Rusak rencana karena cela Stadion Gedebage
Semakin hari, kemegahan stadion bertaraf dunia itu makin luntur.
Stadion Gedebage, atau kini dikenal dengan nama Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) mestinya saat ini berdiri kokoh. Bangunan itu seharusnya menjadi simbol kebanggaan Kota Bandung. Namun impian itu luluh lantak lantaran ulah korup manusia.
Stadion itu diharapkan mampu menampung 60 ribu penonton. Bahkan dipersiapkan menjadi markas kesebelasan kebanggaan kota kembang, Persib. Namun, kemegahan itu sirna setelah terkuak pondasinya keropos. Bangunan itu tak ubahnya rumah reyot. Bobrok. Di sana-sini terlihat retakan besar. Bahkan muka tanahnya terus turun. Padahal, pembukaan dan penutupan rangkaian Pekan Olahraga Nasional 2016 rencananya bakal digelar di sana.
Hal itu terlihat saat Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Budi Waseso, kembali mengunjungi Stadion GBLA. Jenderal bintang tiga itu didampingi Wakapolda Jabar, Brigjen M Taufik, dan tim ahli konstruksi dari Kementerian Pekerjaan Umum.
"Setiap minggu atau bulan saya ke sini selalu ada pergeseran," kata Budi ketika melihat retakan di bagian luar stadion.
Tim ahli kemudian menunjukkan kebobrokan lain bangunan itu kepada Budi. Mereka lantas beralih ke bagian dalam stadion. Mantan Kapolda Gorontalo diarahkan ke bangku stadion VIP berada di bagian barat. Dia diperlihatkan kembali struktur tribun dalam kondisi rapuh. Sebagian langit-langit stadion juga belum terpasang.
Struktur jalan pintu masuk stadion paling mengkhawatirkan. Menurut tim ahli konstruksi, pergeserannya dikategorikan ekstrem. "Ini asalnya segini (tingginya) tapi sekarang menurun drastis," ujar perwakilan tim itu membuat Budi terkejut.
"Kita yakin ini bahaya. Secara teknis ini tidak layak untuk digunakan. Ini tim teknis loh (yang bicara) bukan saya. Di sini ada ahli dari konstruksi yang menjelaskan kepada saya bahwa kondisinya seperti itu, perubahannya bertambah hari ke hari minggu ke minggu, bulan dan tahun," jawab Budi di sela peninjauan stadion megah itu.
Sejak diresmikan pada 2013 lalu, stadion GBLA memang belum dipakai secara reguler menggelar kompetisi olahraga, khususnya sepak bola. Namun tanpa dibebani, bangunan stadion itu terus rusak.
"Ini dalam kondisi kosong stadion ini, yang mampu menampung 60 ribu, kalo rata-rata (per orang) 50 kg sudah 30 ton ribu, iya kan. Bayangkan enggak ada bebas saja sudah turun terus dan retak. Nah kalau ada beban ini bisa rubuh, ini hanya perkiraan kita," tambah Budi.
Budi menyatakan akan terus mengusut dugaan korupsi pembangunan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Bahkan hingga proses penganggaran awal di mana dari berasal dari patungan Pemprov Jabar dan Pemkot Bandung.
"Soal proses penganggaran, kita akan cek semuanya. Karena penyelidikan itu harus utuh tidak sepotong-sepotong," tambah Budi.
Sebelum stadion bertaraf internasional itu dibangun, pembiayaan dengan sistem tahun jamak itu sempat terjadi tarik ulur soal anggaran. Budi mengaku dalam menyidik kasus korupsi pembangunan GBLA, pihaknya juga akan menelusuri proses awal hingga akhir. Artinya, proses penganggaran pun akan menjadi sasaran penyelidikan dan penyidikan.
"Kita akan lihat secara utuh. Proses penganggarannya gimana, jumlah anggaran gimana dan dipakainya sistemnya seperti apa tentunya akan kita lihat. Misalkan anggaran 100 apakah pelaksanaannya juga mencapai 100? Kalau enggak, kenapa dan ke mana (uangnya). Kenapa jadinya ketebalan kurang. Apakah permainan dari awal karena anggaran sudah kurang atau dikurangi pada saat pelaksanaan, itu yang kita lihat. Pasti akan kita kerja," ujar Budi.
Pembangunan Stadion GBLA sendiri menelan biaya lebih dari setengah triliun. Namun polisi akhirnya mengendus adanya dugaan korupsi. Satu tersangka telah ditetapkan, yakni Sekretaris Distarcip Kota Bandung, YAS.
Mendengar hal itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menyatakan tidak akan memaksakan penggunaan stadion bertaraf internasional itu, bila memang keadaannya memprihatinkan. Emil, sapaan akrab Ridwan, lebih mempertimbangkan keamanan orang banyak ketimbang ngotot memakai stadion bermasalah itu.
"Kita juga enggak akan paksakan," kata Emil.
Lelaki berkaca mata itu pernah menyampaikan Stadion GBLA layak digunakan. Hal itu berdasarkan hasil kajian dari tim ahli di Institut Teknologi Bandung, Universitas Parahyangan, dan Puslitbang Pekerjaan Umum (PU), kalau stadion dulunya berjuluk Gedebage sesuai nama daerahnya itu juga bisa digunakan dalam penyelenggaraan PON 2016.
"Hasil kajian dari tim ahli memang belum diserahkan (setelah dinilai layak). Setelah direkap akan diserahkan minggu ini, yang kebetulan sedang meneliti," ujar Ridwan.
Ridwan menambahkan, Stadion GBLA memang layak digunakan dengan beberapa catatan dari hasil kajian tersebut.
"Puslitbang hasilnya menyatakan (GBLA) bisa digunakan asalkan diperbaiki dulu. Kalau mau dilakukan untuk PON harus ada perbaikan. Kita akan ikut prosedur," ucap Ridwan.