskan potret yang salah tentang Islam itu," tandasnya.
Lebih lanjut Retno menyampaikan, kerjasama pendidikan dan sejumlah kebijakan luar negeri lain diharapkan bisa mengikis Islamophobia dan Xenophobia.
"Umat dan agama Islam memang menjadi salah satu prioritas dalam politik luar negeri Indonesia. Apalagi sejumlah fakta menunjukkan bahwa kondisi umat Islam di dunia cenderung memprihatinkan," katanya.
Sebelum meninggalkan pondok, Menlu Retno juga menyempatkan diri berdiskusi dengan para santri. Kepada Menlu sejumlah santri menanyakan konflik antara Israel dan Palestina.
"Tujuan kita ke sini untuk bersilaturahmi dan bertukar pikiran mengenai politik luar negeri kita. Menyangkut anak-anak sekolah di SMP, SMA, dan mahasiswa," ucap Retno.
Pengasuh Ponpes Al Muayyad, Muhammad Dian Nafi mengungkapkan, kedatangan Menlu ke ponpes sangat penting untuk mengenalkan diplomasi publik terhadap para masyarakat. Baik masyarakat keagamaan, masyarakat kesenian, masyarakat profesi, dan masyarakat akademik.
"Semua harus masuk ke dalam bidang yang sangat penting, diplomasi publik," terangnya.
Baca juga:
Perkuat kerja sama pendidikan dengan Filipina, RI bakal beri 100 beasiswa tiap tahun
300 WNI di Filipina akhirnya pegang paspor Indonesia, ribuan lainnya belum
Vaksin DBD bermasalah, Filipina denda perusahaan obat Prancis
Geliat pabrik petasan jelang tahun baru
Meski tolak resolusi PBB, Filipina tak akan pindahkan kedutaan ke Yerusalem